14.🦋

8.3K 699 23
                                    

Deluna berjalan dengan napas memburu mencari ruangan yang diberitahukan oleh suster tadi padanya. Tadi ketika akan menjemput Lucas ke sekolahnya Deluna mendapat telepon dari pihak sekolah jika Lucas kecelakaan. Lucas menjadi korban tabrak lari.

Orang suruhan yang waktu itu Prince katanya sudah tidak mengawasi Lucas karena perintah Deluna. Jika saja, jika saja dirinya tidak egois dengan keselamatan Lucas pasti ini tidak akan terjadi. Harusnya dirinya membiarkan Prince memerintah orang untuk menjaga anaknya ketika dirinya tidak ada di samping anaknya itu. Deluna menyesal, sangat-sangat menyesal dengan ini semua.

Benar apa yang dikatakan Prince tadi malam, harusnya Deluna jangan egois. Dan juga sepertinya orang yang  menabrak Lucas orang yang sama dengan orang yang ingin menabrak mobilnya kemarin. Air mata sudah membasahi pipinya.

"Prince," panggil Deluna dengan lirih. Ia berjalan menuju Prince dengan menahan isak tangisnya.

Rahang Prince mengeras. Laki-laki itu menahan amarah yang siap meledak kapan saja. Anaknya, anaknya ada di ruangan itu.

"Prince, maaf. Harusnya aku tidak melarang mu memerintahkan orang untuk menjaga Lucas, maaf aku egois. Aku pikir, aku bisa menjaga Lucas tanpa dirimu, nyatanya aku salah. Harusnya aku terbuka kepadamu apa yang selama ini sudah menimpa kita berdua. Dan harusnya aku tidak seperti ini. A-aku salah. Aku juga berpikir bisa menjaga kalian berdua dengan rencana ku sendiri," isak tangis keluar dari mulut Deluna. Ia menunduk menatap tangannya yang gemetar.

Prince menghela napas, mengontrol emosinya. Ia menatap Deluna dengan lekat, setitik air mata menetes dari matanya. Di sini ia juga salah, harusnya ia lebih memperhatikan Deluna. Prince lupa, ia sudah mengulang ke masa lalu, harusnya ia sudah tahu apa yang harus dirinya lakukan.

Tapi, ini semua tidak seperti dulu. Dulu hanya ada kejadian, perusahaan Prince yang hampir bangkrut, Lucas yang terkena penyakit, dan perselingkuhan Deluna. Tidak ada kejadian Lucas dan Deluna menjadi incaran untuk dibunuh. Tidak ada! Prince merasa gagal melindungi Deluna dan Lucas.

"Aku juga bersalah di sini, maafkan aku juga," bisik Prince dengan lirih. Ia berjalan menuju Deluna dan memeluk erat tubuh wanita yang dicintainya itu.

Deluna membalas pelukan Prince tak kalah erat. "A-aku bersalah. Harusnya aku-"

"Sudahlah jangan menyalahkan diri sendiri. Aku, kita bersalah di sini. Sebaiknya kita memperbaiki ini kembali," ujar Prince sembari meletakkan dagunya di kepala Deluna.

Ya, mereka berdua memang salah di sini. Deluna yang tidak terbuka, Prince yang tidak pernah peka. Ia juga tidak tahu jika masa yang akan datang pasti berubah, apalagi dengan dirinya yang mengulang kehidupan. Pastinya ada perubahan yang sangat menonjol di sini.

Tiba-tiba pintu di samping mereka terbuka, muncullah dokter yang tadi menangani Lucas. Deluna dan Prince segera melepaskan pelukan mereka berdua dan menatap dokter dengan kekhawatiran yang sangat kentara sekali.

"Bagaimana keadaan anak kami dok?" tanya Deluna dengan gelisah.

Dokter pun tersenyum, lalu menjelaskan semua keadaan Lucas dengan sangat detail. Deluna dan Prince mendengarkan dengan serius, tidak mau informasi tentang Lucas terlewat sedikit pun.

"Terima kasih dokter," ujar Deluna dengan wajah penuh rasa syukur.

"Sama-sama, saya permisi," setelah mendapat anggukan kepala dari Deluna dan Prince, dokter itu pun segera pergi.

"Syukurlah anak kita baik-baik saja, terima kasih dewa," syukur Deluna.

"Aku ingin melihat Lucas," kata Prince dan berjalan secara perlahan menuju pintu. Sebelumnya dokter sudah mengizinkan mereka untuk melihat Lucas.

Prince membuka pintu ruangan Lucas dengan sangat hati-hati. Lucas belum dipindahkan ke ruang rawat inap, setelah mereka berdua melihat Lucas sebentar maka Lucas akan segera dipindahkan.

"Syukurlah kau tidak apa-apa, Lucas. Maafkan Ibu tidak mengantar dan menunggumu, Ibu menyesal," bisik Deluna dengan air mata yang kembali keluar. Ia mengecup kening Lucas cukup lama.

