GILANG FALLS [COMPLETED]✔️

By Ayukhdryh_

423K 33.6K 1.2K

"Kangeeen." Gilang mencium wangi shampo disetiap helai rambut Ica. "Sama ... Ica juga kangeen." __ Gadis itu... More

Prolog♥
MOS♥
Stalker♥
Khawatir♥
Pendekatan♥
Blushing♥
Birthday Gilang♥
Cemburu♥
Lari pagi♥
Jalan♥
Modus nonton horror♥
Jahil♥
Sepupu
Salah paham
Jatuh cinta
Dilabrak
Marah
Terlambat bareng
Belajar
Di permalukan
Jadian
Rooftop
Ketemu camer
Pertanda
Kemah
Kemah 2
Renungan suci
Keadaan Kritis
Jatuh terpuruk
Menenangkan diri
Kangen
Bahagia
Salah tingkah
Lepas kendali
Demam
Masak
Cemburu, lagi
Pingsan
Rumah sakit
Bolos
Ujian semester
Selesai Ujian
Gombalan Maut
Rencana
Palembang
Hilang Arah
Duka
Angan-Angan
Epilog
Extra Part♥

Pergi

7.5K 480 18
By Ayukhdryh_

Happy day, enjoy!(●´з')♡
__

Langit mendung mengiringi pemakaman pagi ini, Gilang beserta keluarga besarnya, baik dari sebelah Ibu maupun Ayahnya datang semua. Semalam ia pulang ke tanah  kelahirannya, Bandung.

Ketiga sahabatnya juga ikut hadir di pemakaman, kalau seandainya ia adalah kaca mungkin saja bentuknya sekarang remuk tak bersisa.

Satu-persatu para pelayat mulai meninggalkan TPU tempat Ibunya di makamkan, tinggal ketiga sahabatnya saja yang masih betah menunggu. Bahkan, makam Ibunya bersanding dengan makan Almarhum sang Ayah. Sungguh miris, Gilang hanya hidup seorang diri sekarang.

"Lang, ayo pulang," ajak Doni ikut berjongkok di samping Gilang.

Gilang membuang muka, "Tinggalin gue sendiri, Don."

Doni menghela nafas, ia menoleh ke arah Jamal dan Surya yang mengangguk, mereka akan memberikan ruang untuk Gilang menyendiri.

"Don?" panggil Gilang menghentikan langkah ketiganya, doni menoleh.

"Lo jangan kasih tau Ica, apapun alasannya."

Doni mengangguk dan kembali berjalan meninggalkan pemakaman.

Gilang menatap lurus gundukan makam yang saling berdampingan, Ayah dan Ibunya lebih dulu pergi meninggalkannya. Ia melepas kacamata hitam dan mengusap sudut matanya yang berair, air matanya tak habis-habis mengalir.

"Ayah, Ibu. Kenapa ninggalin Gilang?" lirih Gilang menunduk.

"Kenapa ninggalin Gilang sendiri? Kenapaaaa? Apa salah Gilang? Apaaaaa?" Gilang menangis meraung menggenggam tanah di gundukan makan.

Tidak ada satu pun orang yang akan melihatnya terpuruk seperti ini, tidak ada. Ya tuhan, berat sekali cobaan darimu. Gilang mengusap air mata dipipi, ia berdiri mencoba tegar.

Gilang berbalik meninggalkan makan Ibu dan Ayahnya, orangtua yang membesarkannya selama ini. Gilang minta maaf bu, yah. Gilang belum bisa bahagiain kalian, batin Gilang menjerit.

Dunianya terasa hampa. Memang benar, ujian terberat yang dalam hidup adalah kehilangan karena kematian.

Gilang berjalan lambat  melewati rumah terkahir yang akan manusia tempati, ia sejenak menoleh ke makam Ibunya, tersenyum getir kemudian berlalu.
__

Doni manatap cemas ke arah Jamal dan Surya, kedua temannya itu terlihat bingung.

"Gimana ini?" tanya Doni.

Surya dan Jamal mengedikkan bahu dengan santainya. Doni melengos menjauh dari mereka.

"Iya, Ca?" ucap Doni setelah telepon ia angkat.

"Kak Doni, kak Gilangnya ada kan di sana?" tanya Ica dengan suara parau.

Doni menunduk, mengetuk-ngetukkan kakinya di lantai. Bingung mau menjawab apa, semua serba salah. Ia berdehem beberapa kali.

"Loh, bukannya Gilang sama lo ya, Ca?"

"Kak Gilang nggak ada disini. kak, Ica minta tolong, cariin kak Gilang. Ica takut kenapa-napa, perasaan Ica nggak enak." Suara Ica terdengar memelas.

"Oke-oke, ntar gue cari tu anak." Doni berjalan mondar-mandir.

Ica mengangguk lesu, ia benar-benar berharap Gilang berada di sana dalam keadaan baik-baik saja. Ponsel laki-laki itu belum bisa di hubungi.

"Makasih kak, assalamualaikum."

Panggilan terputus, Doni menyugar rambutnya frustasi. Apa yang ia ucapkan sudah benar walaupun terdapat bumbu-bumbu kebohongan.

Doni menoleh ketika segelas air putih di sodorkan di dekatnya, dan pelakunya adalah Jamal.

"Tau aja lo, Mal, gue lagi haus," celetuk Doni menenggak habis air putih.

"Bohong juga butuh tenaga, Don."

Doni melirik sinis Jamal, bisa saja mulutnya kalau bicara, suka benar. Ia mengembalikan gelas kosong pada Jamal dengan kasar.

