chapter 9

6K 87 8
                                    

hello! ready for the next story? thanks for your comments and vote. I'm glad knowing that you guys enjoy my story. Just leave a comment after reading the story, so I can improve it, and tell me wheter you like it or not :) keep reading and vote me! thanks xxx
-------------------------------

Authors POV:

Niall tetap memaksa masuk ke kamar Charlotte, dan akhirnya Charlotte membuka pintunya. Segera setelah Niall masuk, Charlotte langsung memeluknya dan menangis. Niall pun bingung dan heran dibuatnya, ia mencoba menenangkan Charlotte dan berusaha membujuk Charlotte untuk menceritakan apa yang membuatnya menangis. Mereka duduk di kasur dan Charlotte mulai menceritakannya. Niall langsung emosi begitu mendengar cerita Charlotte. Ia sangat gusar dan langsung pergi menuju jendela, meskipun ia tahu Harrold tidak ada disitu. Niall begitu gusar sehingga mukanya sangat merah dan matanya berubah. Matanya memancarkan amarah yang luar biasa dan ia menatap Charlotte dengan perasaan campur aduk. Charlotte yang melihat perubahan dalam sikap Niall sedikit kaget, ia berusaha menenangkan Niall.

Niall POV:

"Shit!" aku mengumpat sambil meninju tembok kamar Charlotte. Aku begitu marah dan sangat ingin memukul Harrold. Aku berjalan ke jendela, hanya untuk melihat dan mengecek, kemudian aku kembali duduk di kasur bersama Charlotte. Ia terlihat sedikit kaget dengan perubahanku, memang kuakui aku sangat marah dan aku tidak dapat menahan diriku lagi.
Charlotte berusaha menenangkanku, ia menatapku sedikit takut. Aku pun menghela nafas panjang dan meredam emosiku. Aku tidak ingin membuatnya takut. Ia membutuhkan perlindungan dan rasa nyaman. Tanpa berkata apa-apa aku langsung memeluknya dengan erat, aku sangat ingin memilikinya dan menjaganya. Aku tidak ingin ada orang lain yang menyentuhnya kecuali aku. Ia pun terdiam dalam pelukanku. And then I realized kalau ia sedikit kesakitan ketika aku menyentuh punggungnya.

 "Auch..."
"Charlotte, are you okay?"
"Uhm, yeah Niall, don't worry."
Sambil berkata begitu, Charlotte berusaha lepas dari pelukanku. She's hiding something, aku yakin.
"Hey don't lie to me."
"Its fine Niall, nggak ada yang perlu kamu khawatirkan."
"Ok, kalo gitu kenapa kamu menghindar? Punggungmu sakit kan?"
"Nope."
"Bohong." *sambil memeluk Charlotte dan sedikit menyentuh punggungnya."
"Aaauch."
"Tuh kan, it hurt. Let me see it. I insist."

Then she show it to me. Ada bekas merah dan sedikit memar. Ia segera menutupnya dan duduk di depanku.

"Charlotte."
"............."
"Kenapa punggung kamu bisa luka?"
"Uhm......"
"Is Harrold did it?"
"No.. I mean, yeah he did it."

Setelah ia mengatakannya, aku kembali panas dan emosiku meluap-luap. Aku benar-benar tidak terima dengan semua perlakuan Harrlod kepada Charlotte. Aku memeperingatkan Charlotte kalau Harrold bisa melakukan hal yang lebih kejam lagi.

***

Setelah aku berhasil menenangkan diri, Charlotte bertanya mengenai perban yang ada di pergelangan tanganku dan luka di sudut bibirku. Apa yang kutakutkan terjadi, ia menyadari luka-lukaku.

"Now you tell me about the scars."
"Oh its nothing Charlotte. Aku cuma jatuh kemarin."
"Sekarang kamu yang bohong Niall, kamu nggak mungkin jatuh."
*sigh* "Ok. Aku bakalan kasih tau. Harrold nyerang aku semalam di rumah."
"What? Oh Niall, kenapa dia ngelakuin itu? Jadi jangan-jangan sebelum kesini, dia nyerang kamu. He's totally insane. Why he attack you."
"But its okay now Charlotte. Selama ada aku di dekatmu, dia gak akan nyentuh dan nyakitin kamu lagi. i promise."

Author POV:

Niall berkata akan melindungi Charlotte, tapi ia belum menyatakan perasaannya. Charlotte semakin yakin bahwa Niall dapat melindunginya, ia berencana ingin mengutarakan perasaannya nanti malam setelah makan malam bersama. Ya, hari ini adalah hari dimana Niall akan makan malam bersama Charlotte dan ayahnya.
Setelah Charlotte dan Niall tenang, Charlotte memutuskan untuk mandi dan bersiap, namun ia masih enggan untuk masuk kuliah. Niall menunggu di bawah bersama papanya Charlotte.
Kemudian, Charlotte bergabung dengan mereka, ia bilang kepada papanya bahwa ia tidak ingin masuk kuliah karena tidak enak badan. Papanya membolehkan dan tak lama papanya pamit pergi ke kantor sambil mengingatkan Niall tentang acara makan malam bersama.
Setelah papanya berangkat, Charlotte segera menghubungi Ann. Ia merasa perlu menceritakan kejadian semalam kepada sahabatnya.
Sambil menunggu kedatangan Ann, Charlotte menawari Niall sarapan, kebetulan Niall pun belum sarapan. Mereka membuat pancake bersama sambil bersenda gurau. Kemudian mereka makan di ruang TV sambil bercanda. Ketika sedang bercanda, Niall tiba-tiba berubah menjadi serius dan ia menyatakan perasaannya kepada Charlotte, perasaan yang selama ini ia pendam.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang