30. CTJ

13.9K 1.6K 128
                                    

Alesha menangis tersedu sedu di samping tubuh Faqih yang pucat. Razzan tiga hari ini menemani adik nya selalu, kalau tidak wanita itu agak lupa makan, mandi dan segala hal untuk kebaikan diri nya.

"Aa kapan bangun? emang gak kangen aku?" lirih nya mengelus kening Faqih yang sedikit berkeringat.

"Faqih pasti bangun kok Zey, kita berdoa aja sama Allah." Razzan mengelus punggung Alesha.

Qia dan Alzam pulang terlebih dahulu untuk membawa kan bekal untuk kedua anak nya yang standby di rumah sakit.

Ceklek.
Pintu kamar itu terbuka menampilkan Qia dan Alzam yang membawa rantang makanan. "Makan dulu, jangan lupa jaga diri kamu juga." pinta Qia.

"Faqih pasti bakal sedih kalo istri nya sakit," sambung Alzam.

"Iyaa, aku makan dulu." Alesha berjalan lesu ke arah sofa yang di sediakan di ruangan kamar rawat Faqih.

"Abang suapin," Razzan mengambil alih rantang itu, ia tak tega melihat adik nya yang seperti tak bertenaga.

Malam hari nya Alesha terus menerus mengajak ngobrol Faqih yang terlelap damai itu, tentu di temani Razzan. Terkadang Razzan juga membawa laptop kerjaan nya ke rumah sakit.

Jari jemari kekar yang pucat mulai bergerak perlahan. "Aa!"

alesha segera berdiri dan merapalkan doa doa di telinga Faqih.

"Aa sayang bangun ya, aku rindu Aa." Ia mengelus rambut Faqih lembut.

Perlahan mata laki laki terbuka, tangan nya berdiri menyentuh pipi wanita yang sedang menangis itu. "Humaira.."

"Abang tolong periksa Aa," Pinta Alesha.

Dengan cekatan Razzan memeriksa kondisi Faqih, Allhamdulilah atas izin Allah dan author kondisi Faqih membaik.

Razzan mengacak pelan rambut adik ipar nya. "Hebat," Apresiasi nya karena Faqih telah menang melawan masa kritis nya.

Faqih menatap Alesha dalam. "Maaf kalau saya tidak menepati janji,"

Alesha menggeleng. "Aa nepatin janji kok,"

"Saya janji hanya pergi dua hari tapi ternyata seminggu, maaf. " ucap nya dengan sedikit kekehan.

"Aku gak peduli A, yang penting sekarang Aa udah sehat kembali."

"Saya haus, tolong ambilkan minum sayang. "

Alesha mengambil gelas air putih yang berada di nakas sampingnya. Faqih perlahan duduk di bantu dengan Razzan juga.

Ia merasakan ada yang aneh di tubuh nya, kaki nya seperti mati rasa. Faqih meraba kaki nya, benar benar tak terasa sama sekali.

Ia membuka selimut yang menutupi sebagian tubuh nya. "Bang?" tanya nya menatap Razzan.

Razzan mengelus punggung Faqih. "maaf kaki kamu tak bisa di selamatkan, saraf nya sedikit bermasalah karena terjepit."

Faqih, laki laki yang pantang menyerah itu meneteskan air mata nya. "Sa-saya lumpuh,"

Alesha memeluk Faqih dari samping ia menenangkan suami nya itu agar gak banyak pikiran. "Gak A, hanya sementara aja, jangan nangis hiks.."

"Saya gak berguna lagi Alesha,, " Alesha menggeleng "gak A, pasti bisa sembuh kan bang?! "

Razzan mengangguk. "InsyaAllah pasti bisa, dengan kamu menjalan kan terapi tulang."

Faqih menggeleng ia sungguh tak menyangka, dia adalah tulang punggung keluarga, dia adalah kepala keluarga yang harus menghidupkan Alesha tapi mengapa sekarang kaki nya tak berfungsi! "Argh!!" Faqih memukuk kaki nya sendiri. "Saya gak berguna Alesha."

couple till jannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang