DySam (After Marriage) [Sele...

By DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... More

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
👉👈
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

26

12.2K 1K 66
By DAPU49

Dyba membuka pintu rumahnya dengan riang, katanya hari ini Bella akan datang ke sini bersama dengan Sam. Sampai sekarang Sam dan Dyba pun belum tau bagaimana mamanya Bella karena Bintang yang belum memperkenalkan mereka kepada istrinya itu.

Senyum Dyba merekah saat melihat Bella di depannya menggunakan dress berwarna biru langit dan rambutnya yang diikat pony tail.

"Assalamu'alaikum, tante."

Dyba membawa gadis cilik itu ke gendongannya, ia mengecup pipi bulat itu. "Waalaikumsalam."

Sam yang melihat pemandangan itu tersenyum, ia mengecup dahi Dyba sekilas kemudian masuk duluan ke rumahnya. Dyba menutup pintu dan membawa Bella ke dalam rumahnya.

"Bella mau es krim?"

Mata bulat itu langsung berbinar. "Es klim? Mau!"

Dyba tertawa, ia membawa Bella ke dapur. Saat Dyba membuka kulkas bibir mungil itu langsung menganga, ia menatap Dyba tidak percaya. "Tante, tante jualan es klim ya?"

"Ini semua kan untuk Bella."

Bella tersenyum manis, ia mengecup pipi Dyba dengan cepat. "Makasih tante."

"Sama-sama sayang."

Bella mengambil salah satu es krim di sana. "Tante, tulun aja, aku mau makan di bawah."

Dyba menuruti perkataan gadis kecil itu, ia menurunkan Bella dengan hati-hati dan Bella langsung mengacir begitu saja entah kemana. Dyba menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis kecil itu. "Bella, jangan lari-lari!"

"Sayang."

Dyba yang akan mengejar Bella terhenti karena panggiilan itu. Ia membalikkan badannya dan berdecak saat melihat penampilan Sam. "Gak punya baju mas?"

"Punya, tapi males."

Dyba menghampiri Sam, ia berjinjit dan mengecup pipi Sam. "Pakai baju dulu, gak enak diliat sama Bella."

"Eh, anak itu ke mana?"

Dyba menggidikkan bahunya. "Entah lari ke mana, tadi habis ngambil es krim langsung lari gitu aja. Sam, Bintang belum ada ngenalin emaknya Bella gitu?"

"Belum ada, kata Bintang dia lagi sibuk gitu. Mamanya Bella kerjanya jadi dokter bedah, makannya akhirnya Bintang yang bawa Bella."

Dyba mengangguk-anggukkkan kepalanya paham. "Entah kenapa aku punya firasat mamanya Bella itu seseorang yang kita kenal loh."

Sam memiringkan kepalanya, menatap istrinya dengan heran. "Kenapa gitu?"

"Matanya Bella kayak gak asing."

Sam berdecak, ia juga baru menyadarinya. "Iya aku baru ngeh."

"Eh, pintu pagar udah di tutup kan?"

"Udah, kenapa?"

"Alhamdulillah kalau gitu, takutnya Bella keluar rumah aja. Aku mau nyari Bella dulu, kamu pakai baju!"

"Pasangin atuh, yang."

Dyba memutar bola matanya malas, ia akhirnya menarik Sam ke kamarnya. Dengan asal Dyba mengambil satu kaos dan langsung memakaikan nya ke tubuh Sam. "Serasa punya bayi gede aku."

Sam meletakkan kepalanya di atas bahu Dyba. "Aku kan masih bayi."

"Bayi apaan segede ini?"

"Nyatanya masih suka nyusu sama kamu."

Mata Dyba membulat. "Itu bibir gak ada filter-nya ya?"

Sam menjauhkan kepalanya dari bahu Dyba, dengan tidak berdosanya ia menyengir. "Susah nge-filter kalau sama kamu."

