17. 🦋

7.6K 717 22
                                    

Hari minggu yang begitu cerah, secerah senyuman Lucas pagi ini. Ia begitu semangat karena hari ini ayahnya berjanji kepada dirinya akan mengajak dirinya membeli es krim. Ia sudah mandi pagi-pagi sekali karena sudah tak sabar untuk pergi membeli es krim bersama dengan ayahnya.

Ia berjalan ke dapur dengan riang. Di sana ada bibi Jang dan bibi Yuan yang tengah sibuk membersihkan dapur. Sepertinya ibunya, Deluna, masih tertidur karena Lucas tidak melihatnya di sana. Tapi, tak apa Lucas berjalan semakin mendekat ke arah bibi Yuan dan bibi Jang yang belum menyadari kehadirannya.

"Selamat pagi, bibi Jang dan bibi Yuan, hari minggu yang begitu cerah bukan?" sapa Lucas dengan nada ceria. Ia tertawa kecil melihat raut wajah bibi Yuan dan bibi Jang yang terkejut.

"Tuan muda, anda selalu mengangetkan kami," kata bibi Yuan dengan mengelus dadanya.

"Hehe, maafkan aku bibi-bibi sekalian. Aku terlalu bersemangat hari ini," jawab Lucas dengan menampilkan deretan gigi-gigi susunya.

Bibi Jang menggeleng tak heran lagi jika tuan mudanya selalu seperti ini ketika tengah berbahagia. Bangun pagi-pagi sekali, mandi dan bersiap pagi sekali, dan menuju dapur mengagetkan dirinya dan bibi Yuan.

"Yasudah, tuan muda ingin minum susu?" tawar bibi Jang pada Lucas yang masih saja menampilkan senyum cerahnya.

Bibi Jang merasa senang jika Lucas senang. "Ingin camilan juga?" sambung bibi Jang.

Lucas mengangguk mengiyakan, "aku ingin susu coklat panas, dan biskuit. Aku akan menunggu di ruang keluarga," ucap Lucas dan berlalu pergi meninggalkan dapur.

Berjalan menuju ruang keluarga sembari bersenandung riang. Ia terlalu bahagia, rasanya ia kembali bersemangat setelah beberapa hari berdiam diri di kamar untuk pemulihan. Lucas duduk di sofa dan menyalakan TV untuk menonton kartun kesukaannya.

Menonton dengan serius sampai bibi Jang datang sembari membawa susu coklat dan juga biskuit. "Makasih bibi Jang," kata Lucas dengan suara riang.

"Sama-sama tuan muda, Lucas," balas bibi Jang dengan hangat. "Bibi permisi lagi ya, tuan. Mau kembali ke dapur," ujar bibi Jang dan pergi setelah Lucas mengangguk.

Lucas mengambil susu coklatnya dan menyeruputnya dengan perlahan karena masih panas. Lalu meletakkannya kembali setelahnya mengambil biskuit dan mencelupkannya ke dalam susu coklatnya. Selesai dengan itu Lucas kembali fokus menonton TV.

"Oh, siapa ini?" kaget Deluna ketika melihat anaknya itu sudah duduk anteng di depan TV, dengan pakaian rapihnya.

Lucas menoleh dengan menampilkan deretan giginya. "Selamat pagi, Ibunya Lucas. Hari yang cerah bukan?" sapa Lucas.

"Ohoho, selamat pagi anaknya Ibu. Ya, hari ini begitu cerah, secerah senyuman mu, sayang," balas Deluna dengan sedikit menyindir putranya itu. Ia tahu betul apa yang membuat Lucas sudah ada di sini pagi-pagi sekali.

"Apa seperti itu?" tanya Lucas dengan senyum malu-malu.

"Ya, tentu saja." Deluna mengangguk dan mengelus kepala Lucas.

"Lanjutkan saja menonton TV mu, Ibu akan ke dapur membantu bibi Jang dan bibi Yuan memasak," ucap Deluna dan berlalu pergi meninggalkan Lucas.

Lucas kembali berbalik dan menonton kartunnya kembali. Sesekali ia menyeruput susunya dan memakan biskuitnya. Lagi-lagi orang datang menghampirinya dan bertanya heran kenapa bisa dirinya sudah ada di sini pagi-pagi sekali.

"Aku hanya ingin menonton TV," elak Lucas.

"Menonton TV dengan pakaian rapih seperti ini dan juga wangi?" ujar Prince menggoda Lucas.

"Biarkan saja, aku ingin terlihat berbeda," jawabnya dengan kesal lalu berbalik memunggungi Ayahnya itu.

"Pemarah sekali," ujar Prince lalu berlalu pergi dari ruang keluarga untuk menghindari amukan dari putranya itu.

Lucas mendelik mendengar perkataan dari ayahnya. Ia memandang TV dengan sorot mata kesalnya, tangannya terulur mengambil susu coklatnya dan menyeruputnya dengan perlahan. Mengambil biskuit dan memakannya dengan perlahan juga.

"Kenapa mereka semua sangat menyebalkan?" gumam Lucas dengan kesal. "Aku hanya bangun pagi karena terlalu senang saja," sambung Lucas.

"Tidak akan ada yang paham dengan apa yang aku perbuat," angguk Lucas.

🦋🦋🦋🦋🦋

"Anak kita terlalu bersemangat hanya karena akan membeli es krim," kata Prince sembari berjalan menuju Deluna yang tengah memasak. Sementara bibi Jang dan bibi Yuan sudah pergi entah ke mana.

"Haha, bukan hanya karena akan membeli es krim, sayang. Tapi, dia juga bersemangat karena akan pergi jalan-jalan lagi bersama kita," balas Deluna masih tetap fokus terhadap masakannya. "Ya, kau tahu bukan jika dia selalu berdiam diri di kamar untuk pemulihan?"

Prince mengangguk, ia memeluk pinggang Deluna dari belakang. "Ya, tentu saja aku tahu. Aku selalu mengamatinya."

Dengan gemas Prince menggesek-gesekkan hidungnya ke leher Deluna. Memeluk pinggang Deluna semakin erat. Sikap manja Prince yang tidak banyak orang tahu. Ia juga mencium pipi Deluna bertubi-tubi.

"Berhentilah menggangguku! Duduk diam di sana, dan tunggulah aku menyelesaikan masakan ku dulu," titah Deluna dengan satu tangan berusaha melepaskan tangan Prince yang masih melingkar di perutnya.

"Kau tahu jawabanku apa," jawab Prince acuh tak acuh. Ia semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Deluna.

Rasanya, Prince sudah lama tidak seperti ini. Apalagi dengan kejadian di masa lalu yang membuat hubungannya dan Deluna retak. Masa di mana dirinya hancur, tidak tahu harus apa. Mencoba menahan Deluna berkali-kali tapi, tetap saja hasilnya nihil.

Tidak ada lagi Deluna yang setiap hari memasak untuk mereka. Tidak ada lagi tawa khas dari Lucas. Dan tidak ada lagi Prince yang selalu merengek jika Deluna menyuruhnya untuk duduk di kursi meja makan agar tidak mengganggu wanita itu ketika memasak.

Deluna menggelengkan kepalanya, "tapi, jangan terlalu erat memeluk pinggangku," pinta Deluna. Karena jujur saja pinggangnya sedikit sakit.

Tak menjawab tapi, Prince sedikit melonggarkan pelukannya di pinggang Deluna. Kembali ke kebiasaannya, dengan mengelus perut Deluna, mencium pipi Deluna bertubi-tubi dan juga mencium leher Deluna sekilas.

Deluna hanya pasrah menerima kelakuan dari suaminya itu. Ia tetap meneruskan memasaknya yang sempat tertunda tadi. Setelah beberapa menit kemudian Deluna telah selesai dengan memasaknya.

"Aku ingin menuangkan ini dulu, tolong lepaskan pelukannya sebentar saja," ujar Deluna sembari menatap setengah wajah Prince yang ada di bahunya.

"Tidak." Prince menggeleng menolak permintaan dari Deluna.

"Sebentar, hanya beberapa detik saja," ucap Deluna mulai jengah.

Dengan sangat terpaksa Prince melepaskan pelukan Deluna dengan kening mengerut menandakan jika laki-laki itu sedang merajuk. Ia menunggu di belakang tubuh Deluna. Memperhatikan setiap gerak-gerik Deluna yang tengah menghias masakannya sedemikian rupa.

"Perfect," gumam Deluna dan menaruhnya di meja makan. Dengan Prince menyusulnya di belakang, laki-laki itu mengikuti setiap Deluna melangkah ke mana saja.

Deluna melepaskan celemek yang dipakainya. Ia menoleh ke arah Prince yang masih berdiri di belakangnya. Ia mengelus tangan kekar Prince dengan lembut. "Jangan marah, nanti kan bisa peluk lagi?" ucap Deluna.

"Ya, aku tak marah," jawab Prince.

"Yasudah, tolong panggilkan Lucas untuk makan terlebih dahulu," minta Deluna pada suaminya itu. Ia menggeleng heran dengan tingkah laku Prince sekarang.

Prince mengangguk, ia pergi menuju ruang keluarga untuk menjemput Lucas agar sarapan bersama.

"Ya, tentu saja aku merindukan semua tingkah laku mu, suamiku," gumam Deluna lalu duduk di kursi meja makan.

TBC

Lupa bibi Jang sama bibi Yuan manggil Lucas tuan muda atau aden😭

This Our Destiny (Repost)Where stories live. Discover now