"Di enakin malah begitu." Monolog Jamal kesal.

Dilain tempat, Ica menatap kosong layar ponsel yang berubah menjadi hitam. Pasti terjadi sesuatu, dan ketiga teman kak Gilang tidak ingin memberitahunya. Apa artinya ia bagi Gilang, laki-laki itu berupaya terlihat kuat agar ia tidak perlu merasa khawatir. Seperti itukah sepasang kekasih, tidak bisa saling terbuka?

Ica menghembuskan nafas panjang, lelah menunggu kabar. Apa sebaiknya ia pulang saja ke bandung. Tapi, mana mungkin bisa, orang tuanya pasti melarang. Kecuali, memang ada hal penting yang tidak bisa di tinggalkan. Maklum, sudah lama meraka tidak berkumpul bersama. Ica harus bisa pulang ke bandung, dan ia akan memikirkan caranya, titik.

Ica beranjak keluar dari kamar, langkah kakinya terayun menuju dapur, menghampiri Mamanya yang sedang sibuk mengolah bahan makanan.

"Ma," panggil Ica.

"Hmm ...."

Ica berpikir sejenak, mulutnya terbuka lalu tertutup lagi. Sudah seperti ikan koi yang kehabisan nafas, mengap-mengap.

"Kenapa si, Ca?" tanya Mama yang heran melihat tingkah anak gadisnya.

"Ica besok pulang ke bandung, ada acara sekolah soalnya," ucap Ica menarik kursi, berusaha terlihat santai.

"Acara apa? Memangnya libur masih ada acara di sekolah?" tanya Mama beruntun.

"Ada, Ma. Malah Ica jadi panitia, nggak bisa dong kalo Ica nggak ikut."

"Bilang dulu sama Papa, kalo Papa oke, Mama juga oke," balas Mama melirik Ica.

Ica berucap 'Oke' tanpa suara, ia bergegas keluar mencari sang Ayah. Ia harus mendapatkan izin hari ini juga! Dengan mengendarai motor maticnya, Ica melaju menuju rumah Pak RT, seingatnya Ayahnya bilang akan pergi kesana hari ini.

Ica menghentikan motor di bawah pohon yang rindang. Matanya menangkap keberadaan Ayahnya sedang berbincang sambil bermain billiar.

"Ayah," panggil Ica pelan. Yang dipanggil pun menoleh, Ayahnya beranjak menghampirinya.

"Kenapa, Ca?"

"Hmm ... besok Ica mau balik lagi ke bandung, boleh kan?" tanya Ica cemas.

Ayah menatap Ica menyelidik, "Kamu mau mastiin kalo Gilang beneran pulang ke bandung Kan? Bukan ke sasar di sini?"

Ica menyengir, memang benar ajaib Ayahnya ini. Tau saja isi pikiran Ica.

"Hati-hati, nanti Ayah suruh kevin beliin tiket."

Ica mengacungkan jempolnya seraya tersenyum senang, memang benar kata orang-orang kalau anak perempuan itu lebih dekat dengan Ayah. Ia pamit pulang untuk bersiap.

Bandung, i'm coming.
__

Gilang pulang ke rumah dengan hampa, walaupun banyak orang, ia tetap merasa kesepian. Hatinya sepi.

"Gilang, makan dulu ya," bujuk Tante Ratih memegang bahunya.

Gilang menatap nyalang tangan yang memegangnya, ia mundur hingga pegangan itu terlepas.
"Mending kalian semua pulang!"

Tanpa ingin melihat reaksi mereka Gilang berjalan menuju kamar. Mengemasi barang-barangnya lalu pergi dari rumah.

Ratih berusaha keras mencegah kepergian putra satu-satunya dari almarhum Kakaknya. Ia memohon agar Gilang tetap tinggal.

"Nggak, gue nggak bisa terus-terusan disini. Tante sama yang lain mending pulang! Urusin hidup kalian masing-masing." Gilang pergi menaiki motornya dengan tak acuh.

Gilang belum bisa menerima semuanya, dalam kurun waktu yang sangat dekat orang tuanya malah pergi meninggalkannya. Seakan sudah berjanji untuk meninggalkannya.

Gilang berhenti di pom bensin, mengisi full daya motor untuk perjalanan yang panjang. Satu tas besar dipunggungnya berisi pakaian dan barang-barang penting lainnya. Gilang akan memulai hidup baru, tanpa bayang-bayang kematian orang tuanya.

Semoga saja, ia bisa.
_____
huhu, siapa yng pernah bohong kaya ica?

By the way, Gilang mau kemna ya? Ada yang tau? Wkwkkw
Jangan lupa vote dan comment, follow akun wp dan akun instagram author @Ayukhdryh_

*Untuk minggu-minggu selanjutnya, kayaknya jadwal updatenya Nggak pasti. Tergantung Waktu dan kondisi. Kalau Author sibuk kayanya kalian lagi di uji kudu sabar wkwk.

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 131K 63
Ini bukan cerita tentang seorang bad boy bertemu dengan bad girls. Atau seorang pemuda CEO yang menemukan wanita idamannya. Ini bercerita tentang kis...
2.4M 70.6K 64
[ SEBELUM BACA DIHARAPKAN UNTUK FOLLOW AKUN AKU TERLEBIH DAHULU ] Argara Delvin Wijaya, seorang remaja laki-laki yang menduduki bangku menengah ata...
193K 8.3K 44
ATTENTION TERSEDIA DI APLIKASI KUBACA & ICANNOVEL ~~~ "Dasar manusia purba galak, gak punya hati, gue sumpahin gak ada yang mau sama...
438K 33.5K 42
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...