Chapter 19

51 6 1
                                    

Pak Derawan berjalan memasuki ruang TU. Di sana ia melihat bu Nara, tengah tertidur di atas meja dengan posisi tangan terlipat.

"Dasar! Kerjanya hanya tidur saja," celanya. Ia kemudian mencoba membangunkan bu Nara. "Hei! Ayo bangun!"

"Aku bilang bangun!" Pak Derawan berteriak cukup keras sampai-sampai bu Nara terbangun dalam keadaan terkejut.

"Sudah berapa lama kamu tertidur di sini?" tanya pak Derawan.

Bu Nara tak langsung menjawab, ia merapikan rambutnya terlebih dahulu. "Maaf, sepertinya tanpa tersadar aku tertidur sepanjang malam di sini." Sejak semalam bu Nara memang berada di ruang TU. Bu Nara kesal karena kemarin teleponnya dimatikan secara sepihak karena itulah ia memutuskan untuk pergi ke ruang TU dan menyelesaikan beberapa pekerjaan. Hal itu ia lakukan untuk meredam rasa kekesalannya.

"Bagaimana dengan perkembangan obat itu?" pak Derawan kembali bertanya, tapi kali ini topiknya berbeda.

"Apa maksud bapak?" Satu alis bu Nara tertaut sempurna.

"Aku membicarakan tentang X-PIRAD 028. Cepat katakan berapa keuntungan yang aku dapatkan selama beberapa minggu terakhir ini?"

"Hanya ada uang di pikiran tua bangka ini," bu Nara bergumam pelan.

"Saat ini belum ada yang membeli obat itu lagi dan kalaupun ada pasti bapak akan mengetahuinya." Bu Nara memaksakan senyum di wajahnya.

"Kalau begitu cari lebih banyak pembeli!" Pak Derawan memperbaiki jasnya. "Jika perlu manipulasi pikiran anak-anak itu biar mereka mau memakai X-PIRAD 028," paksanya. 

"Baik, akan aku usahakan," ujar bu Nara patuh.

"Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu." Pak Derawan kemudian berjalan dengan angkuhnya menuju pintu keluar.

"Dasar tua bangka! Memangnya dia pikir dia itu siapa? Seenaknya saja melimpahkan banyak tugas untukku," bu Nara merengut, ia kesal dengan sikap kepala sekolah.

"Padahal usiaku baru 25 tahun, tapi kurasa aku akan cepat tua jika terus-terusan seperti ini." Bu Nara memandangi wajahnya di depan cermin.

Pintu kemudian dibuka, Angga muncul dari balik pintu. "Ternyata kakak ada di sini," ujarnya seraya berjalan masuk.

Bu Nara menyipitkan matanya. "Ada apa? Kenapa datang ke sini pagi-pagi sekali?"

"Ada paket buat lo." Angga menyodorkan kotak kecil berwarna biru lengkap dengan pita di atasnya.

"Dari siapa?" Bu Nara membolak-balikkan kotak tersebut.

"Gue gak kenal siapa dia, tapi yang pasti dia itu perempuan dan kalau dilihat-lihat sepertinya usianya gak jauh beda dari kak Nara," jelas Angga panjang lebar.

"Dia minta tolong untuk kasi paket itu ke kakak." Angga menunjuk paket yang bu Nara pegang.

Bu Nara kemudian membuka kotak tersebut dan melihat apa isinya. Rupanya isi di dalam kotak adalah sebuah pulpen dengan merk ternama dan selembar kertas yang berisi pesan singkat.

'Bersabarlah sebentar lagi, karena kemenangan hanya tinggal beberapa langkah. Semoga kamu menyukai hadiahnya. Dari temanmu, R.'

"Apa isi pesannya?" tanya Angga penasaran.

"Hanya pesan biasa," jawab bu Nara singkat.

Tanpa keduanya sadari, ada seseorang yang ikut mendengarkan percakapan mereka. Orang itu adalah Lisa, sejak tadi ia menyadap pembicaraan mereka melalui aplikasi voice note yang sebelumnya telah ia pasang di ponsel milik Angga.

THE RED TAIL [Revisi]Where stories live. Discover now