GILANG FALLS [COMPLETED]✔️

By Ayukhdryh_

422K 33.6K 1.2K

"Kangeeen." Gilang mencium wangi shampo disetiap helai rambut Ica. "Sama ... Ica juga kangeen." __ Gadis itu... More

Prolog♥
MOS♥
Stalker♥
Khawatir♥
Pendekatan♥
Blushing♥
Birthday Gilang♥
Cemburu♥
Lari pagi♥
Jalan♥
Modus nonton horror♥
Jahil♥
Sepupu
Salah paham
Jatuh cinta
Dilabrak
Marah
Terlambat bareng
Belajar
Di permalukan
Jadian
Rooftop
Ketemu camer
Pertanda
Kemah
Kemah 2
Renungan suci
Keadaan Kritis
Jatuh terpuruk
Menenangkan diri
Kangen
Bahagia
Salah tingkah
Lepas kendali
Demam
Masak
Cemburu, lagi
Pingsan
Rumah sakit
Bolos
Ujian semester
Selesai Ujian
Gombalan Maut
Rencana
Palembang
Duka
Pergi
Angan-Angan
Epilog
Extra Part♥

Hilang Arah

5.1K 456 14
By Ayukhdryh_

Happy day, happy malming wkwk
Semoga suka,
__

Sudah hampir satu jam Gilang duduk di sofa ruang tengah menunggu Ica selesai berdandan, apa semua gadis kalau sedang berdandan akan selama itu?

Ponselnya berdering, untuk apa Jamal menghubunginya?

"Heh, lo dimana buset," serobot Doni dengan rusuh.

"Bukan urusan lo!"

"Urusan gue lah, malam ntar kita tanding futsal sama anak sebelah," papar Doni.

"Izin gue," jawab Gilang lempeng.
"Oh tidak bisaa ... Anjim ...." Krasak-krusuk terdengar lalu berganti suara, "Lo tenang aja, semua aman terkendali,"  ucap Surya menimpali.

"Oke." Gilang memutuskan sambungan. Ia menoleh ketika pintu kamar terbuka, munculah Ica dengan dress berwarna silver. Terlihat sangat cantik, sedangkan dirinya sendiri memakai kemeja dengan warna senada.

Gilang berdiri saat Ica berjalan sambil tersenyum ke arahnya, kalau seandainya ia adalah lilin mungkin sudah meleleh sejak tadi.

"Pacar gue, mana?" Gilang celingukan mencari sosok lain belakang gadis itu.

"Ih ... Kak Gilang. Ini Ica, ya."

Gilang terkekeh, Ica terlihat sangat cantik kali ini. Polesan make up yang sederhana saja sudah membuatnya hampir tidak mengenali Ica.

"Ya udah, ayo berangkat!" Ica menggandeng lengan Gilang untuk keluar dari rumah, Mama dan Papanya sudah berangkat sejak pagi-pagi buta. Tinggal ia, Gilang dan Kevin yang masih on the way.

"Lama amat lo berdua, buruan masuk!" Kevin menutup kembali kaca jendela mobil.

Ica mencebik, ia menatap Gilang dengan senyum malu-malu, laki-laki itu membukakan pintu mobil agar Ica bisa masuk.

"Makasih, Kak Gilang."

Gilang tersenyum, ia sedikit berlari memutari mobil lalu duduk di kursi penumpang, bersebelahan dengan Ica. Kevin duduk sendiri sudah seperti pak Sopir.

Mobil melaju menuju gedung yang di sewa untuk akad dan resepsi. Maklum, karena padatnya rumah penduduk - tidak ada lagi halaman kosong yang tersisa, itulah sebabnya acara-acara besar seperti sekarang dilakukan di gedung yang cukup luas dan mencakup banyak orang.

Mobil berhenti di parkiran gedung, sudah banyak orang yang datang dengan keluarganya masing-masing. Gilang keluar dengan gaya andalan, menyisir sisi kanan rambutnya kebelakang.

Ica mendengus melihat Gilang yang narsis sendiri sampai-sampai melupakannya.
"Biar apa coba di sisir-sisir pake jari begitu?" cetus Ica melewati Gilang.

Gilang berjalan menyusul Ica, ia menunduk sejajar dengan gadis itu.
"Biar makin ganteng," jawab Gilang percaya diri.

"Hilih bicit," sahut Ica mencebik.

"Hahaha ...," balas Gilang tertawa geli.

Gilang dan Ica melangkah melewati pintu dengan bersamaan, berbagai macam jenis makanan dapat mereka temukan. Kesempatan makan banyak nih, batin Ica senang.
__

Di ruangan yang di dominasi berwarna putih itu, seorang perempuan paruh baya terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Ada banyak alat penunjang hidup yang menempel, serta monitor yang memantau detak jantung manusia.

Ratih yang melihat itu tak sanggup menopang tubuhnya, beruntung ada Galih yang siap tanggap menahan. Ia terduduk di kursi tunggu depan ruangan Mia dirawat.

"Ibu?" panggil Rara sambil berlari.

Mia dan Galih menoleh.

"Budhe, kenapa bu?" tanya Rara terisak.

Ratih menggeleng sambil menangis, "Do'ain aja budhe mu biar cepet sembuh."

Rara mengangguk memeluk Ibunya, sedih rasanya melihat salah satu keluarga sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja, Rara hanya berharap semoga budhe Mia segera sembuh, kasihan Gilang kalau harus di tinggal sendiri. Pikiran Rara sudah melayang jauh kemana-mana.

