10.🦋

13.6K 1.1K 17
                                    

Agus kena hujatan kasian bangttt😭

🦋

Hari ini Prince mendapat kabar jika saham perusahaan miliknya turun drastis. Tentu saja Prince panik dan segera pergi ke kantor pagi-pagi sekali, bahkan dirinya sampai lupa memberitahu Deluna dan juga sarapan. Ia benar-benar panik.

Itu karena ada seseorang yang dengan beraninya membocorkan rahasia perusahaannya dan juga menyebar fitnah tentang perusahaannya. Tentu saja perusahaan yang bekerja sama dengan dirinya menarik investasi mereka kepada perusahaan milik Prince. Sial, Prince akan segera menghabisi orang itu jika dia sudah tertangkap.

Deluna sudah membuka matanya ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat beberapa menit saja. Ia melirik samping tempat tidurnya yang ternyata kosong bahkan sangat dingin. Apa Prince pergi pagi-pagi sekali? Biasanya suaminya itu akan berangkat jam 7 lebih.  Atau tidak paling Prince akan berpamitan padanya ketika akan berangkat. Tidak seperti sekarang yang membangunkan dirinya saja tidak.

Ia turun dari ranjang miliknya dan mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda. Berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi, Deluna tidak akan mandi sepagi ini jika dirinya tidak pergi ke mana-mana atau ada tamu.

"Bibi Yuan, apa Prince pergi ke kantor pagi-pagi sekali?" tanya Deluna ketika dirinya sudah berada di dapur berdiri di samping bibi Yuan yang tengah sibuk mencuci piring.

Bibi Yuan yang mendengar suara Nyonya nya pun menoleh ke arah Deluna berada. "Iya Nyonya, tadi tuan berpesan kepada saya sampaikan maaf beliau kepada Nyonya karena tidak bisa berpamitan dan juga sarapan bersama," jawab bibi Yuan sembari mengelap piring yang sudah di cuci.

Deluna mengangguk mengerti. "Ah, Lucas?" tanya Deluna kembali ketika dirinya melupakan pria kecilnya itu.

"Tuan muda Lucas tadi berada di kamarnya Nyonya," jawab bibi Yuan lagi.

"Kalau begitu aku ke atas dulu," ujar Deluna dan berjalan menuju kamar Lucas yang berada di samping kamarnya.

Deluna membuka pintu kamar Lucas dengan perlahan. Ia melihat Lucas yang tengah sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tasnya. "Sayang," panggil Deluna sembari berjalan masuk ke kamar Lucas.

Lucas yang mendengar suara sang Ibu pun menoleh ke asal suara, "Ibu!" teriak Lucas sembari berlari menuju Deluna dan memeluk kaki Deluna erat.

"Lucas, maaf Ibu tidak membantumu bersiap-siap untuk pergi ke sekolah," kata Deluna dengan berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Lucas.

Lucas menggeleng, "tidak apa-apa Ibu. Aku sudah besar, jadi aku sudah bisa bersiap-siap sendiri," ucapnya dengan memamerkan hasil dirinya sendiri. Yaitu, memakai seragam sekolah sendiri, dan memasukkan buku sesuai jadwal.

Deluna mengerutkan keningnya heran. Setahu Deluna dulu ketika Lucas berumur lima tahun anak itu sangat manja kepadanya, apalagi dia tidak mau pergi ke sekolah jika Deluna tidak membantunya bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Tapi, Buru-buru Deluna menggelengkan kepalanya mengusir hal yang sempat masuk ke dalam otaknya.

Mana mungkin Lucas sama seperti dirinya.

"Ibu! Ibu kenapa?" tanya Lucas merasa khawatir ketika melihat sang Ibu yang tengah melamun.

Cepat-cepat Deluna menggeleng kepala agar Lucas tidak khawatir lagi. "Tidak apa-apa, yasudah pakai tasmu dan kita ke bawah untuk sarapan, sebentar lagi jam sekolah akan dimulai," ujar Deluna sembari menuntun Lucas untuk keluar setelah anak itu memakai tas di punggungnya.

"Ingin makan apa?" tanya Deluna pada Lucas ketika sudah berada di meja makan.

"Mau udang tepung, sama ikan goreng," jawab Lucas sembari meneguk saliva melihat makanan kesukaannya ada di sana.

"Apa lagi?" ujar Deluna sembari menyimpan piring di depan Lucas.

"Udah," ucapnya dan langsung melahap makanannya.

"Makanlah dengan perlahan Lucas. Apa kau lupa?" tegur Deluna ketika melihat cara makan Lucas yang seperti itu.

