Chapter 16

44 4 1
                                    

Hari minggu. Surga dunia bagi anak sekolahan. Hari di mana mereka bisa lepas dari jeratan tugas-tugas, walau sebenarnya hal tersebut juga berlaku di hari sabtu, namun sayang mereka juga tetap harus mengikuti bimbingan konseling di sore harinya.

Kegiatan rutinitas para murid di SMA Kharisma disaat libur seperti ini biasanya bangun di siang hari, baca novel, movie marathon dan main ponsel sepuasnya. Namun, berbeda dengan Ify yang justru lebih suka menyibukkan diri di ruang klub bela diri untuk melatih tendangannya.

KHIYAAT!! Suaranya menyeruak memenuhi seisi ruangan.

"Ngapain lo pagi-pagi begini latihan karate?" tanya seseorang yang saat ini berdiri di ambang pintu.

"Kak Dilon." Ify terseyum kecil seraya memperhatikan penampilan Dilon dari atas hingga ke bawah. Saat ini cowok itu hanya menggunakan kaos putih lengan pendek serta celana panjang dengan motif kotak-kotak dan jangan lupakan rambutnya yang masih agak berantakan selayaknya orang baru bangun tidur. Satu lagi ia masih mengenakan sandal tidurnya.

"Kak Dilon baru bangun ya?" tebak Ify.

"Ya, gitu deh." Dilon memutar bola matanya jengah.

"Tadi itu gue lagi enak-enaknya tidur di kasur dan rencananya sih pengen bangun jam 10 aja, tapi bu Nara tiba-tiba datang dan ngetuk pintu kamar gue. Setelah itu dia nyuruh gue datang ke ruang TU secepatnya," jelasnya panjang lebar.

"Jadi gue langsung aja tuh cuci muka terus lari ke ruang TU," tambahnya.

Ify hanya terkekeh mendengar penjelasan kakak kelasnya itu."Memangnya ada hal penting apa kak?"

Dilon awalnya ragu untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Ify, namun ia memberanikan diri untuk berbicara, "Sebenarnya gue dan bu Nara tadi membahas tentang pembatalan turnamen pemuda nasional, yang rencananya sendiri bakal diadakan bulan depan," jelas Dilon.

"Ohh," balas Ify pelan.

"Lo masih kepikiran sama teman-teman kita yang udah meninggal ya?" tanya Dilon hati-hati.

Ify menggeleng sambil tersenyum tipis. "Gak, aku udah gak mikirin mereka lagi kok. Lagian yang kak Dilon bilang kemarin itu emang ada benarnya. Meskipun kita semua berteman akrab, tapi bukan berarti kita harus tahu segalanya tentang mereka terutama jika itu menyangkut urusan pribadi,"

Dilon tersenyum. Ia kemudian mencubit pipi Ify gemas. "Kelihatannya kamu udah makin dewasa aja ya."

"Auh! sakit tahu kak," ringisnya.

"Ekhem!" deheman seseorang sontak membuat keduanya jadi mengalihkan pandang.

"Aduh tangan gue gatal banget nih. Di sini pasti banyak nyamuk ya, eh tunggu dulu bukannya kami yang jadi nyamuknya," kata Amanda mencoba menggoda Dilon.

"Sorry, bro karena udah ganggu waktu pacarannya." Renald berjalan ke arah Dilon kemudian menepuk pelan pundak sahabatnya itu.

"Ngapain kalian di sini?! tanya Dilon ketus.

"Dih, gitu amat sama teman sendiri," Renald tersenyum jahil.

Dilon memasang tampang menyebalkan. Sudah sering kali Renald dan Amanda menggodanya bahkan tak jarang pula kedua temannya yang lain, yakni Art dan Asdar mengikuti kenakalan mereka. Terkadang Dilon merasa terganggu jika teman-temannya itu harus muncul di waktu yang tidak tepat, contohnya seperti sekarang ini.

"Btw, dia siapa?" Dilon menunjuk seorang gadis yang berdiri di belakang Amanda.

"Dia anggota baru, namanya Aila," jawab Amanda dan hanya diangguki oleh Dilon.

Ketiganya lantas berbicara enam mata, entah apa yang dibahas oleh tiga sekawan itu. Di satu sisi, Aila terlihat menghampiri Ify yang sedang duduk di matras.

THE RED TAIL [Revisi]Where stories live. Discover now