Setelah satu jam berlalu, saat ini Rara sedang duduk di kantin rumah sakit, Ibu dan Ayahnya berada di ruangan Budhe Mia. Karena perutnya terasa lapar, Rara memilih berjalan sendiri turun ke lantai bawah.

Rara berpikir, apakah Gilang tidak mengetahui jika Ibunya sedang sakit. Apalagi sakit yang di derita Mia bukan sakit biasa, leukimia bukan penyakit yang bisa di sepelekan.

Rara memijit keningnya pelan, ia melahap mie goreng dengan lesu, selera makannya tiba-tiba menghilang.

"Hei," sapa seorang laki-laki yang langsung duduk di sampingnya.

Rara menoleh sekilas, ia kembali melahap mie dengan malas.

"Kalo gak enak jangan di makan!" ucap laki-laki itu.

"Berisik deh," cetus Rara sinis. Kenal aja nggak, sok akrep banget, batin Rara.

Ponsel Rara berdering, ia merogoh saku celana dan mengangkatnya.
"Halo, Pa?" Rara berjalan menjauh dari kantin.

"Apa?" teriak Rara spontan, ponsel di tangannya jatuh ke lantai. Masih dalam keadaan syok ia menatap kosong ke depan, Rara tersadar, ia mengambil ponsel di lantai lalu barlari menuju ruangan Mia dengan perasaan kalut.

__

Prang!

Semua mata menatap ke arah Gilang, ia tidak sengaja menyenggole gelas di atas meja hingg pecah dan berserakan di lantai.

"Gak usah kak, nanti biar di bersihin tukang sapu aja," cegah Ica ketika Gilang hendak memunguti pecahan gelas.

"Ca," Gilang menatap Ica.

"Udah gak apa-apa, kita pindah ke sana aja."

Gilang mengikuti langkah Ica yang membawanya menjauh dari gedung, saat ini keduanya sedang duduk di bangku depan.

"Perasaan gue tiba-tiba gak enak," tutur Gilang mendongak.

Ica mengelus jemari Gilang menenangkan, "Mungkin perasaan kak Gilang aja."

Gilang mengangguk, mungkin saja memang benar begitu. Ia berdiri tegak menatap Ica.

"Gue ke toilet, bentar."

Ica mengangguk, ia tersenyum kecil menatap punggung Gilang yang semakin manjauh.

Gilang keluar dari toilet setelah membasuh wajah, dingin AC menyentuh pori-pori kulitnya. Ia berjalan tapi, ponsel di sakunya bergetar.

Nama Rara terpampang, "Iya, Ra?"

Suara tangisan masuk dipendengaran Gilang, tangis sesedan Rara membuat dirinya bertanya-tanya.

"Kenapa?" tanya Gilang berkacak pinggang melihat ke arah taman.

"Hiks ... kak Gilang, hiks ...."

"Pelan-pelan, coba cerita?"

"Hiks mhs ... It-tu, hiks ...."

"Kenapa, Ra?" bentak Gilang tidak sabaran. Perasaannya semakin tidak enak.

"Kak Gilang, pu-lang, hiks ... Ke jogja! Budhe Mia ... Hiks, kri-tis."

Deg!

Dunia sekaan melambat, Gilang menatap nanar ponsel di genggaman tangannya. Mengapa rasanya ia pernah berada di posisi sekarang, rasanya tidak jauh berbeda.

Gilang menggeleng pelan, ia tertawa sumbang lalu berlari kaluar dari gedung lewat belakang, meninggalkan acara yang belum selesai dan juga meninggalkan gadisnya duduk sendirian.

Gilang tidak ingin merusak acara dengan kabar ini, biarlah ia saja yang mengetahui, Ica tidak perlu.

Gilang masuk ke dalam taksi dan menyebutkan alamat yang akan ia tuju, bandara sultan mahmud badarrudin. Mengapa dunia seakan mempermainkan dirinya, di waktu yang bersamaan orang tuanya mengalami penderitaan.

Gilang pulang dengan tangan kosong, tasnya masih tertinggal di rumah Ica. Hanya ada dompet dan pakaian yang ia kenakan.

Gilang tidak sanggup jika harus kehilangan Ibunya, malaikat tanpa sayap yang telah merawatnya hingga tumbuh besar dan sehat. Gilang meremas rambutnya dengan perasaan sesak luar biasa, haruskah seperti ini jalan hidupnya?

_____

Bohoho pasti udah pada tidur semua, ada kendala teknis padahal udah di ketik tp laptop tiba-tiba error jd hilang😭 terpaksssaaaa ngetik lagi, sad banget boy kaya cerita bagian Ini😭

Tapi, jangan lupa vote dan komen oke😄

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
9M 493K 56
[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA] #Gen1 Audrey Olivia Vernanda, gadis cantik dan lugu harus dijodohkan ketika berusia delapan belas tah...
364K 15.2K 116
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Adinda Alethenia dijodohkan dengan crush nya sendiri. Ben Cameron adalah ketus OSIS di salah satu sekolah SMA Cemara...
2.5K 394 34
"you are a killer" they said. "ayo cari pembunuhnya siapa" kata korban gue. - how can? - Hiraeth adalah kunci dari semuanya. Markhyuck Fan fiction🌻🐯