01.🦋

35.3K 2.6K 111
                                    

Deluna tersentak dari tidurnya, ia memandang sekelilingnya yang menurutnya sungguh familiar. Bukankah ini adalah kamarnya dan juga suaminya? Deluna menatap seseorang yang berada di sampingnya, itu adalah Prince, suaminya yang dengan tega dirinya khianati karena lebih memilih laki-laki lain dibandingkan dengan suaminya sendiri yang begitu sangat mencintainya.

Deluna menatap Prince dengan berkaca-kaca, ia dengan cepat memeluk suaminya dengan erat. Dirinya benar-benar menyesal telah mengkhianati suaminya hanya karena sang suami tidak lagi selalu memperhatikannya, dan lebih memilih kertas-kertas berharganya dan juga anaknya. Ya, katakan saja jika Deluna ke kanak-kanakan, Deluna mengakuinya. Ia tidak cukup dewasa untuk mengerti dengan situasi suaminya dan juga anaknya. Dirinya cemburu, hah sungguh menjijikan jika Deluna mengingat kelakuannya dulu.

"Luna?" Suara serak itu mampu mengagetkan Deluna. "Kenapa menangis?" tanya Prince terkejut ketika mendapati Deluna memeluknya dengan erat dan air mata yang membasahi baju tidur Prince.

Prince bangkit dari tidurnya dengan Deluna yang masih memeluk tubuhnya dengan erat. Kini tubuh wanita beranak satu itu bergetar menahan isak tangis. "Hei, kenapa sayang? Apa kau bermimpi buruk?" ucap Prince dengan lembut sembari mengelus punggung Deluna dengan lembut.

"A-aku, maafkan aku," isak tangis kini keluar dari mulut Deluna.

"Apa yang kau katakan, sayang?" Prince mengurai pelukannya guna menatap wajah Deluna yang memerah karena menangis. "Sebenarnya kau kenapa? Kau mimpi buruk, hm?"

"Tidak, tidak, aku hanya merindukanmu." Deluna menggeleng-geleng kepala menanggapinya.

"Tidurlah lagi," lembut Prince. "Aku tidak tahu kau kenapa, tapi berhentilah menangis dan tidurlah kembali, aku selalu ada di sisimu," ucapnya lagi.

Mendengar perkataan suaminya itu, entah kenapa membuat tangisan Deluna semakin keras, tubuhnya semakin bergetar. Dirinya merasa bodoh karena berani menyia-nyiakan laki-laki tulus ini.

'Aku bodoh, maafkan aku.' gumam batin Deluna.

Karena kelelahan, Deluna sampai tertidur di pelukan suaminya itu. Dengan perlahan Prince menidurkan Deluna agar tidak membuat wanita itu terusik dari tidurnya. Dipandangi nya wajah wanitanya itu dengan lembut, diusapnya kepala Deluna dengan perlahan, lalu laki-laki itu memberikan kecupan singkat di kepala Deluna.

"Tidur nyenyak, sayang," bisik Prince ditelinga Deluna, lalu dia kembali merebahkan tubuhnya di samping Deluna dan memeluk tubuh wanita itu.




🦋🦋🦋🦋🦋🦋

Deluna baru tahu jika dirinya kembali ke 2 tahun sebelum dirinya mengkhianati sang suami. Yang di mana artinya Lucas, putranya masih berusia 5 tahun, dan satu tahun dari itu dirinya mulai mengabaikan putranya dan juga suaminya. Mulai berani berkencan dengan laki-laki yang memberikannya apa yang tidak lagi suaminya berikan, yaitu kasih sayang. Deluna mulai mengabaikan anak dan suaminya karena Agus, sang kekasih.

Kebetulan, hari ini adalah weekend, Deluna berencana untuk mengajak anak serta suaminya untuk berjalan-jalan santai di taman dekat komplek perumahannya. Ini adalah awal mula Deluna memperbaiki sikap dan juga sifatnya terhadap anak dan juga suaminya. Di masa depan nanti, Prince akan sangat-sangat memperhatikan Lucas karena anak itu sakit, yang menyebabkan Lucas dirawat di rumah sakit.

