Memori Sanubari

2.7K 260 60
                                    

Selamat membaca
.
.

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Lena duduk temenung dikursi ruang tamu, kejadian yang menimpa Valerie kemarin membuat perasaannya tidak tenang. Lena masih tidak begitu yakin, namun setelah kejadian kemarin, dia merasa kalau yang terjadi pada adiknya itu ada hubungannya dengan gangguan mental. Lena memang belum tahu pasti apakah benar ada gangguan pada mental dan psikis Valerie yang membuatnya bertingkah aneh kemarin. Tapi ia akan memastikannya hari ini.

Sesuai dengan ucapannya kemarin, Lena menghubungi seorang psikolog ahli mental dan membuat janji siang hari ini di rumah.

"Mbak Lena nunggu siapa?" tanya Valerie yang tiba-tiba datang dan duduk disebelah Lena. Lena yang mendengar suara adiknya langsung menoleh, dia kemudian mengulas senyum tipis lalu menggeleng pelan.

Valerie mengerutkan keningnya heran, dia merasa kalau kakaknya itu terlihat sangat resah hari ini. Lena banyak melamun seolah sedang memikirkan sesuatu yang serius, tapi Valerie sendiri juga tidak tau apa yang sedang dipikirkan oleh Lena. "Mbak, lagi mikirin apa?" tanyanya lagi.

Lena kembali menoleh menatap wajah penasaran adiknya, Lena tidak tega kalau harus mengatakan bahwa ia mendatangkan seorang psikolog ahli mental untuk mengobati Valerie. Lena takut perasaan Valerie akan terluka jika dia berpikir kalau Lena menganggap dirinya sudah gila.

"Mbak?" panggil Valerie membuyarkan lamunan Lena.

Lena kembali menatap wajah Valerie dalam dia sangat bingung harus membalas apa, dia benar-benar terdiam tidak berkutik, hingga suara ketukan pintu terdengar jelas memecah keheningan diantara mereka berdua.

Tok! Tok!

Lena sontak memaling memandang pintu, tanpa buang waktu dia langsung pergi kearah pintu lalu membukanya. Disana terlihat seorang wanita berwajah manis dengan memakai setelah jas putih serta tas tenteng yang menggantung dipergelangan tangannya. "Selamat siang ... " sapanya ramah.

Wanita itu kemudian mengulurkan tangannya, lalu berkata. "Saya Riri"

Lena pun langsung balik menjabat tangannya. "Saya Lena" balasnya.

"Jadi, dimana pasiennya?" Lena yang mendengar pertanyaan itu tidak menjawab. Ia hanya sedikit menggeser tubuhnya agar sang psikiterapi melihat dengan sendirinya.

Celah pun terbuka sedikit demi sedikit. Menampaki Valerie yang sedang duduk di sofa yang menghadap ke pintu. Lena dan dokter Riri sama-sama melihat ke arah Valerie, sementara Valerie balik menatap nanar keduanya.

"Saya boleh minta ruang privacy tanpa ada orang lain, hanya saya dan Valerie saja bisa?" tanyanya pada Lena.

Lena mengangguk mengerti. "Kalian bisa masuk ke dalam kamar ini" balasnya sambil membuka kamar milik Valerie.

Sudut Tersepi BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang