Sore ini adalah keberangkatan penghuni rumah kos ke Surabaya.
Bayu sendiri sudah membelikan tiket kereta eksekutif untuk para penghuni rumah. Bilangnya tiket-tiket itu dibelikan oleh orang tuanya. Dari sini, kita semua tahu kalau kehidupan Bayu di Surabaya mungkin 11-12 dengan Calvin.
Naik kereta kelas ekonomi saja sekarang sudah nyaman, apalagi kelas eksekutif? Berasa anak sultan nih mereka.
Perjalanan dari Jakarta ke Surabaya memakan waktu sekitar 10 jam. Pukul 6 pagi mereka semua sudah stand by di Stasiun Gambir dan nantinya mereka akan turun di Stasiun Pasar Turi sekitar pukul 4 sore.
Penghuni rumah ke stasiun dengan menggunakan taksi online dan menitipkan semua kendaraan di rumah pada orang suruhan Bayu.
"Yiiis, lo tuh lagi pergi bareng-bareng sama temen, jangan hape mulu napa!" tegur Rino yang sudah jengah melihat Haris dari tadi menunduk terus.
"Biasa Mas, pawangnya nggak bisa ditinggal," celetuk Mika membuat Haris langsung mengetok kepalanya.
"Jomblo harap diam!" tegur Haris dengan ekspresi sombong.
"Halah bentar lagi juga putus," sahut Shasha yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari mayoritas penghuni rumah.
"Heh your mulut! Belum pernah ditabok pakai tong sampah ya?!" protes Haris galak yang dibalas Shasha dengan juluran lidah mengejek.
Sambil menunggu, mereka mengobrol ringan seperti biasanya. Ada juga dari mereka yang sudah mengutarakan ingin ini itu saat sampai di Surabaya nanti sore.
"Mas Bayu sama yang lainnya KKN akhir tahun ini kan?" tanya Aryan akhirnya punya kesempatan untuk bersuara.
Bayu menggeleng sambil memasukkan ponselnya ke saku jaket. "Awal tahun jadinya. Ikut gelombang dua."
"Semuanya ikut gelombang dua?" tanya Aryan penasaran. "KKN tuh ngapain aja sih? Jadi kepo?"
"Gue belum pernah, jadi belum tau," jawab Bayu mengendikkan bahunya. "Lo pada KKN masuk kelompok gelombang berapa?" lanjutnya bertanya pada mereka yang seangkatan dengannya.
"Gelombang dua sih gue," jawab Shasha jadi menoleh padanya.
"Sama, gue juga," jawab Calvin mengangguk. Disusul Nina dan Rino yang menjawab dengan kalimat yang sama.
Jadi mereka angkatan semester lima di rumah kos mendapatkan jadwal KKN gelombang kedua yang dilaksanakan pada awal tahun depan.
"Rumah sepi dong, lima orang langsung pergi gitu aja," ujar Felix menampakkan wajah sedihnya.
"Nggak ngaruh kalau mereka yang pergi, kalau Aji atau Haris yang pergi baru rumah bisa sepi," sahut Esa tanpa dosa. Bahkan kepalanya tidak bergerak sama sekali, tetap memandang ponselnya.
Aji dan Haris yang tidak ikutan tiba-tiba disebut langsung menoleh serta mencibir si tukang tidur itu.
**
Pukul 08.15 akhirnya kereta mereka berangkat dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Pasar Turi.
Mika duduk bersama Prima, Aryan dengan Calvin, Haris dengan Felix, Aji dengan Rino, Shasha dengan Esa, dan Bayu dengan Nina (ayah dan ibunya anak-anak memang susah dipisahkan).
Shasha sebenarnya enggan duduk bersama Esa karena tahu bakal garing parah. Esa pasti akan tidur sepanjang jalan karena tidur sudah menjadi hobinya. Sayang sekali Nina menghianatinya dengan duduk bersama Bayu. Padahal Shasha sudah berencana curhat panjang lebar selama perjalanan.
"Nih menu makanan yang ada di kereta." Shasha menyodorkan ponsel yang menampilkan gambar daftar menu yang tadi dia dapatkan dari petugas restoran kereta.
Esa terpancing melihat menu dengan seksama. "Kayaknya gue mau ayam geprek deh."
"Di kereta ada Hokben nggak sih?" tanya Haris yang tiba-tiba memunculkan kepala menghadap ke belakang. Cowok itu memang duduk di depan Shasha dan Esa.
