7. NGEDATE OR KISS ME?

217K 17.9K 4.4K
                                    

Hai! Panggil aku Syasya !!

[ SELALU HARGAI PENULIS. BERIKAN VOTE 🌟 & KOMEN 💬 KALIAN. ]

Happy reading !! 🦩

07. NGEDATE OR KISS ME?

**

“Kematian itu takdir Tuhan, bertahan untuk tetap hidup itu sebuah pilihan.” -Raven Gutama.

**

Sesuai dengan jadwal Psikoterapi-nya, Glova saat ini sedang berada di sebuah ruangan dokter pada salah satu Rumah Sakit Jakarta yang sering kali gadis itu kunjungi.

"Cobalah berhenti memikirkan hal yang berlebihan, Glova. Hidup manusia adalah anugrah terindah dari Tuhan yang patut untuk kamu syukuri," tutur wanita dengan jas berwarna putih yang membalut pakaiannya. "Pilihan untuk mengakhiri hidup, bukanlah solusi dari semua masalah kamu."

Glova mendesah singkat. "Bagi saya, dok. Hidup ini terasa sangat berat tanpa adanya kedua orang tua saya. Dimana pun saya berada, rasanya  saya nggak berguna, dan hanya menjadi beban bagi mereka."

Dokter itu menggeleng pelan, membantah perkataan Glova. "Bukan sebagai beban hidup, justru mereka merasa kamu itu sangat berharga. Coba lihatlah orang disekitar kamu, dari perilaku hal kecil tapi berartikan mereka sangat menyayangi kamu."

Mendengar penjelasan tersebut, Glova berhasil melihat bayangan dalam pikirannya. Kalau dipikir, ternyata ucapan dokter itu benar adanya. "Apa suatu saat saya akan menjadi gila, dok?" Glova bertanya.

"Semua itu tidak akan terjadi, Glova. Kamu harus selalu optimis, agar bisa sembuh dari penyakit Post-traumatic stress disorder ini. Mulailah, dengan terus membangun semangat hidup, dan berusaha menggapai impian yang kamu miliki." Dokter itu menarik sudut bibirnya, hingga membentuk sebuah senyuman hangat. "Saya akan selalu berada di samping kamu. Disaat kamu perlu bantuan, silahkan hubungi saya."

Gadis itu mengangguk paham. "Baik dok, saya akan berusaha menghadapi semua ini. Terima kasih." Merubah posisi duduk menjadi berdiri, Glova melangkah keluar dari ruangan itu.

Berjalan santai menelusuri sepanjang koridor Rumah Sakit, Glova mengendus letih. Tampak banyak orang berlalu lalang di sekitarnya, hingga mendadak ada seseorang yang menghalangi langkahnya.

"Hai Glova," sapa Markus.

Glova mendongkrak kepala. Dirinya sedikit tersentak terkejut, secara kebetulan ia bertemu Markus di tempat seperti ini. "Eh! Hai Mark."

"Lo ngapain ada di sini? Ada yang sakit?" Markus mengernyitkan alisnya bingung.

Glova terkekeh kaku, berusaha memasang mimik muka setenang mungkin. "Nggak ada, gue habis jenguk tetangga tadi. Kalau lo sendiri? Ngapain di Rumah Sakit?"

"Gue kesini tadi nganterin Nyokap. Kebetulan dia jadi dokter di sini."

"Nyokap lo dokter di sini? Oh! Baru tau gue." Glova terkesiap mengetahui fakta yang Markus ungkapkan barusan.

Markus mengernyit lagi. "Baru tau? Jadi lo sering datang ke sini?"

Seketika perkataan Glova terbungkam. Astaga! Mulutnya ini sering kali kebablasan. "E---em maksudnya, gue baru tau kalau Nyokap lo itu dokter. Hebat banget deh Nyokap lo, bisa jadi seorang dokter di sini." Gadis itu gelagapan, sembari menggigit bibir bawahnya.

"Sekarang lo mau kemana?" tanya Markus.

"Gue mau balik, sih. Lo mau balik juga?"

Markus menjawab pertanyaan Glova dengan anggukan. "Lo bawa mobil nggak? Atau balik bareng gue aja?" tawarnya.

ALTOPWhere stories live. Discover now