DySam (After Marriage) [Sele...

By DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... More

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
👉👈
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

39

12K 1.2K 200
By DAPU49

Dyba mengerucutkan bibirnya, ia terbangun saat suara perutnya berbunyi. Ia melirik ke jam di atas nakas, masih jam setengah tiga pagi. Dyba mengelus-elus perutnya yang sudah mulai membesar, sudah memasuki minggu ke-11.

"Adek di dalam lapar ya? Bentar, kita cari makanan dulu."

Dyba akhirnya memutuskan untuk terbangun dari tidurnya. Dengan hati-hati ia membuka selimutnya dan berjalan menuju pintu, tentunya menutup pintu kamar itu dengan hati-hati.

Dyba berjalan ke dapur, membuka lemari dapur, tetapi tidak ada makanan. Ia membuka kulkas dan hanya ada selain kacang dan nutella di sana. Bibir itu semakin mengerucut, Dyba duduk di pinggir meja makan. "Makanannya ilang."

"Makan sate kayaknya enak ya, dek?" tanya Dyba sambil mengusap-usap perutnya.

Dyba mengangguk-anggukkan kepalanya, bayangan sate dengan bumbu kecap dan kacang dan taburan bawang di atasnya membuat perutnya berbunyi lagi.

Dyba membuka pintu kamar, duduk di pinggir ranjang dan menatap suaminya sebelum ia membangunkan lelaki itu. Dyba menyusup di pelukan Sam, jarinya bergerak-gerak di dada Sam.

"Sam ...."

Sam mengerang, ia mengeratkan pelukannya di tubuh Dyba. Dyba mengigit benda yang ada di tengah dada Sam. "Ayah ... bangun dong, adek laper."

Sam membuka matanya dan menunduk, ia mengucek-ucek matanya. "Kenapa sayang?"

Dyba menatap Sam penuh harap. "Mau sate."

Alis Sam naik sebelah. "Sate? Ini jam berapa emangnya?"

"Jam setengah tiga lebih," jawab Dyba dengan menyusupkan wajahnya di dada Sam.

Sam mengarahkan tangannya mengelus perut Dyba. "Yang pengen dia atau kamu?"

"Dua-duanya."

Mendengar jawaban lirih istrinya itu membuat senyum Sam terbit. Faktor kehamilan membuat Dyba semakin manja, dan jangan lupakan juga semakin ngambekan.

"Ya udah, lepasin dulu ininya atuh, gimana caranya aku mau beli sate?"

Dyba melepas pelukannya, ia menatap Sam dengan tatapan memelasnya. "Aku ikut ya?"

Sambil duduk Sam menggelengkan kepalanya. "Enggak, pagi-pagi kayak gini pasti dingin di luar," ucap Sam sambil berdiri dari ranjang.

Mendengar isakan dari belakangnya membuat Sam langsung membalikkan tubuhnya. Ia dengan asal mengambil satu baju di lemari dan menghampiri Dyba yang tengah terisak sambil memeluk bantal.

"Astaghfirullah sayang, kenapa? Jangan nangis dong," ucap Sam panik sambil mengelus-elus lengan Dyba.

"Gak usah pegang-pegang! Aku marah sama kamu!"

Sam membawa tubuh itu ke dalam pelukannya. Ia akhirnya membaringkan lagi tubuhnya ke atas kasur. "Sstt ... Jangan nangis sayangnya Sam. Kenapa? Jangan marah dong."

"Kamu gak ngebolehin aku ikut." Jawaban dengan nada yang tersendat-sendat itu membuat Sam menghela nafas panjang.

"Ya ampun, bukan gitu maksud aku. Kan gak baik Dy dingin-dingin gini buat kamu."

Mendengar jawaban Sam itu membuat Dyba semakin mengeraskan tangisnya. Ia memukul-mukul dada Sam. "Jahat kamu! Kan aku mau ikut!"

Sam melepas pelukannya, ia menangkap tangan Dyba yang tadi memukul-mukul dadanya. "Ya udah, boleh ikut."

Dyba menatap Sam dengan lelehan air mata yang masih merembes dari matanya. "Gak usah ngajak kalau gak ikhlas!"

"Astaghfirullah Dyba, ikhlas sayang, aku ikhlas ngajak kamu. Ya udah bentar duduk diem di sini, aku mau ambilin kamu sweater dulu."

Dyba hanya diam sambil menatap Sam yang mengambil salah satu sweater di lemari baju. Dyba mengangkat kedua tangannya saat Sam mengulurkan sweater itu. Sam tersenyum kecil, ia memasangkan sweater rajut berwarna merah itu ke tubuh istrinya.

Sam menaikkan alisnya saat Dyba masih mengulurkan tangannya padahal sweater itu sudah terpasang di tubuhnya. "Apa sayang?"

Bibir itu maju lagi. "Gendong."

Sam terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menggendong tubuh itu di depan tubuhnya dan Dyba langsung melingkarkan tangan dan kakinya di tubuh Sam. Sam mengambil kunci mobil dan dompetnya di dekat lemari. Ia berjalan ke depan dan tidak lupa menutup pintu rumahnya.

"Ini mau dipangku gitu?"

"Heem."

Tangan Sam berada di atas kepala Dyba-- untuk melindungi kepala Dyba-- saat mereka akan memasuki mobil. "Mau sate apa? Sate Madura atau sate Padang?"

"Madura aja, aku lagi pengen yang ada kecap-kecapnya gitu."

Sam mengangguk, ia mulai mengendarai mobilnya keluar komplek perumahan. Satu tangannya berada di pinggang Dyba dan mengelus-elus pinggang itu karena Dyba mengeluh kalau pinggangnya sakit.

