Kesatria Bintang dari Planet Mars

2.3K 204 13
                                    

Selamat membaca
.
.

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Kriet ...

Suara pintu kamar Valerie terbuka, lalu kemudian Lena masuk membawa sebuah nampan dengan berbagai macam cemilan dan segelas air putih yang hangat. Pintu terbuka perlahan, dan Lena kemudian melangkah masuk kedalam kamar. Saat pertama kali masuk, Lena melihat Valerie sedang duduk di tepi ranjang, wajahnya terlihat pucat, dan matanya terhanyut dalam keheningan, tangannya memegang tumpukan kertas yang terlihat seperti surat-surat manis dari seseorang.

"Vale," panggil Lena dengan senyum lembut, meskipun sebenarnya dia sangat prihatin dan sangat sedih melihat kondisi Valerie saat ini.

Lena kemudian duduk di samping Valerie, menempatkan nampan cemilan di atas meja kecil di dekat ranjang. "Vale, Mbak tadi beli cemilan ditoko, kita makan bareng-bareng yuk!" ucapnya antusias.

Tidak ada balasan, Valerie hanya tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang masih menghantuinya sampai saat ini.

"Vale lagi liatin apa sih?" tanya Lena, mencoba mencari cara untuk membuka hati adiknya.

Mendengar pertanyaan dari Lena membuat senyum Valerie kembali terukir di bibirnya yang manis, lalu kemudian ia menjawab. "Surat-surat dari Atma, dia benar-benar cocok jadi anak sastra"

Lena merasa getaran kesedihan dari kata-kata adiknya, dan tanpa berkata banyak, dia meraihkan tangan Valerie lalu menggenggamnya erat. "Vale Mbak mau ngomong sesuatu," ucap Lena terpotong, dia takut ucapannya ini akan menyakiti hati adiknya.

"Besok, Dokter Riri datang lagi" lanjutnya sedikit memelankan suaranya.

Lagi-lagi Valerie tidak membalas ucapan kakaknya, selama beberapa menit dia hanya diam tanpa bersuara. Lalu kemudian Valerie tiba-tiba tersenyum tipis, dia menatap wajah Lena lalu menjawab. "Mbak mau denger salah satu puisi yang Atma buat? Nih aku bacain"

Aku mencintaimu, seperti indahnya bunga pada musim semi.
Kuncup-kuncup rasaku megah bermekaran di dalam hati.
Aku mencintaimu seperti daun yang menari bersama angin.
Cintaku padamu melambai, tak terbatas dan menghiasi malam yang dingin.

Aku ingin mencintai kamu seperti samudera yang dalam, biru dan luas.
Tak terjangkau oleh kata-kata manis yang hanya dinikmati sekilas.
Aku ingin mencintai kamu seperti ombak yang terus menggulung dilautan.
Karena rasaku ini tak akan habis ataupun berkurang.

Dan ketika petang berbicara dalam tenang.
Aku mengukir puisi ini dalam angan.
Lalu tiba-tiba angin datang dan berbisik dalam bayang-bayang.
Sang angin mengucapkan selamat, karna aku menemukan tempat untuk pulang.

Lena terdiam kaku mendengar puisi buatan Atma yang langsung dibacakan oleh Valerie, hatinya terasa seperti diiris tipis mendengarnya. "Vale, udah ya" ucapnya pelan.

Sudut Tersepi BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang