Perfect Housemates

By chrisicha

91.9K 29.7K 5K

Rumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi... More

Para Penghuni
01. Sebuah Pagi
02. Shalimar The Hidden Gem
03. Ada Yang Patah
04. Marino, Si Otak Encer
05. Drama Tikus Kucing
06. Demo
07. Meregang Nyawa
08. Gelut
09. The Siblings
10. Trio September
11. Teman Lama dan Cinta Pertama
12. Tom and Jerry
13. Katanya Jodoh
14. Felix The Sunshine
15. Netfilm
16. Sultan Calvin Buditama
17. Panas
18. Bunga Mekar
20. Aji vs Bocah
21. Isi Hati
22. Nasehat Rino
23. OT12 Ke Surabaya!
24. Bayu 20 Tahun
25. Bunga-Bunga Bermekaran
26. Bunga-Bunga Bermekaran (2)
27. Nasib Buruk Shasha
28. Felix Meresahkan
29. Mantan
30. Terima Kasih Esa
31. Sepaket Senang dan Sedih
32. Prahara Hubungan Haris
33. Senyuman Esa
34. Gelut Episode 2
35. Parkiran
36. Pikiran Yang Sama
37. Kondangan
38. Pilih Siapa?
39. Di Balik Senyum
40. Perghibahan Pagi Hari
41. Misi Perdamaian
42. Perasaan Yang Tulus
43. Gigs
44. Bingung
45. Pada Hari Minggu
46. Pembekalan
47. Sebuah Cerita
48. Dapur
49. Tidak Ada Judul
50. Pengintaian
51. Tujuan Yang Tercapai
52. Sebuah Fakta Mencengangkan
53. Pilox Merah
54. Dua Tahunan!
55. Malam
56. Tertampar Kenyataan
57. Waktunya Merelakan
58. Tidak Ada Judul (2)
59. Nongkrong
60. Aryan Si Sad Boy
61. Dramarama
62. Dramarama (2)
63. Kepo
64. Modus
65. Waktunya Pulang!!
66. Isi Kotak
67. Penjelasan Bunda
68. Menyelesaikan
69. Tebing Keraton
70. Kelewatan
71. Keberangkatan
72. Memastikan
73. Ada Kesempatan?
74. Kembali
75. Menyelesaikan
76. Setelah Semua Terjadi
77. Bersih-Bersih
78. Selesai
Epilog
BC 1 : Atap dan Bahu
BC 2 : Goyahnya Pertemanan
BC 3 : Rino Shasha's Next Level

19. Seminar

1K 373 27
By chrisicha


Hari ini adalah pelaksanaan acara seminar yang diketuai oleh Felix.

Beruntung bagi mereka yang masuk kuliah hari ini karena selesai kelas bisa langsung pergi ke gedung Graha UM tempat seminar diadakan. Sedangkan yang libur seperti Esa, terpaksa harus merelakan waktu santainya untuk ikut seminar tersebut.

Kalau bukan Felix yang maksa, pasti tidak ada yang mau berangkat kecuali cewek-cewek dan Bayu yang pada dasarnya orang-orang rajin pemburu sertifikat demi kepentingan wisuda di masa depan.

"Sa, nebeng dong."

Esa menoleh, mendapati sosok Prima duduk di sebelahnya mengikat tali sepatu.

Esa tidak menjawab.

"Sa." Prima memanggil sekali lagi tapi masih tidak ada jawaban. "Lo masih ngambek gara-gara laptop lo kena virus dari flashdisk gue? Emang datanya pada ilang ya?" tanyanya berspekulasi, dengan rasa bersalah karena sebuah kejadian beberapa hari yang lalu.

"Enggak," jawab Esa singkat.

"Terus kenapa lo cuek sama gue?"

"Emang gue pernah perhatian ke elo?"

Prima langsung mengunci bibirnya.

Iya juga sih. Esa orangnya ya emang begini, datar dan kurang menyenangkan. Tapi dia lumayan baik. Yang pasti, Esa tidak pernah bersikap perhatian pada siapapun di rumah ini.

Ini rahasia ya, sebenarnya Esa perhatian ke mereka, tapi gengsi aja ngakunya.

"Ayo," kata Esa sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Ayo?"

"Jadi nebeng nggak?"

"Jadi!"

Dengan semangat Prima langsung ambil helm di garasi dan naik ke boncengan motor Esa. Motor bebek legendaris yang dikasih nama Juwita. Entah apa motivasinya memberi nama ke motor bebeknya yang harusnya bisa mulai pensiun tahun ini. Udah tua banget kelihatannya.

**

Belakangan ini Jakarta sedang panas-panasnya. Keringat muncul sebiji jagung di sekitar dahi. Bahkan kulit kepalanya juga terasa tidak nyaman karena keringat tiba-tiba keluar dari sana. Menyiksa sekali.

Sialnya jalan raya juga macet. Padahal jalan ke kampus sepuluh menit juga bisa sampai tapi ini sudah dua puluh menit masih di tengah jalan.

"Sa, padahal tadi bisa lewat jalan tikus aja loh. Gue kalau pergi bareng Aryan atau bareng Mas Rino gitu juga lewat jalan tikus, cepet nggak pakai macet segala kayak gini."

"Berisik. Nggak usah cerewet, lo itu nebeng. Kalau keberatan, lo bisa turun sekarang terus naik ojek."

Prima langsung mengerucutkan bibir.

Memang dasar orang yang satu ini menyebalkan. Jadi makin menyebalkan gara-gara udara yang panas ini mengaktifkan mode macan dalam diri cowok itu.

Di tengah gerutuan Prima dalam hati, tiba-tiba Esa putar balik yang membuatnya tersentak kaget. Nyaris jatuh gara-gara tidak siap dengan pergerakan cowok itu. Untungnya tangan Prima cepat meraih kedua pundak Esa.

"Kok puter balik? Nggak jadi ke kampus?"

"Kasih tau jalan tikusnya yang mana."

"Oke!"

**

Sampai kampus, Esa dan Prima langsung menyusul anak kosan lainnya yang sudah berdiri di depan teras Graha. Esa ngeloyor ke meja terima tamu dan mengisi buku tamu kemudian masuk tanpa menunggu yang lain.

Prima langsung memberikan isyarat kalau cowok itu sedang mode macan hingga semua bisa memahaminya.

Karena sudah lama tinggal serumah, mereka cukup memahami karakter dari para penghuni.

"Yan, katanya lo ngajak cewek yang waktu itu," kata Prima mendekat ke cowok yang memasang muka murung itu.

"Iya ngajak."

"Terus mana? Nggak gabung sama kita?"

"Ko Felix kampret deh, masa duduknya dipisahin antara anak UM sama kampus lain. Katanya ini untuk umum tapi kok kayak gini, diskriminasi ke peserta luar kampus kita dong namanya."

"Yaelah masih aja ngoceh lo, bocah," sahut Rino mengacak rambut Aryan dengan gemas.

"Terus gimana? Lo suruh balik?" tanya Prima.

"Ya enggaklah. Dia udah masuk duluan. Sumpah gue jadi nggak enak banget."

Aryan melangkah cepat menyusul yang lainnya.

"Cantik ya, Mas, gebetannya Aryan," kata Prima ingin membahas perempuan yang sempat ditemuinya di toko alat musik tempo hari.

Rino mengendikkan ahu. "Gue nggak ketemu, gue dateng beberapa menit sebelum lo."

Prima mengangguk-anggukkan kepala saja menanggapinya.

Anak-anak rumah duduk berjejeran satu baris. Mereka sudah janjian duduk bersama, Felix pun sudah menyiapkan tempat yang sudah dikasih paper bag konsumsi agar tidak ditempai oleh orang lain.

Singkat cerita, seminar sudah berjalan sekitar satu jam tapi belum ada tanda-tanda selesai. Sesi tanya jawab baru saja dimulai. Tanpa disangka banyak juga orang yang mau bertanya.

"Gimana menurut lo?" tanya Esa yang duduk di sebelah Mika.

"Nggak tau, nggak denger gue dari tadi," jawab Mika asyik main ponsel.

"Ck, apa faedahnya lo ikut seminar kalau gitu."

"Lah orang gue dipaksa."