"Kalau Hokben ntar aja pas udah sampai Surabaya, sekarang yang ada dulu!" titah Shasha memukul permukaan buku menu di tangannya.
"Mbak, gue mau nasi goreng seafood ya!" pesan Mika dari samping. "Yang pedes."
"Eh jangan pedes! Perut lo belum keisi apa-apa dari tadi pagi, ntar sakit aja lo nyusahin semua orang," omel Esa panjang membuat gadis itu mendengkus sebal. "Nggak usah terlalu pedes, cabenya jangan banyak-banyak."
"Yaudah terserah," jawab Mika pasrah, yang penting makan.
Shasha mencatat pesanan teman-temannya ke note ponsel untuk disebutkan ketika petugas restoran menghampiri mereka. Nyaris semuanya sudah memesan, kecuali Bayu dan Nina.
Shasha memandang ke arah tempat duduk Bayu, dahinya berkerut ketika melihat cowok itu tengah bersandar nyaman di pundak Nina.
"Bayu bisa tidur?"
"Bisalah namanya juga manusia," jawab Esa ikut memandang Bayu.
"Maksud gue, biasanya Bayu nggak bisa tidur di perjalanan. Lo inget kan pas kita ke Jogja naik mobil tahun lalu, dia kan nggak tidur sama sekali." Shasha mengingatkan kembali memori tahun lalu saat mereka tahun baruan di Yogyakarta. "Mana nyaman banget lagi kayaknya."
"Nggak cemburu kan, Mbak?"
"Cih ngapain juga cemburu. Udah mantan mah mantan aja!" jawab Shasha nyolot.
Esa tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. "Percaya."
Shasha menoyor kepala Esa dengan gemas sampai membuat cowok itu mengeluarkan kata umpatan khas orang Jawa.
"Lo aja yang nanyain Bayu. Ntar sekalian lo pesen ke petugasnya, gue mau tidur!" Shasha memosisikan diri senyaman mungkin memunggungi Esa dan memejamkan mata.
**
Keheningan menyelimuti tempat duduk Rino dan Aji.
Mereka diam bukan karena canggung. Tidak sama sekali. Tapi karena saat ini mereka fokus pada sesuatu yang sedang mereka tekuni sehingga tak ada satupun yang membuka suara.
Aji sedang sibuk membuat mixtape untuk UTS praktik. Sedangkan Rino menyelesaikan bab terakhir dari skripsi yang sedang dikerjakan.
"Mas, gue mau minta tolong," ujar Aji membuat Rino yang tengah berpikir jadi menoleh ke arahnya.
Cowok itu memberikan tatapan bertanya pada pemuda berpipi bulat itu.
"Coba baca deh, kira-kira ada yang aneh nggak." Aji menyodorkan kertas berisikan lirik yang baru saja dibuatnya.
Rino menerima kertas tersebut kemudian mulai membacanya dengan seksama. Kemudian memberikan pendapat tentang beberapa kata yang kurang pas agar diganti denga kata lain.
"Ah iya iya iya, pantesan ada yang aneh pas gue baca lagi."
"Udah bagus kok. Itu tentang apa lebih jelasnya?"
"Tentang hidup yang sering nggak sesuai sama rencana manusia."
Rino mengerutkan kening, butuh penjelasan lebih lanjut.
Aji yang memahami ekspresi dari seniornya itu langsung menurunkan kertas ke pangkuannya.
"Jadi gini Mas. Tiap manusia pasti punya rencana dalam hidupnya, rencana a, b, c, dan seterusnya. Tapi semua rencana yang udah disusun itu nggak semuanya bisa dijalani. Pasti ada sesuatu yang nyimpang dari rencana, nggak tau itu rintangannya terlalu besar sampai nggak bisa diatasi, atau kejadian lain yang nggak sengaja terjadi dan menghambat manusia untuk menjalankan rencananya."
Rino mengangguk-anggukkan kepalanya mulai paham. "Lo dapet ide itu dari mana?"
"Nggak tau, random aja munculnya di otak gue," jawab Aji mengendikkan bahu. "Ah... mungkin karena gue putus sama mantan yang terakhir kali ya? Gue udah ada rencana setelah lulus kuliah nanti pengin ngelamar eh ternyata baru tahun kedua kuliah udah diputusin."