Lucas menatap Deluna dengan mata bulatnya, "maaf Ibu. Lucas akan makan dengan perlahan," katanya dan kembali makan dengan perlahan.

Setelah selesai sarapan, Deluna berjalan menuju bibi Jang yang kebetulan lewat dapur. "Bibi Jang aku akan mengantar Lucas ke sekolah, tolong jaga rumah," ujar Deluna.

Bibi Jang mengangguk mengiyakan, "baik Nyonya."

"Baiklah, Lucas ayo kita berangkat," kata Deluna sembari membantu Lucas memegang botol minum milik anak itu.

"Apa bekalnya sudah ada di tas?" tanya Deluna. Mereka berdua sudah menaiki mobil dan berjalan menuju ke sekolah.

Lucas mengangguk, "tentu saja Ibu. Aku tidak akan pernah lupa untuk membawa bekal," jawab Lucas dengan menepuk tasnya yang sudah ada bekal di dalamnya.

"Bagus," angguk Deluna sembari mengelus kepala Lucas dengan satu tangannya.

"Kita sudah sampai," sambungnya sembari turun dari mobil dan membukakan pintu sebelah Lucas.

Deluna berjongkok menyesuaikan tinggi dengan Lucas. "Ibu tidak bisa menemanimu di sekolah. Apa tidak apa-apa?" ujar Deluna dengan menatap kedua bola mata milik Lucas.

"Tapi kenapa?" tanya Lucas dengan raut wajah muram.

"Ibu akan pergi ke kantor ayahmu," katanya dengan lembut.

"Kenapa Ibu pergi ke kantor ayah?"

"Lucas, tadi sebelum berangkat ayahmu belum sarapan. Dan Ibu yakin sekarang pun ayahmu belum sarapan juga, karena ayahmu sedang sangat sibuk sekarang," jelas Deluna dengan perlahan agar Lucas dapat mengerti.

Lucas menghela napas pasrah, "yasudah. Tapi, nanti jemput Lucas ke sekolah. Lucas tidak mau diantar oleh Bus sekolah lagi," katanya dengan tak rela.

"Tentu saja," jawab Deluna dengan tersenyum manis. Ia mengecup kening Lucas sedikit lama. "Sana masuklah ke kelas dan jangan lupa untuk mencari teman."

Lucas mengangguk lalu melambaikan tangannya ke arah Deluna, setelahnya berlari menuju kelasnya. Deluna yang melihat kelakuan Lucas pun hanya bisa menggeleng pasrah. Hampir saja dirinya jantungan ketika melihat Lucas yang berlari sangat kencang, dirinya takut jika Lucas akan terjatuh.

Setelah memastikan Lucas sudah tidak ada di hadapannya Deluna berjalan ke arah mobilnya dan mengendarainya menuju kantor Prince. Tiba di kantor Prince Deluna mengambil ponselnya terlebih dahulu, ia ingin melihat pukul berapa. Pukul delapan lebih, sepertinya Prince tengah sibuk rapat, karena di kehidupan dulu pun begitu. Prince selalu sibuk rapat, rapat, dan rapat.

Deluna turun dari mobil sembari tangan menenteng bekal yang dirinya sempat buatkan untuk Prince tadi. Berjalan dengan anggun melewati lobby menyapa karyawan yang tengah berlalu lalang, hanya sedikit karyawan yang masih berlalu lalang. Menaiki lift untuk ke ruangan Prince, Deluna menunggu di dalam lift dengan gelisah.

Lift berhenti di lantai tujuannya, ia keluar dengan sesekali menengok kanan kiri. Lalu setelahnya berjalan menuju pintu ruangan Prince, dibukanya pintu itu dengan perlahan, kosong. Sepertinya Prince belum ke ruangannya karena terlihat sekali masih rapi tidak berantakan seperti sebelum-sebelumnya. 

Deluna masuk ke dalam ruangan Prince tak lupa menutup pintunya kembali. Ruangannya masih sama seperti dulu, tapi Deluna merasa heran ketika melihat pigura besar yang terpampang di sana. Foto itu diambil ketika Deluna masih mengandung Lucas.

Deluna tidak pernah sedetail ini memperhatikan ruangan kerja milik Prince. Ah, betapa bodohnya Deluna dulu. Dulu ketika Deluna baru menikah dengan Prince ia hanya sesekali datang ke sini, itu pun jika Prince yang memaksa. Sungguh waktu dulu Deluna sangat-sangat malas ke sini, apalagi setelah Prince sibuk dengan perusahaannya. Seperti sekarang ini.











TBC

This Our Destiny (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang