Sebatang Kara

3.2K 315 64
                                    

Selamat membaca
.
.

Selamat membaca

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

.
.

"Tangis Atma kembali pecah saat salah satu polisi menyerahkan kresek hitam berisi setelan jas dan dua buah dress berwarna merah maroon" ucap Valerie kembali bercerita. 

Valerie menyeka pipinya. "Bahkan dress merah maroon itu masih tersimpan rapi dalam lemariku"

"Dia benar-benar pergi, demi tuhan aku tidak pernah sekalipun memikirkan hal itu akan terjadi" ucapnya lalu kembali terisak.

"Vale aku sudah hancur, sudah sangat lebur. Kata-kata itu benar-benar sangat memilukan untukku, hatiku rasanya seperti ditusuk oleh pisau saat mendengar kalimat itu terucap dari mulut manis Atma" lanjutnya parau.

Dokter Riri lagi-lagi ikut menyeka pipinya. Sebelumnya, dia tidak pernah ikut terbawa suasana seperti ini saat mendengar cerita dari para pasiennya, dia selalu bersikap prefesional. Tapi, kisah kehidupan Atma dan Hendra ini benar-benar membuatnya kehilangan sikap prefesionalnya, dia ikut terharu dan meneteskan air mata.

"Menangislah Valerie, menangislah sekeras mungkin. Aku bahkan tidak sanggup membayangkan bagaimana kamu hidup selama ini dengan semua kenangan pahit itu" ucapnya sambil mengelus pundak Valerie yang sudah bergetar hebat.

"Hari kelulusan yang seharusnya menjadi momen membahagiakan, berubah menjadi momen yang sangat memilukan. Di hari itu, semua orang menatapnya iba, air matanya tidak berhenti mengalir saat dia memakai setelan jas yang dibeli oleh Mas Hendra" lanjut Valerie kembali bercerita.

-Sudut Tersepi Bumi-

Jakarta, 14 April 2016

"Mas Hendra!" Teriak Atma tersentak dari tidurnya.

Mendengar itu, Valerie yang dari tadi duduk disamping brankar langsung bangkit. "Atma ... "

Atma melihat kesekelilingnya, hanya tembok putih khas rumah sakit yang ia lihat. Setelah itu, tatapan Atma beralih pada wajah Valerie yang terlihat sedikit pucat, matanya kembali berkaca-kaca. "Vale ... Ini bukan mimpi ya?" lirihnya.

Valerie hanya menggeleng sebagai jawaban, dia juga berusaha menahan air matanya supaya tidak kembali turun, dia harus kuat, saat ini Atma sangat membutuhkannya, dia tidak boleh terlihat lemah. 

"Ini ... " ucap Valerie sembari mengeluarkan kresek hitam yang sudah kotor terkena darah, yang tadi diberikan oleh salah satu polisi padanya.

Atma mengambil kresek tersebut lalu membukanya, tangisnya kembali pecah saat ia melihat isi dari kresek yang diberikan oleh Valerie.

"Atma ngga mau ini Mas ... " lirihnya disela isak tangisnya.

"Kamu janji akan datang ke wisuda Atma, Atma ngga mau sendirian Mas" lanjutnya parau.

Sudut Tersepi BumiDär berättelser lever. Upptäck nu