Dan juga, setelah Lucas sembuh, Prince malah lebih sibuk dengan kertas-kertas bisnisnya dibandingkan memperhatikannya. Itu karena, orang kepercayaan perusahaan Prince berani membocorkan rahasia perusahaan laki-laki itu, sebab itu pula Prince lebih sibuk di kantor dibandingkan di rumah. Deluna pikir, Prince sudah tidak mencintainya lagi, dan juga mulai sedikit membenci Lucas, anaknya sendiri.

"Ibu, aku sudah selesai mengganti pakaianku," pekik Lucas dengan suara cerianya. Ia begitu antusias ketika mengetahui jika Ibunya akan mengajaknya bermain bertiga dengan Ayahnya.

Deluna yang sedang menyuapi Prince kue kering pun tersentak mendengar teriakan penuh kebahagiaan Lucas. Ia menoleh ke arah putranya dan tersenyum lembut, putranya begitu lucu dengan kedua pipi bulat, hidung mungil yang mancung, bibir tipis semerah ceri, mata sipit, dan jangan lupakan lesung pipinya, Lucas benar-benar duplikat Prince sekali. Di diri Lucas, sama sekali tidak ada gambaran dari dirinya, ah tidak, tidak. Hanya sifat cerianya yang menurun pada Lucas, selebihnya dari Prince.

"Lucas, sudah siap?" tanya Deluna dengan lembut, ia membersihkan remahan-remahan sisa kue kering di sudut bibir Prince, lalu bangkit dari duduknya. "Ayo, hari ini kita berdua akan menuruti semua keinginan Lucas," sambung Deluna dengan semangat.

Lucas berjalan menuju Deluna, ia memegang tangan Ibunya dengan erat, seakan tak ingin kehilangan kehangatan dari tangan lembut sang Ibu. "Setelah ke taman, aku ingin pergi ke mall untuk bermain Timezone, apa boleh?" kata Lucas sembari mendongak melihat wajah sang Ibu.

Deluna mengangguk, "tentu saja boleh. Apapun untuk Lucas, karena hari ini adalah hari khusus untuk Lucas."

"Yey, ayo Ibu aku sudah tidak sabar." Lucas menarik lembut tangan Deluna untuk segera pergi menuju taman dan setelahnya pergi ke mall untuk bermain Timezone.

Prince yang ditinggalkan hanya tersenyum tipis, senang melihat keceriaan putranya itu. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menyusul Deluna dan juga Lucas yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Jangan berubah lagi," bisik Prince dengan sangat-sangat lirih.









🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

"Yak! Aku tidak mau memainkannya lagi! Ini sungguh menyebalkan, aku tidak suka!" pekik Lucas dengan sangat-sangat kesal. Sedari tadi dirinya memainkan permainan capit boneka, selama beberapa jam dan tidak ada satupun boneka yang dirinya dapat padahal rencananya Lucas akan memberikannya pada Deluna.

Prince terkekeh geli melihat anaknya itu, ia mengelus kepala Lucas dengan sayang. "Biar Ayah bantu, kau lemah sekali," ejek Prince menggoda sang putra.

Mata Lucas membulat sempurna, ia menatap sang Ayah memelototi, "aku tidak lemah! Hanya saja pencapit ini tidak mau bekerja sama denganku," elaknya tidak terima diejek oleh Ayahnya itu.

Deluna menatap keduanya dengan mata berkaca-kaca, ia semakin menyerang dirinya sendiri dengan kata-kata makian karena selama satu tahun yang akan datang nanti dirinya benar-benar mengabaikan mereka berdua.




'Maaf untuk kalian berdua.' gumam Deluan dengan sedih.






TBC

This Our Destiny (Repost)Where stories live. Discover now