Dyba mencium gemas pipi Sam. "Terserah kamu sayang. Aku ke bawah dulu nyari Bella. Udah ada makanan kok di bawah kalau kamu mau makan."

Sam mengangguk. Ia memperhatikan langkah Dyba yang sudah manjauh darinya untuk mencari Bella. "Sama anak orang aja kamu sesayang itu, apalagi sama anak kita nantinya, Dy."

***

"Bella! Sam! "

"Bella sama om di deket kolam lenang tante!"

Dyba menghela nafas kasar, ia membawa nampan yang berisi teh dan beberapa camilan itu ke ayunan yang ada di dekat kolam renang. Tetapi, saat membuka pintu pembatas kaca yang membatasi kolam renang dan ruang tengah membuat senyum Dyba mengembang. Di sana Sam memangku Bella dan entah bercerita tentang apa.

"Hey, cerita apaan? Kok aku gak diajak?" tanya Dyba sambil berjalan ke arah kedua orang itu.

Bella membalikkan badannya dan menatap Dyba. "Tante ke mana aja? Bella udah dicelitain banyak celita cama oom."

"Wah, cerita apa? Tante pengen denger," ucap Dyba sambil meletakkan nampan di meja yang ada di dekat ayunan, kemudian ikut duduk di samping Sam.

"Celita tentang plincess."

"Princess?" tanya Dyba memastikan dan Bella mengangguk dengan semangat. Bella menatap Sam. "Kamu tau cerita tentang princess?"

Sam tersenyum manis, ia mencolek hidung Dyba. "Princess Adyba Bailey."

"Kok pipi tante melah? Tante cakit?"

Ucapan polos dari Bella itu membuat tawa Sam keluar. "Tante gak sakit kok, tante cuma malu," ucap Sam.

Dyba mengulum senyumnya, ia menatap Bella. "Emang ceritanya gimana?"

"Katanya plincess Bai ... Eh, ciapa om namanya tadi?"

Sam mencubit gemas pipi Bella. "Bailey, sayang."

"Nah itu, katanya plinces Bailey itu plincess paling cantik di dunia. Plincess Bailey itu bukan kayak plincess tapi lebih kayak ibu peli. Dia baik, lamah, cantik, dan cuka anak kecil. Kalau plincess itu benelan ada aku pengen ketemu cama dia, mau bilang cama dia kalau aku cuka cama dia. Tapi, kata om tadi plincess itu pernah nangis kalena dedek bayi udah diambil cama Tuhan. Lasanya aku mau peluk plincess kalau kayak gitu, masa plincess yang sebaik itu nangis."

Dyba tersenyum, ia langsung memeluk tubuh kecil yang ada di pangkuan Sam itu. Dyba menghirup wangi tubuh Bella dan seketika ingatannya langsung ke mimpi yang ia dapat beberapa hari lalu, wangi tubuh anaknya.

'Airin, maaf karena bunda anggap Bella sebagai kamu, bunda kangen sama kamu.'

"Tante."

Dyba melepas pelukannya. "Ya sayang?"

Bella menundukkan pandangannya, ia menunjuk nampan yang tadi di bawa Dyba. "Aku mau kelipik itu boleh?"

Dyba dan Sam terkekeh. Dyba mengelus rambut hitam itu. "Ya boleh dong."

Senyum di bibir mungil itu langsung merekah saat Dyba menyodorkan satu bungkus keripik itu kepadanya. "Makasih tante."

"Sama-sama sayang."

Tatapan Dyba dan Sam saat ini hanya tertuju pada bibir mungil yang saat ini sedang mengunyah keripik itu. Dyba menyenderkan kepalanya di bahu Sam sambil terus menatap Bella.

Bella yang merasa diperhatikan mendongak, ia menatap bergantian Sam dan Dyba. "Tante, om, kenapa liatin aku? Mau ya?"

Sam tersenyum, ia menggeleng. "Makan aja, habisin aja sekalian." Bella dengan cepat mengangguk, ia sibuk mengunyah keripik kentang yang ada di genggamannya.