Sam mendesah kecewa saat tempat sate langganannya sudah tutup. Dyba mengangkat kepalanya dari leher Sam saat mendengar desahan kecewa Sam, ia menatap sekitar dan melihat warung sate itu tutup. "Yah, ya udah yang lain aja deh Sam. Tapi, tetep sate Madura ya."

"Iya sayang." Mendengar jawaban itu akhirnya Dyba meletakkan kepalanya lagi di leher Sam, menghirup wangi tubuh suaminya dan sesekali mengigit leher itu dengan gemas.

Sam tersenyum saat melihat gerobak sate yang terparkir di pinggir jalan. Sam meminggirkan mobilnya di dekat gerobak sate. "Mau beli berapa sayang?"

"Mau 100 tusuk, gak usah pakai lontong."

Mata Sam mengerjap, tangannya tetap berada di punggung Dyba. "Beneran di makan ya?"

"Iya."

"Ya udah kamu turun dulu, aku kan mau pesen keluar dulu."

"Gak mau, aku ikut!"

"Oke, aku ngalah." Akhirnya Sam keluar dari mobil dengan Dyba tetap berada di gendongannya.

"Pak, satenya 100 tusuk ya."

Sam tersenyum saat melihat binar kebahagiaan di wajah bapak penjual sate yang Sam perkirakan mungkin usianya sudah lima puluh tahunan.

"Duduk dulu, mas." Sam tersenyum sambil mengangguk, ia duduk di kursi plastik itu dengan Dyba di pangkuannya.

"Sate apa mas? Ayam atau kambing?"

"Hei, mau sate apa?" tanya Sam.

Dyba mengangkat kepalanya, ia menatap bapak penjual sate itu. "Mau ayam aja, Pak."

"Oke, neng."

Dyba menggoyang-goyangkan kakinya, ia menatap sekitar. Jalanannya sepi dan banyak pohon rindang di sekitarnya. Dyba melingkarkan tangannya dengan erat di leher Sam. "Sam, dingin tau."

Sam berdecak. "Kan aku udah bilang, kamu di rumah aja."

"Gak enak, entar aku digangguin mbak kunti."

"Astaghfirullah ngomongnya, kamu lagi hamil."

"Sam ...." bisik Dyba.

"Apa lagi sayang?"

"Kayaknya aku ngidam deh."

Sam menunduk, menatap mata itu. "Apa?"

"Emm ...."

Sam mengecup pipi yang mulai chubby itu. "Apa? Bilang aja sayang."

"Satenya di bungkus satu-satu ya."

"Ha? Gimana?"

"Satu tusuk sate dibungkus pakai satu kertas nasi." Mata Sam mengerjap, otaknya seketika nge-blank.

Melihat respon Sam itu membuat Dyba berdecak. "Ih, ini pasti kamu masih gak ngeh. Maksud aku tuh jadi nanti ada seratus bungkus."

"Seriusan?" tanya Sam dengan nada tak percaya. Dan Dyba mengangguk dengan semangat untuk menjawab itu.

Sam menggaruk tengkuknya. "Pak ...."

"Iya, mas?"

Sam menatap tidak enak kepada bapak yang sedang membakar pesanan satenya. "Emm ... satenya dibungkus satu persatu ya. Maksudnya satu tusuk sate dibungkus pakai satu kertas nasi."

Bapak itu terkekeh. "Itu si eneng lagi ngidam ya?"

"Iya, Pak."

Bapak itu mengangguk, ia mulai mengambil kertas nasi dan mulai membungkus satu persatu tusuk sate. "Gak usah gak enak gitu bilangnya, gak papa kok. Saya juga biasa dapat orang hamil. Kadang-kadang ada yang bakar satenya sendiri, ada yang makan mentahan sate aja, aneh-aneh ngidamnya mas."

"Ini dia baru ngidam pertama kali, pak."

"Oalah, sehat-sehat terus deh untuk bumilnya."

Baru saja Sam akan menjawab, tetapi suara Dyba sudah mendahuluinya. "Makasih doanya pak!"

Dyba berdiri dari pangkuan Sam, ia berjalan mendekati bapak penjual sate itu. "Pak, Dy boleh makan satu satenya gak? Baunya enak, Dy jadi laper."

Bapak itu tersenyum lebar, ia mengambilkan satu tusuk sate itu kepada Dyba. "Di makan neng, makannya sambil duduk ya."

Dyba menepuk-nepuk tangannya, binar matanya bahagia. Ia mengambil sate itu kemudian berjalan ke Sam sambil meniup-niup satenya. Tanpa aba-aba Dyba dengan keras mendudukkan dirinya ke pangkuan Sam.

Sam memekik. "Sayang, penghasil susu kental manis aku masih berguna! Entar kalau kamu rusakin, kamu gak bisa rasain ini lagi."

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁´◡'❁)

Jangan lupa vote and comment
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment cerita ku ♡♡

23 Desember 2020

Continue Reading

You'll Also Like

7.4K 370 15
❗️PART SUDAH TIDAK LENGKAP❗️ [HER BADBOY HUSBAND SEASON 2] Pernikahan bukanlah sebuah akhir, tetapi awal dari segalanya. Akankah kehidupan rumah tang...
6.8M 290K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
3M 301K 44
Jasmine itu gadis lemah lembut dan tertutup. Namun berbeda dengan pandangan Aleo dan teman-temannya, yang menganggap Jasmine hanya sok alim. Semua b...
1.9M 116K 50
"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku S...