Chapter 27

31 3 0
                                    

Seseorang menyelinap masuk ke dalam markas RED TAIL, ia mengenakan hoodie hitam dan celana jins abu-abu. Diam-diam ia memeriksa laci meja demonstrasi dan menemukan kotak hitam di dalamnya. Kotak tersebut berisi X-PIRAD 028, ia kemudian memasukkannya ke kantung hoodie lalu bergegas pergi dari tempat itu.

***

Tiffani mengobrak-abrik isi laci, ia panik lantaran tak menemukan kotak hitam tempat penyimpanan X-PIRAD 028. "Gue ingat simpan obatnya di sini, tapi kenapa sekarang gak ada?" Tiffani menggigit kuku jarinya.

"Ternyata itu lo, kami pikir tadi siapa." Dira berjalan mendekati Tiffani, membuat gadis itu buru-buru menutup laci. Gadis itu tak datang sendirian, melainkan ditemani oleh Ify.

"Kenapa lo kelihatan tegang banget? Ada masalah ya?" tanya Dira. Ekspresi Tiffani makin tak karuan, ia lupa jika gadis itu bisa membaca ekspresi wajah.

"B-bukan apa-apa kok. Gue pergi dulu." Tiffani buru-buru pergi, ia tak ingin berlama-lama di dekat Dira karena bisa-bisa rahasianya terbongkar.

"Dia jelas menyembunyikan sesuatu," ujar Dira.

"Maksud kakak apa?" tanya Ify heran.

"Owh, bukan apa-apa kok. Lupain aja. By the way latihan lo gimana?" Dira mengganti topik pembicaraan.

Ify tersenyum. "Latihannya udah selesai dan besok kami bertiga akan berangkat ke Jakarta untuk mengikuti turnamen pemuda nasional," ujarnya bertepatan dengan Aila dan Lisa yang memasuki ruangan.

"Kalau gitu semangat ya Ify, jangan lupa bawa pulang medali." Kedua gadis itu menghampiri Ify dan Dira.

"Tenang aja aku pasti bawa pulang medali kok," balas Ify.

"Owh, iya udah ada kabar dari kak Ruth belum?" sahut Lisa.

"Ruth dan beberapa murid angkatan ke-12 lainnya masih dirawat di rumah sakit sekolah. Kata bu Niar mereka semua drop akibat kelelahan belajar." Dira menyampaikan informasi yang ia ketahui. Ify dan Aila hanya menganggukkan kepalanya, berbeda dengan Lisa yang merasakan kejanggalan di balik kejadian yang menimpa murid-murid angkatan ke-12.

***

Bu Niar terlihat memasuki kamar pasien, rupanya kamar tersebut milik Ruth. Gadis itu masih terbaring lemah di tempat tidur. "Sayang sekali kamu harus menderita karena aksi balas dendam gadis itu." Bu Niar membelai puncak kepala Ruth.

Ponselnya kemudian berdering, ia bergegas mengangkat panggilan tersebut. "Kenapa menelepon?" tanya bu Niar.

"Apakah obat itu masih harus terus diproduksi?" tanya si penelepon.

"Tentu saja, karena obat itu teramat penting." Bu Niar melihat sekilas ke arah Ruth.

"Baiklah." Si penelepon menutup panggilannya. Bu Niar lantas menatap Ruth lamat-lamat kemudian berkata, "Tidurlah untuk waktu yang cukup lama." Ia tersenyum puas.

***

Pagi-pagi sekali Ify sudah bersiap untuk berangkat ke Jakarta. Lisa sengaja mengantar Ify sampai ke parkiran sekolah karena sebentar lagi gadis itu akan pergi. Aila tak ikut mengantar karena ia masih harus mengikuti rapat gabungan dengan para anggota ORKES dan OSIS.

THE RED TAIL [Revisi]Where stories live. Discover now