Chapter 22

38 5 0
                                    

Ruth bergegas memasuki markas RED TAIL dan seperti biasa, ia lagi-lagi terlambat. "Sorry gue telat," ujarnya seraya duduk di kursi.

"Karena semuanya udah pada ngumpul, jadi gue langsung ke intinya aja. Ada barang yang akan dikirim besok sore dan barang itu milik pak Derawan. Gue rasa itu bukan barang biasa karena pak Derawan dengan sangat tegas meminta agar barang itu dikirim melalui gerbang belakang sekolah dan gak ada seorang pun yang boleh tau. Anehnya lagi pak Derawan mau barang itu disimpan di gudang belakang sekolah," Dira menjelaskan panjang lebar.

"Memang barangnya sepenting itu ya?" Ruth melipat tangannya di dada.

"Sepertinya," jawab Dira ragu-ragu.

Ruth hanya memutar kedua bola matanya jengah. "Yaudah, kalau gitu kalian wajib cari tahu isi barangnya."

"Baik kak," ujar Ify mantap.

Ruth lalu beralih menatap Elsa. "Apa lo udah nyari tahu tentang kecelakaan yang dialami pak Nildan dua tahun lalu?"

Elsa mendengus sembari memutar bola matanya sebal. "Itu kan tugasnya Lisa sebagai main informan, harusnya dia dong yang nyari tahu."

"Kakak gak perlu khawatir. Aku udah cari tahu tentang kecelakaan itu kok, dan dari informasi yang aku dapat penyebab kecelakaanya karena rem blong, makanya mobil pak Nil menabrak pohon dan jatuh ke jurang," Lisa menjelaskan secara rinci.

"Apa ada informasi lainnya yang lo dapat?" tanya Ruth.

"Iya, ada!" jawab Lisa excited.

"Sebenarnya informasi ini gak berhubungan dengan kecelakaan pak Nil, tapi lebih ke urusan keluarganya," jelasnya.

"Pak Nil masih punya istri dan dua anak perempuan, tapi setelah dia meninggal sebagian besar dari aset kekayaannya jatuh ke tangan pak Derawan bahkan sekolah ini juga," terangnya. Seketika yang lain langsung memasang raut terkejut kecuali Tiffani, gadis itu hanya memasang raut datar.

"Tapi kenapa? Seharusnya kan kedua anak perempuan pak Nil yang lebih berhak," ujar Aila heran.

"Memang berapa usia anak-anaknya?" tanya Ruth.

Lisa kemudian memperlihatkan foto keluarga bahagia pak Nildan, di foto itu ada pak Nildan, istrinya dan anak perempuannya yang pertama. "Bukannya tadi lo bilang kalau pak Nildan punya dua anak ya?" Dira mengernyitkan keningnya heran.

"Memang benar, tapi gue rasa anak keduanya gak suka difoto. Makanya setiap gue coba cari fotonya di internet gak pernah ketemu, bahkan dibiodatanya aja gak ada foto yang terpasang." Lisa beralih memperlihatkan file berisi biodata kedua anak perempuan pak Nildan.

"Anak pertamanya kelahiran 1996. Sekarang umurnya 25 tahun dan kecelakaan yang dialami pak Nildan terjadi dua tahun lalu sehingga pada saat itu umurnya 23 tahun, jadi seharusnya anak pertamanya udah terbilang siap untuk mengurus semua perusahan dan bisnis ayahnya termasuk sekolah kita ini. Jadi aneh aja kalau bisnis-bisnis pak Nildan malah dikasi ke pak Derawan." Dira menggigit kuku jarinya.

"Kamu ada benarnya Dir," Ruth sependapat.

"Anak keduanya bernama Winter Kharisma dan dia lahir tahun 2004. Berarti usianya sekarang 17 tahun, seumuran dengan gue, Dira dan Tiffani," timpal Elsa.

"Makasih Lis, informasi yang lo dapat sangat membantu," puji Ruth.

"Untuk sekarang kita tetap pada rencana awal, yakni menyelidiki isi barang yang dipesan sama pak Derawan. Gue serahkan tugas itu ke kalian berdua ya." Ruth menatap Lisa dan Ify secara bergantian.

"Siap, kak." Ify mengangguk mantap.

"Teruntuk Elsa dan Tiffani, gue juga punya tugas khusus untuk kalian." Ruth menyunggingkan senyumnya. Elsa dan Tiffani nampak penasaran dengan tugas yang akan diberikan oleh Ruth.

THE RED TAIL [Revisi]Where stories live. Discover now