Chapter 12

54 7 0
                                    

Seorang murid yang tadi berjalan cepat, nyaris setengah berlari itu mendadak berhenti saat tiba di depan ruangan kepala sekolah. Ketika ia membuka pintu, ia langsung dihadapkan dengan kehadiran bu Nara serta pak Derawan.

"Kamu terlambat," ujar bu Nara. Membuat murid yang bernama lengkap Prini Sri Antaridadi itu terdiam cukup lama.

Bu Nara kemudian mengeluarkan sebuah kertas dari dalam laci lalu berkata, "Ini tanda tangan di sini," suruhnya.

Prini lantas mendekat dan segera menandatangani kertas pemberian bu Nara, sesuai dengan instruksinya tadi.
Kertas yang diberikan oleh bu Nara berisi surat perjanjian pemakaian obat X-PIRAD 028 atas nama Prini Sri Antaridadi.

"Dengan menandatangani surat perjanjian ini, maka kamu dinyatakan setuju menerima konsekuensi apa pun dari pemakaian obat ini nantinya," jelas pak Derawan.

Bu Nara lantas memberikan paperbag kuning kepada Prini. "Jika kamu masih merasa yang saya berikan ini kurang, kamu bisa datang lagi ke saya dan mengambil sisanya."

"Baik bu terima kasih." Prini tersenyum melihat isi paperbag pemberian bu Nara.

                                 ***

Bugh!!

Bugh!!

Ify tak henti-hentinya memukul samsak yang ada di depannya. Entah kenapa sejak beberapa hari terakhir ini, ia terus saja merasa kesal dan ingin melampiaskannya pada benda-benda di sekitar.

Bugghhh!! Kali ini Ify semakin memperkuat pukulannya. Ia terus memukul samsak itu sampai benar-benar hancur dan jatuh ke lantai.

"Ah sial! kenapa samsaknya harus hancur secepat ini sih." Ify menendang samsak itu sejauh mungkin.

"Wow, santai-santai! Lo lagi ada masalah apa, huh?" tanya Dilon yang baru datang.

"Lagi gak ada masalah apa-apa kok." Ify membuang muka.

"Oke, kalau lo emang gak mau cerita gak papa. Lagian ini biasa terjadi kalau udah memasuki siklusnya." Dilon menyengir kuda.

"Siklus?" tanya Ify yang merasa kebingungan dengan maksud Dilon.

"Siklus menstruasi maksudnya," jawab Dilon.

"Hah!" Ify dibuat kaget dengan pernyataan Dilon barusan, dia hanya bisa geleng-geleng kepala sembari menampilkan senyum tipis di wajahnya.

"Kakak ada-ada aja, aku kesal bukan karena masalah itu," Ify berkata jujur pasalnya orang yang membuatnya merasa kesal selama beberapa hari terakhir ini adalah Lisa.

"Owh, iya sabtu malam lo sibuk ngak?" tanya Dilon.

"Ngak, emang kenapa?" tanya Ify balik.

Dilon lantas mengeluarkan dua lembar tiket dari dalam sakunya. "Sebenarnya aku mau ngajakin kamu nonton pertunjukan drama," ungkapnya.

"Kok sekarang kakak manggilnya aku-kamu sih bukan lo gue lagi," goda Ify.

"Ya, gak papa biar serasa pacaran aja," jawaban Dilon benar-benar berhasil membuat Ify terdiam untuk beberapa saat. Ia terkejut mendengar pernyataan Dilon, namun dengan cepat ia menetralisirkan rasa keterkejutannya itu dengan cara mengubah topik pembicaraan.

"Hm, emang ini tiket pertunjukan drama apa?" tanya Ify.

"Tiket pertunjukan drama yang bakal dipentaskan sama anak-anak klub drama," jelasnya.

Ify mengerutkan keningnya. "Gue pikir setelah kejadian itu acaranya bakal dibatalin, tapi ternyata masih tetap dilanjutin."

"Ya, walaupun rahasia anak-anak klub drama udah terbongkar dan mereka sekarang juga lagi musuhan bukan berarti pementasannya harus dibatalin kan. Lagian dari yang aku dengar, bu Nara juga maksa mereka untuk tetap lanjutin pertunjukan dramanya," kali  ini Dilon menjelaskan panjang lebar.

THE RED TAIL [Revisi]Where stories live. Discover now