Selanjutnya Aji mulai curhat tentang kisah pilunya dengan sang pacar yang ternyata sudah punya orang lain beberapa hari setelah memutuskan Aji. Itu juga alasan kenapa lagu Congratulations-nya Day6 sempat terputar tiap hari dengan volume yang keras. Ternyata itu adalah curahan hati Aji pada waktu itu.
"Mas, lo pernah kepikiran bakal nikah muda nggak sih? Kok gue pengin ya nikah muda."
Rino memandang Aji agak terkejut. "Biar apa lo nikah muda?"
"Biar pas anak gue udah gede, guenya masih ganteng, masih bugar, jadi bisa nongkrong bareng anak dan disangkain kakaknya." Aji tertawa sendiri membayangkan dirinya di masa depan dengan sang anak. "Kalau lo gimana?"
Rino mengusap dagunya sambil berpikir. "Nikah muda ya? Jujur, gue nggak pengin."
"Kenapa?"
"Kenapa lagi kalau bukan karena pengin nikmatin masa muda. Mumpung masih muda, eksplor dulu apa yang belum pernah lo eksplor. Puasin dulu rasa pengin tau lo sambil usaha buat masa depan. Berkeluarga itu nggak gampang, terutama buat kita cowok-cowok yang bakal jadi kepala keluarga dan tulang punggung. Pikirannya pasti kebagi-bagi antara nafkahin anak orang dan keinginan pribadi. Karena masih muda, biasanya keinginan pribadi itu yang nomer satu. Intinya sih puas-puasin nyenengin diri sendiri dulu baru pikirin anak orang."
Aji mengerjap-ngerjapkan mata dengan ekspresi polos.
"Kenapa?" tanya Rino bingung.
"Ini pertama kalinya lo ngomong sepanjang itu ke gue dalam satu tahun. Jadi terharu." Aji mengusap ujung matanya yang tak berair dengan dramatis.
Rino memutar bola matanya jengah dan kembali memilih fokus pada laptopnya.
**
Pukul empat sore, para penghuni rumah akhirnya sampai di Surabaya.
Bayu sang tuan rumah masih setengah sadar waktu turun dari kereta, bahkan tasnya dibawakan oleh Calvin karena cowok itu ngeloyor keluar kereta tanpa membawa barang-barangnya. Tapi untung beberapa menit kemudian Bayu sepenuhnya sadar dan mulai menuntun mereka menuju mobil travel yang sudah dipesannya.
"Ya Allah, capek punggug gue," keluh Haris meregangkan otot-ototnya ketika turun dari mobil.
"Ringkih sih," sahut Prima melewati cowok itu begitu saja. "Mas, kita ini nginep di rumah lo?"
Bayu yang mendapatkan pertanyaan jadi menoleh. "Iya nginep di rumah gue. Tapi sori kalau gue nggak bisa nyediain kamar masing-masing. Cewek-cewek bisa tidur bareng di kamar tamu, cowok-cowok tidurnya fleksibel lah ya, dimana aja bisa."
"Gampang gue mah, lo suruh tidur teraspun oke-oke aja!" jawab Aji yang sudah antusias sejak tadi.
Mereka semua disambut oleh orang tua Bayu. Biasanya beliau bekerja, tapi karena tahu anak sulung mereka akan datang, jadilah pulang lebih awal untuk menyambut anaknya yang menjadi anak rantau.
Sejenak Bayu dan orang tuanya saling melepas rindu dan berbicara bahasa Jawa yang membuat lainnya hanya terdiam karena tidak memahami.
"Santai aja, anggap rumah sendiri. Ndak usah sungkan," ujar papanya Bayu dengan ramah.
"Enggeh Om, matur nuwun," ucap Esa sopan menggunakan Bahasa Jawa halus.
"Lho, wong Jowo toh?"
"Enggeh. Asal Jogja."
"Oooooh Jogja. Pakdenya Bayu juga ada yang di Jogja."
Esa membulatkan mulut dan pura-pura baru tahu. Padahal Bayu sudah pernah cerita tentang itu saat mereka liburan ke Yogyakarta tahun lalu.
Berikutnya mereka dipersilakan masuk ke dalam rumah dan diberitahu kamar mana saja yang bisa mereka tempati. Para perempuan menempati kamar tamu yang ada di lantai satu. Cowok-cowok bisa menempati kamar Bayu dan adiknya yang berada di lantai dua.
Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak.
Muchlove,
Sidoarjo, 27 November 2020
-Icha-