"Dy, dia lucu banget," bisik Sam.

Dyba mengangguk, Dyba kemudian mengalihkan tatapannya dari Dyba, wajahnya ia susupkan di leher Sam dari samping. "Tapi, Airin lebih cantik dan lucu dari pada Bella."

Tangan Sam sebelah kanan terangkat untuk memeluk Dyba, sedangkan tangan satunya menahan tubuh Bella agar gadis kecil itu tidak jatuh dari pangkuannya. "Kalau itu aku pasti tau karena ayah bundanya aja cantik sama ganteng, dia pasti ah kayak bidadari."

Dyba mengangguk. "Dia bidadari di hidup kita Sam."

Sam menunduk saat merasakan tangan mungil menarik-narik bajunya. "Tante nangis ya om?" bisik Bella dengan sangat pelan.

Sam tersenyum sambil menggeleng. "Tante cuma kecapean aja," jawab Sam dengan sangat pelan juga.

Sam mengernyit dahinya saat bungkus keripik itu diberikan kepadanya. "Kenapa sayang?"

"Udah kenyang, mau bobok."

Dyba menatap Bella kembali tetapi kepalanya tetap ia sandarkan di bahu Sam. "Cuci tangan dulu yuk," ucap Dyba.

Bella menggeleng. "Ndak mau."

Mendengar itu Dyba mengambil tisu basah dan tisu kering yang sudah di siapkan di meja. "Tangannya sini, kalau gak di lap nanti di makan monster."

Bella mengerucutkan bibirnya, ia menyerahkan kedua tangannya kepada Dyba dan langsung di lap oleh Dyba. Bella menatap Sam. "Emang benel om nanti tangannya di makan monster?"

"Iya, makannya harus bersih dulu."

"Dah bersih, mau bobok di kamar aja?"

"Endak, di cini lebih enak." Setelah mengucapkan itu Bella menyenderkan tubuhnya ke dada Sam. Dyba tersenyum geli, ia mengusap-usap punggung Bella.

Tidak lama setelah itu helaan nafas teratur milik Bella terdengar. Dyba yang melihat itu takjub, ia menatap Sam. "Cepet banget dia tidurnya."

Sam terkekeh, ia menggidikkan bahunya. "Mungkin aku kayak kasur makannya dia langsung nemplok." Melihat langit yang hampir gelap Sam bertanya, "Udah hampir magrib, Bintang belum nelpon lagi?"

"Udah, katanya tadi habis magrib aja sekalian dia jemputnya. Dia juga tadi nanya Bella nangis atau enggak, kalau Bella nangis udah dijemput dari tadi."

Sam mengangguk. "Udah dikasih alamat kita?"

"Udah kok."

Setelah itu mereka diam dengan Dyba yang menyenderkan kepalanya di bahu Sam lagi. Bel rumah yang berbunyi menyentak kedua orang itu, untung saja Bella tidak terbangun.

Sam menatap Dyba bingung. "Siapa?"

"Mana aku tau." Dyba berdiri. "Aku ke depan dulu bukain pintu, kamu di sini aja, nanti kalau kamu berdiri Bella kebangun."

"Iya sayang."

Dyba berjalan dengan cepat saat bel rumahnya berdenting semakin cepat. "Tamunya gak sabaran amat," gerutu Dyba.

Saat pintu itu terbuka mata Dyba membulat. "Barsha!"

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)

Jangan lupa vote and comment
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku ♡♡

15 November 2020

Continue Reading

You'll Also Like

356K 33K 67
Positif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, malam itu adalah malam tersial untuk kedu...
134K 4.1K 41
"Gue hamil." Hanya dengan satu kata itu sudah berhasil memporak-porandakan kehidupan mereka. Maisha Kejora Prahadi tidak pernah berfikir akan mengand...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 334K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1M 16.9K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+