Esa menoleh ke samping. Tepat di sampingnya ada Aji yang dari tadi sudah tidur. Bahkan seminar baru berjalan lima belas menit, cowok itu sudah teler duluan. Di samping Aji ada Nina yang beberapa kali pundaknya ketiban kepala Aji. Sekarang kepala Aji akan jatuh ke pundak cewek itu lagi, tapi dengan cepat Esa menariknya dan membiarkan Aji bersandar di pundaknya.

Kasihan kalau sandaran ke Nina, kepala Aji kan berat kebanyakan isi.

"Sa, menurut lo gue pantes nggak kalau potong poni, jadi poni yang nutupin jidat gitu?" tanya Mika random.

"Pantesan botak, Mik."

"Lo tuh ya, kenapa sih? Kayaknya gue taunih apa yang bikin lo jomblo sampai sekarang."

"Berisik banget dah, Mik. Gue kan dengerin materinya."

"Sok pinter lo dasar."

Esa tak peduli banyak atas cibiran cewek di sampingnya. Ia memang benar-benar mendengarkan seminar yang disampaikan. Bukan karena tertarik dengan materinya, tapi karena Esa menghargai mereka yang memberikan materi.

Gimanapun mereka itu mikir bikin materi yang akan disampaikan.

Sifat baik Esa adalah menghargai setiap usaha yang orang lakukan. Termasuk usaha Felix dalam memaksanya datang ke seminar ini.

Tanpa sengaja matanya menangkap Rino yang terus memandang ke depan. Bukan ke pemateri yang sedang memberikan jawaban, tapi ke cewek yang duduk di baris kedua di sebelah kiri mereka.

Sampai mendadak Rino menoleh ke arahnya.

"Ape lu lihat-lihat?" tanya Rino mendelik galak.

"Terserah gue, mata mata gue," jawab Esa santai lantas kembali menghadap ke depan.

Karena seminar ini kelihatannya masih lama, satu per satu anak rumah mulai keluar dari Graha karena bosan. Dimulai dari Aji yang rasa kantuknya sudah tidak bisa ditahan karena materi seminarnya bagai dongeng pengantar tidur. Disusul oleh Shasha yang katanya punya janji dengan temannya. Kemudian Calvin, Mika, Prima, dan terakhir Haris. Yang tersisa hanya Aryan, Esa, Rino, Nina, dan Bayu yang setia sampai seminar selesai.

Begitu seminar selesai dan tersisa penutupan saja, Bayu dan Nina langsung keluar dari ruangan tersebut.

"Langsung balik kos atau gimana?" tanya Nina.

"Gue ketemu sama Kak Dina dulu, kan gue yang ngajak dia," kata Aryan masih dalam mode gondok ke Felix karena pemisahan tempat duduk ini. "Eh, ke toilet dulu aja deh, kebelet buang amps dari tadi."

Aryan langsung pergi ke toilet.

"Lo langsung balik?" tanya Esa pada Rino.

"Kepo," jawab Rino singkat yang membuat Esa langsung mendecak. "Kantin dulu, laper."

"Yaudah ayo, gue juga."

Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak ke cerita ini

Muchlove,

Sidoarjo, 23 November 2020

Revisi : Sidoarjo, 15 Juli 2021

-Icha-

Continue Reading

You'll Also Like

17.7K 2.1K 48
[Completed] [Seri ke-dua The Book of Us] Kalau ada masalah, yang diselesaikan itu masalahnya. Bukan hubungannya.
692K 44.3K 43
Aku membenci pria itu, teramat sangat.... Pria yang aku cintai sejak kecil, Pria yang sudah menghilangkan nyawa kedua orang tuaku, Pria yang membesar...
11.7K 1.5K 15
Kisah kelima mahasiswa tingkat akhir yang berjuang mendapatkan gelar sarjana ditengah konflik kehidupan dan percintaan. written on: Jan 3, 2020 - Mar...
45.8K 8.1K 44
❝Kok bisa-bisanya gue dapet genre hidup kaya gini sih, ya Tuhan ....❞ Was : #1 on Hallo Author #1 on Dowoon #1 on Lino #1 on Lee Know #1 on Orific #...