Penghuni Sudut Tersepi Bumi (01)

884 104 23
                                    

Selamat membaca
.
.

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

📍Note : Putar lagu yang tertera supaya sensasi membaca lebih terasa!
.
.

"ATMA!" Valerie berteriak kencang dirumah kosong yang dulunya menjadi tempatnya bermain bersama Atma. Air matanya berurai deras, dadanya terasa sangat sesak.

"AKU MENAGIH JANJIMU!" Lanjutnya dengan suara tercekat karena tangis.

Valerie kini memegang dadanya sesak, bernapas saja sekarang terasa sangat sulit untuknya. "KAMU BERJANJI AKAN KEMBALI PADAKU! DAN SAMPAI SEKARANG AKU MASIH MENUNGGUMU!"

"AKU MENAGIH JANJIMU ATMA! AKU MASIH MENUNGGU!" Valerie semakin tersedu, dia terduduk lemah dlantai yang penuh debu.

"Hujan sudah berkali-kali turun ke bumi Atma... Kenapa kamu masih belum kembali?" lirihnya disela isak tangisnya.

"KAMU BERBOHONG PADAKU ATMA! KAMU SUNGGUH SANGAT MENYIKSAKU! SUNGGUH TEGANYA DIRIMU PADAKU!" Lagi-lagi Velerie berteriak meluapkan segala emosi yang selama ini ia tahan.

Valerie memeluk erat potongan kertas usang yang baru saja dia temukan, seakan itu adalah satu-satunya penghubung dengan masa lalu yang begitu indah namun kini terasa begitu jauh.

"Kamu berjanji akan kembali sebelum hujan turun ke bumi, tapi sampai hujan berhenti, kamu tidak pernah kembali" ucapnya pilu.

"Kumohon kekasihku... Tolong, jangan menyiksaku seperti ini..." lanjutnya.

Valerie semakin tenggelam dalam tangisnya, nasib baik rumah Atma jauh dari pemukiman warga. "Tuhan..." Valerie kini berujar lirih.

"Atmaku sudah lebur Tuhan..." lanjutnya.

"Dan kini aku sudah hancur. Dia menyerahkan dunianya padaku, dan aku kehilangan duniaku." Lirihnya mengadu.

Valerie menangis tanpa henti, membiarkan kesedihan dan kerinduannya memenuhi ruangan kecil itu. Setiap isak tangisnya adalah seruan dari hati yang terluka, mencari jawaban atas pertanyaan yang terus menghantuinya.

"Mengapa kamu pergi, Atma? Mengapa kamu meninggalkanku sendiri di tengah kegelapan ini?" desahnya dengan suara yang hampir tercekik oleh air mata.

Valerie membiarkan tangisannya mereda sedikit demi sedikit, tapi rasa kehilangan itu tetap menggelayuti setiap serat jiwanya. Dia tak tahu lagi harus berbuat apa, kecuali meratapi kepergian yang begitu tidak adil ini.

Valerie akhirnya bangkit dari tempatnya dengan perlahan, tubuhnya terasa berat dan lelah oleh beban emosional yang begitu besar. Dia menghapus air mata yang masih mengalir di pipinya dengan punggung tangannya yang gemetar. Meraih napas dalam-dalam, dia mencoba mengumpulkan sedikit kekuatan yang tersisa di dalam dirinya.

Sudut Tersepi BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang