27. MASUK SEKOLAH

109K 11.3K 3.5K
                                    

Hai! Panggil aku Syasya !!

[ SELALU HARGAI PENULIS. BERIKAN VOTE 🌟 & KOMEN 💬 KALIAN. ]

Happy reading !! 🦩

• SILAHKAN FOLLOW AKUN WATTPAD AKU! MULAI BESOK PART AKAN DI PRIVAT SECARA ACAK! •

27. MASUK SEKOLAH.

**

"Lebih baik gue terjebak dalam hujan, dari pada terjebak rasa nyaman yang ujungnya hanya dijadikan sebatas teman." -Markus Erolio.

**

Pagi ini, Laura sedang berdiri di depan cermin kamarnya, merapikan rambut yang baru saja selesai ia catok sedikit sebelum berangkat sekolah.

Setelah merapikan dasi yang cewek itu kenakan, Laura melangkah keluar dari kamar. Dirinya berniat untuk mengunjungi ruang kerja ayahnya, sekalian berpamitan.

"Kalau gue masuk sekarang, bakal ganggu nggak ya?" gumam Laura cemas. Ia hanya bisa terpaku sembari berpikir di depan pintu ruangan kerja Hartono.

Laura melangkah maju, tangannya mulai terangkat ingin mengetuk pintu. Ketika mendekatkan telinganya, ia sempat mendengar suara dari dalam ruangan.

"Tenang saja, Tuan. Saya akan terus mengawasinya. Saya akan lakukan sesuai dengan perintah Tuan Hartono."

Laura mengernyitkan dahinya, sesaat bulu kuduknya berdiri menyadari suara dari dalam sana. "Papa lagi ngapain ya?"

Perlahan-lahan langkah Laura mundur, tapi saat detik itu juga ia tercengang mendapati pintu ruang kerja ayahnya yang tiba-tiba terbuka.

"Nona Laura?" sapa seorang pria muda, berjas rapi dengan memperlihatkan wajah datar. "Nona kenapa bis---"

"Gu ---gue.. Tadi cuma mau pamit, berangkat sekolah sama Papa. Beneran, gue nggak denger apa-apa kok." Tubuh Laura sedikit bergetar, meremas rok pendek seragam identitas sekolahnya untuk mengurangi rasa grogi.

Hartono yang berada di dalam ruangan, menoleh kearah sumber keributan. Menyadari putrinya sedang berbicara bersama pesuruhnya di depan pintu, Hartono bergerak menghampiri. "Ada apa ini? Kenapa kamu masih ada di sini? Bukannya berangkat sekolah. Mau jadi tambah bodoh kamu hah?!"

"Iya, ini Laura mau berangkat sekolah, Pah." Cewek itu bergegas menggapai tangan Hartono, lalu mencium punggung tangan ayahnya. "Hari ini Papa harus semangat, ya, kerjanya. Laura pamit."

Hartono menatap dingin, menebas kasar tangannya yang dicium oleh Laura. "Pergi kamu!"

**

Glova membuka pintu mobilnya, membenahi gendongan tas berwarna ungu pada satu bahunya yang merosot. Berjalan anggun melewati lobby SMA Dirgantara, rambut ikalnya sempat terhembus angin sepoi-sepoi.

"Aduh cakep banget!! Memang nggak salah sih, Altop mau pacaran sama Glova," bisik pelan salah satu murid yang baru saja dilewati oleh Glova.

Murid lain yang sedang dibisiki mengangguk sependapat. "Iya, iyalah jelas! Lo lihat aja, dari atas kepala sampai ujung kuku kaki Glova udah speak bidadari gitu."

Walaupun sempat mendengar suara berbisik-bisik itu, Glova sama sekali tidak tinggi hati. Mereka yang memuji hanya mengetahui cover dari kehidupannya saja, mereka tidak paham tentang susahnya usaha Glova untuk sekedar merasakan bahagia.

ALTOPWhere stories live. Discover now