25. PAKSA MAKAN

118K 11.3K 3.9K
                                    

Hai! Panggil aku Syasya !!

[ SELALU HARGAI PENULIS. BERIKAN VOTE 🌟 & KOMEN 💬 KALIAN. ]

Happy reading !! 🦩

• SILAHKAN FOLLOW AKUN WATTPAD AKU! MULAI BESOK PART AKAN DI PRIVAT SECARA ACAK! •

25. PAKSA MAKAN.

**

“Tidak semua orang paham betapa susahnya percaya lagi setelah merasakan kecewa karena terlalu percaya.” -Glova Lovata.

**

"Aaaaarrrgggghhh!! AKU NGGAK MAU MAKAN BIK!" Glova meronta menolak, tangannya ingin menebas piring makan yang ada digenggaman Inah namun gagal. Gadis itu berpaling melirik tangan kekar yang mendadak memeganginya kuat. "Altop?"

Tatapan Altop berubah dingin, melihat Inah dirinya memberikan isyarat agar wanita separuh baya itu pergi. "Biar saya aja Bik yang suapi Glova."

Inah mengangguk cepat. "Eh? Iya Den.." Setelah memberikan piring berisi menu makanan rumah sakit kepada Altop, Inah bergegas berjalan meninggalkan ruangan.

Membuang nafas gusar, Altop menguatkan cengkraman tangannya pada lengan Glova. "Kenapa nggak mau makan hah?!"

"Lepasin, ini sakit, Altop!" Glova meringis perih kala tangan Altop benar-benar menyakitinya.

"Suka lo bikin drama kayak gini, iya?! Nggak mau makan biar gue bisa peduli sama lo?!" Suara Altop meninggi, menatap Glova dengan tatapan mematikan.

"Aaakkhh! Altop... sakit." Glova berusaha melepaskan cengkraman Altop. Namun percuma saja, rasanya tenaga Altop jauh lebih kuat dari pada dirinya.

"KENAPA NGGAK MAU MAKAN?!" bentak Altop berhasil membuat Glova menghentikan isak tangisnya. "NGGAK USAH NANGIS, GLOVA. JAWAB PERTANYAAN GUE."

Kepala Glova menunduk takut, ia menghapus air matanya yang meluncur membasahi pipi. "Caper."

"LO MAU CAPER SAMA SIAPA HAH?!" Nada bicara Altop menyentak, menerkam bahu Glova kencang.

"Sama lo," balas Glova pelan. Wajahnya masih setia menunduk, seakan enggan melihat Altop. "Disaat gue sadar tapi lo nggak ada, seharian gue nungguin lo, dan berharap lo dateng. Tapi kenyataanya nggak, lo beneran nggak dateng buat sekedar cek keadaan gue."

Glova mengangkat wajahnya, membalas tatapan Altop meski dengan mata yang basah. "Gue beneran kecewa sama lo. Ngerasa lo udah nggak peduli sama gue sedikitpun. Seakan-akan lo biarin gue mati gitu aja, Altop."

"Maaf, gue udah jadi beban hidup lo lagi. Cuma ini caranya, biar gue bisa tau lo masih peduli sama gue atau nggak." Gadis itu mengeluarkan lagi isak tangisnya. Sesak, seakan dadanya begitu sesak menahan air mata ketika berbicara terus terang seperti tadi.

Altop terdiam, menghela nafas panjang. Dirinya mulai menyendok sedikit nasi, menyodorkan kearah mulut Glova. "Makan!"

"Nggak mau." Glova menggeleng. Jujur saja, perutnya terasa mual jika diisi dengan makanan.

Tangan Altop berpaling menerkam rahang Glova, membuka secara paksa mulut gadis itu. "Jangan buang waktu gue, Glova. Lo tau gue nggak suka dibantah."

Glova langsung batuk-batuk, tersedak oleh makanan yang dipaksa menerobos masuk ke tenggorokannya. "Udah, Altop. Perut gue mual banget."

"Paksain sedikit, lo belum makan seharian. Kapan bisa sembuh kalau kayak gitu?" Alis Altop terangkat, memandang Glova datar.

Mau tidak mau, Glova hanya bisa patuh. Dirinya menerima suapan dari Altop hingga makanan dalam piring tersebut habis. "Lo udah makan?" tanyanya seusai menelan makanan di dalam mulut.

ALTOPWhere stories live. Discover now