Rinai Senja Menyiksa Jiwa

3.1K 326 97
                                    

Selamat membaca
.
.

Selamat membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.

Valerie dan Lena berdiri tegar dihalaman rumah warisan ayah mereka, mata mereka terpaku pada bangunan yang menjulang di depan mereka. Di antara dinding-dinding yang penuh warna, tergambar kenangan manis dan getir yang telah dihadapi bersama.

Sorotan mata yang lembut dan senyuman simpul merefleksikan momen kebahagiaan, tawa riang anak-anak mengisi udara, senja yang indah diiringi canda tawa bersama Atma dan Hendra, serta pelukan hangat di tengah dinginnya musim hujan.

Namun, juga terlukis di sana luka-luka masa lalu yang sangat menyakitkan. Air mata kesedihan yang pernah basahi pipi, perdebatan kedua orang tua mereka yang menyakiti hati, dan saat-saat kehilangan yang meninggalkan bekas luka yang paling pedih.

Dalam pandangan mereka tersemat kerinduan yang penuh emosi, sebuah rumah yang telah menyaksikan setiap fase hidup mereka, dari sukacita hingga kepahitan, dan mampu membangkitkan kembali setiap detiknya meskipun penuh dengan kenangan yang berdampingan.

"Selamat datang kembali dirumah, Mbak Lena." Ucap Valerie pelan, suaranya sedikit tercekat menahan air matanya.

Lena menoleh menatap wajah adiknya, mereka berdua sama-sama menderita karena sebuah kisah manis yang sangat memanjakan mata. Lena kemudian meraih tangan Valerie, ia menggenggamnya erat. "Ayo, kita hadapi ini bersama" ucapnya.

Ucapan Lena membuat  Valerie menoleh, kemudian dia mengangguk menguatkan diri. Dengan langkah hati-hati, Valerie dan Lena melangkah masuk ke dalam pintu rumah yang sudah menjadi saksi bisu dari berbagai kenangan yang tak terhitung jumlahnya. Suasana haru dan hangat terasa saat kaki mereka menginjak lantai yang telah menyaksikan indahnya kisah mereka berdua dengan dua orang saudara lelaki yang memiliki hati selembut sutra.

Saat pertama kali melangkahkan kaki masuk kedalam rumah, yang mereka rasakan hanyalah keheningan, tenang tapi menyiksa.

Lena memandang jam dinding yang menunjukkan pukul setengah enam sore. Cahaya senja yang perlahan muncul melalui jendela rumah menambahkan sentuhan keemasan pada ruangan yang tenang. "Mendung ya" ucapnya melihat sinar senja yang mulai menghilang karena tertutup awan hitam.

Valerie yang mendengar kakaknya berbicara sontak ikut melihat keluar jendela, dan benar saja, awan hitam sudah menutupi cahaya lembut senja yang menenangkan mata. Valerie mengeratkan genggamannya pada tangan kakaknya, dia terlihat cemas melihat awan hitam yang menandakan akan segera turun hujan. "Vale?" tanya Lena merasa ada yang tidak beres dengan adiknya.

"Tolong hentikan" lirih Valerie mulai meracau.

"Mbak Lena tolong hentikan hujan itu turun!" teriaknya lalu kemudian menangis keras.

Lena langsung dibuat panik melihat adiknya menangis keras. "Tenang Vale" ucapnya berusaha menenangkan, namun sayangnya tangisan Valerie semakin pecah saat rintik hujan mulai turun membasahi tanah.

Sudut Tersepi BumiWhere stories live. Discover now