Chapter 15

48 5 0
                                    

"Ujian semester sudah di depan mata, jadi ibu harap kalian dapat memanfaatkan waktu libur dengan sebaik mungkin. Ingat! Bukan untuk bermain, tapi untuk belajar," ujar bu Ginarti tegas.

"Siap bu!" jawab mereka semua serentak. Setelahnya bu Gina pun keluar dari ruang kelas XI IPS 1.

"Gue malas belajar. Enakan juga rebahan sambil main ML," ujar ketua kelas XI IPS 1.

"Tapi gimana caranya mau main ML? Ponsel kita kan udah disita," teman sebangkunya menanggapi.

"Eh kalian udah nonton Penthouse S2 episode 5 belum? Ternyata yang meninggal itu Bae Ro-na," celetuk murid lainnya.

"Iya gue nonton juga semalam, kasihan banget gue lihat Bae Ro-na jatuh dari tangga. Gue juga kesel banget sama si Ha Eun Byeol," teman di sebelahnya ikut menanggapi.

"Aduh! Gue jarang latihan PMR nih, bisa-bisa nilai ekskul gue C," ujar murid perempuan yang posisi duduknya tak jauh dari Dira.

"Makanya jangan malas latihan dan kalau bisa lo harus selalu menyempatkan diri untuk hadir di setiap pertemuannya," temannya memberi nasihat.

Dira lagi-lagi menghela napasnya gusar. Ia merasa kesal setiap kali mendengarkan percakapan yang terjadi di antara teman sekelasnya, terlebih jika itu menyangkut nilai ekskul karena hanya dia satu-satunya murid di kelas XI IPS 1 yang tidak mengikuti ekskul apa pun. Karena merasa muak, ia pun memutuskan untuk keluar dari ruang kelas dengan maksud ingin mencari udara segar. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan keluar, tiba-tiba saja Arthur Archivel alias Art si wakil ketua osis langsung muncul di hadapannya. "Dira tunggu!"

"Ada apa lagi sih?!" tanya Dira ketus.

"Jangan marah-marah terus dong nanti cepat tua," ledek Art.

"Langsung to the point aja bisa?" Dira melipat kedua tangannya di dada.

"Oke-oke kalau gitu gue langsung to the point aja." Art menyengir. "Lo udah berubah pikiran belum?" tanya Art.

"Soal apa?" tanya Dira balik.

"Pendaftaran keanggota osis," jawab Art dengan satu tarikan napas.

"Aku masih gak minat untuk gabung di osis," jujurnya.

"Lo yakin sama keputusan itu?" tanya Art memastikan dan hanya diangguki oleh Dira.

"Oke, kalau gitu gue gak bakal maksa lo untuk gabung di osis lagi, tapi apa boleh gue minta sesuatu dari lo?" pinta Art.

"Minta apa?" Dira mengerutkan keningnya.

"Lo harus lebih sering senyum karena senyum lo itu semanis madu dari Yunani," Art menggoda Dira.

"Hah!" Dira terkejut, tapi ia tertawa setelahnya karena mendengar gombalan Art.

"Nah gitu dong." Art ikut tersenyum.

"Kalau gitu gue pergi dulu karena masih banyak urusan," pamitnya kemudian. Dira sendiri masih tak bisa  menghilangkan senyum di wajahnya saat melihat kepergian Art.

"Ekhm!" Tiffani berdehem tepat di samping Dira membuat gadis itu jadi kaget.

"Sejak kapan lo ada di sini?" tanya Dira heran.

"Baru aja," jawab Tiffani singkat.

"Owh, iya nanti sore jangan lupa ambil hasil tes kalian," kata Tiffani mengingatkan. Setelah itu ia pergi begitu saja tanpa mendengarkan balasan dari Dira.

***

Sore harinya, Ruth datang ke tempat Tiffani. Ia sengaja tidak mengajak Dira dan Elsa karena ingin berbicara empat mata dengan Tiffani.

THE RED TAIL [Revisi]Where stories live. Discover now