23. 🦋

4K 318 8
                                    

"Tapi, aku sungguh menyukaimu, Prince!" teriak Agus di depan laki-laki yang ia anggap pahlawan sekaligus cinta pertamanya itu.

"Kau hanya ingin berterima kasih padaku! Rasa itu hanya rasa ingin berterima kasih, bukan cinta!" geram Prince merasa emosi dengan kekerasan kepala laki-laki di depannya ini.

Agus menggelengkan kepalanya, "nggak! Aku yakin itu rasa cinta aku pada dirimu, bukan rasa ingin berterima kasih!" tolak Agus menyangkal kebenaran itu.

"Berhenti menyangkal! Saya menolong mu hanya karena rasa kemanusiaan saja! Saya tidak ada rasa apapun terhadap kau," ujar Prince dengan emosi yang sudah di ubun-ubun.

"Bohong! Aku yakin kau juga cinta padaku!" sanggah Agus semakin menyangkal kebenaran itu.

Tak tahan, akhirnya Prince melayangkan tinjunya pada wajah Agus. Sudah cukup ia menahan semua emosi karena laki-laki kurang belaian di depannya ini. Agus melotot mendapati Prince berani memukulnya. Ia terdiam sembari memegang rahangnya yang seperti akan lepas dari tempatnya itu. Ia jadi memikirkan perkataan Prince tadi.

"Ingat ini, saya menyelamatkanmu karena rasa kemanusiaan saya. Tidak ada rasa apapun terhadapmu. Jadi, jangan terlalu dibawa terhadap perasaanmu, selama ini kau hanya ingin berterima kasih padaku tapi kau tidak tahu caranya," jelas Prince dengan napas terengah-engah.

"Mulai sekarang, stop ganggu saya dan keluarga saya. Saya tidak mengharapkan apapun darimu, saya membantu hanya karena rasa kemanusiaan, ingat itu! Jangan ganggu kami lagi!" Prince mengakhiri perkataannya dengan penuh penekanan diakhir kalimatnya.

Semoga dengan ini laki-laki bernama Agus itu sadar dan kembali menjalani kehidupan yang lebih normal lagi. Dan tidak mengganggu kehidupannya dan juga keluarganya, rasa berterima kasih Agus itu malah menjadi bumerang terhadap laki-laki itu. Rasa berterima kasih yang tidak bisa disampaikan dengan benar, dan menyalah artikan pertolongan Prince sebagai rasa suka pada Agus.

Prince meninggalkan Agus yang masih berdiri mematung masih dengan memegang rahangnya. Ia sengaja membuat janji dengan laki-laki itu untuk meluruskan segala kesalahpahaman yang semakin tak terkendali gara-gara kesalahpahaman Agus terhadapnya.

Agus terdiam cukup lama. Apa benar selama ini sikapnya ini hanya ingin berterima kasih dan bukannya rasa sukanya terhadap Prince? Jika iya, maka ia sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal jika ia menganggap selama ini ia sangat mencinta Prince karena sudah berkali-kali ditolong dari
Pembullyan.

Hari itu Agus kecil sedang bermain sendirian di taman. Tak ada seorang pun anak yang mau bermain dengannya. Mereka selalu menjauhinya karena mereka menganggap Agus adalah anak yang lemah dan juga anak yang tidak bisa apa-apa.

"Hei, lihat! Ada anak cupu dan lemah di sini!" teriak seorang anak kecil seusia Agus dan di belakangnya ada teman-teman anak itu.

"Haha, lihat. Badannya sangat kecil dan terlihat lemah!" ejeknya lagi sembari menunjuk Agus sembari tertawa mengejek.

Tak ada orang di sini, karena Agus memilih tempat yang tidak ramai untuk bermain seorang diri. Ia menjadi sering menyendiri karena kerap kali menjadi korban perundungan.

"Selain lemah, sepertinya dia bisu!" ejek salah satu dari mereka lagi.

"Dasar bisu, dasar bisu, dasar bisu," mereka semua berjalan mengelilingi tubuh Agus sembari bernyanyi ejekan yang dilayangkan untuk Agus.

Sedari tadi Agus sudah menangis ketakutan karena anak-anak itu.

Salah satu dari mereka melemparkan bola yang ia pegang sedari tadi ke arah Agus. Sontak saja hal itu membuat mereka yang mengelilingi tubuh Agus tertawa terbahak-bahak. Agus semakin meringkuk dan menangis sesenggukan.

This Our Destiny (Repost)Where stories live. Discover now