Setelahnya Prince mendekati Lucas. Ia memandang lekat wajah Lucas, ada perban yang membungkus kepala pria kecilnya. "Anak Ayah, maaf Ayah tidak bisa menjagamu dengan baik," sama seperti Deluna Prince pun mencium kening Lucas cukup lama.

Selesai dengan itu, mereka segera keluar dan tak lama kemudian suster datang untuk memindahkan Lucas ke ruang rawat VVIP atas kehendak Prince.

🦋🦋🦋🦋🦋🦋

"Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?" tanya Deluna ketika Lucas sudah sadar beberapa jam yang lalu.

"Oh, ayolah bu. Aku sudah tidak apa-apa, Ibu sudah menanyakan kata itu beberapa ratus kali." Lucas memandang sang Ayah yang hanya memperhatikan interaksi mereka berdua.

"Tidak, tidak. Ibu baru saja menanyakan itu, dan kau mengatakan sudah beberapa ratus kali?"

"Bu, ayolah. Kau tidak mengingatnya karena kau hanya fokus terhadap buah yang ada di tanganmu itu," kesal Lucas sembari memegang kepalanya yang sedikit berdenyut nyeri.

Deluna menghela napas, "maafkan Ibu. Harusnya Ibu mengantarmu kemarin, jika tidak hal seperti ini mungkin saja tidak akan terjadi," kata Deluna dengan menaruh buah dan pisau yang ada di tangannya di meja samping tempat tidur Lucas.

"Aku tak apa, bu. Jadi jangan khawatir," ujar Lucas menenangkan. Anak berusia 5 tahun itu menatap sang Ibu dengan sayang.

Deluan mengelus kepala Lucas dan mencium kening Lucas cukup lama. Ia juga mengangguk mengiyakan perkataan dari Lucas. "Yasudah, makanlah lagi buahnya," ujar Deluna sembari menyuapi buah ke dalam mulut Lucas.

"Luna," panggil Prince sembari bangkit dari duduknya di sofa.

"Kenapa mas?" tanya Deluna sembari menoleh ke arah Prince.

"Aku keluar sebentar untuk membeli makanan untukmu," jawab Prince sembari mengacak rambut Deluna dan mengelus kepala Lucas.

Deluna mengangguk-angguk kepala, "iya. Tapi, jangan lama ya?" kata Deluna dengan senyum manisnya.

"Aku keluar," ujar Prince dan berlalu pergi meninggalkan ruangan Lucas.

"Mau lagi?" pandangan Deluna mengarah ke arah Lucas yang sedari tadi sibuk menatap dirinya. Lucas menggeleng kepalanya.

"Sudah cukup, aku sudah kenyang," jawabnya dan dibalas anggukan kepala oleh Deluna.

Deluna menatap jam yang ada di ponselnya yang mana waktunya tidur untuk Lucas. "Waktunya tidur, sayang. Ayo berbaring dengan perlahan, Ibu akan membantumu," kata Deluna dan bangkit dari duduknya untuk membantu Lucas.

"Ibu, aku tidak mau tidur. Aku ingin bermain bersama Ibu," rengek Lucas sembari menatap Deluna memelas.

Deluna menggeleng, "tidak sayang. Sekarang kau harus banyak istirahat agar kau cepat sembuh. Jika sudah sembuh kau bisa bermain bersama Ibu sepuasnya," ujar Deluna dengan lembut.

Dengan pasrah Lucas membaringkan tubuhnya dibantu Deluna. Ia berbaring memunggungi Deluna, dan Deluna paham jika anaknya itu tengah merajuk. Ia menarik selimut rumah sakit sampai batas leher Lucas dan mengelus kepala Lucas lembut. Ia juga bergumam menyanyikan lagu selamat tidur untuk Lucas.

Lama kelamaan mata Lucas menutup dan akhirnya tertidur. Deluna yang tahu jika Lucas sudah tidur pun mengecup keningnya cukup lama. "Selamat tidur pria kecilnya Ibu," bisik Deluna.

Setelahnya Deluna mengedarkan pandangan dan mengerutkan keningnya bingung. Kenapa Prince belum kembali juga? Apa Prince tersesat? Ia buru-buru menggelengkan kepala, mana mungkin Prince tersesat.

Deluna bangkit dari duduknya setelah memastikan Lucas tidak terganggu. Ia akan mencari Prince terlebih dahulu siapa tahu apa yang dirinya pikirkan benar jika Prince tersesat.

Membuka pintu dengan hati-hati lalu menutupnya dengan perlahan. Deluna berjalan ke kantin rumah sakit dan tidak menemukan Prince di sana, ia keluar rumah sakit, dan mencari Prince ke sekitar, dan terakhir taman rumah yang belum ia kunjungi.

Matanya menyipit ketika melihat punggung seseorang yang sangat ia kenali. Itu Prince, dan juga Agus.

"Apa yang dilakukan Agus?" gumamnya pada diri sendiri.

TBC

This Our Destiny (Repost)Where stories live. Discover now