K I D N A P P E D ✓

By Ur_Librariest

1.3M 98K 2.5K

= C O M P L E T E = Takdir tidak akan salah. Jika sudah di tetapkan maka akan sulit di rubah. Bram tertarik d... More

prolog
1. First meet
2. Kecewa
3. Again?
4. Ketakutan laura
5. Kenyataan
6. Ayah bram
7. obeng
8. Luka
9. Secret
10. Godaan
11. Mencoba..
12. Kedatangan tamu
13. Billiard
14. Love you
15. Laura
16. Pemakaman
17. kegilaan David
18. Stay..
19. feel good..🌚
20. Belajar menerima..
21. Ibu mertua
22. Bram the only one
23. awal yg baik
24. Restu Daren
25. Tears
26. goodbye
27. Tumpuan Bram..
28. Makam
29. cincin untuk Laura
30. kediaman Kimberly
31. ayah mertua
32. pria asing
33. Jealous
34. Merajuk
35. what's up with Laura?
36. good news
37. something else ..
38. new facts ..
39. Son and father talk
40. Epilog
Extra part 1
extra part 2..
WAJIB BACA
Saran

About DAREN

18.8K 1K 94
By Ur_Librariest

Hargai dengan vote and komen, yah.
Sengaja buat ini demi para readers.
💜💜💜💜

Daren duduk di bangku tunggu dengan cemas. Di depan ia duduk adalah ruang bersalin adiknya. Sungguh, ia sangat takut terjadi sesuatu yg tidak diinginkan. Di dalam sana ada adik kesayangannya yg sedang berjuang melahirkan anak pertamanya bersama Bram, sang suami.

Ia memainkan jemarinya gugup. Melirik ke samping ada ibu dan ayahnya yg juga sedang menunggu dengan cemas. Mereka tak henti hentinya berdoa yg terbaik untuk Laura. Maklum, ini kelahiran cucu pertama, keponakan pertama keluarga Kimberly.

Oekkk..

Serly dan Kris langsung bangkit dari duduk. Daren yg sedang menunduk langsung menatap ruangan sang adik. Itu tadi suara seorang bayi. Adiknya sudah melahirkan...

Perlahan mata Daren berkaca-kaca. Masih tidak menyangka kalau adik kecilnya sudah menjadi ibu. Ia bangga dengan Laura.. terlebih ia memiliki pendamping seperti Bram.

Air mata Daren turun dari ujung matanya. Mendengar suara bayi tadi membuat dadanya berdebar. Itu suara tangis pertama seorang manusia, Daren baru mendengarnya sehingga ia sangat tersentuh..

Cklek'

Seorang dokter ber name tag Aurora keluar dari ruangan dengan jas dokternya. Ia membuka masker dibibir nya dan berhadapan dengan Daren, Kris dan Serly.

Daren langsung menghapus air matanya saat Aurora melirik. Seorang lelaki gentle tidak menangis. Dan Daren langsung maju menghadap si dokter cantik. Mata hijau Aurora menatap bingung ke arah Daren.

Daren menggaruk tengkuknya "b-bagaimana keadaan adik saya, dok?"

Aurora tersenyum kecil "proses melahirkan nya lancar. Ibu dan bayi sama-sama sehat. Kalian boleh menjenguk pasien, hanya saja tunggu satu jam lagi.."

Serly memegang tangan Aurora spontan "apa jenis kelamin cucuku?"

Aurora kembali tersenyum canggung "untuk jenis kelamin akan dokter beritahu di dalam. Kalian bisa masuk nanti.."

Serly dan Kris mengangguk bersamaan. "Kalau begitu saya permisi.." pamit Aurora

Setelah mendapat izin, Aurora melangkah menjauh dari mereka tanpa tau kalau Daren melirik punggungnya diam-diam hingga Aurora hilang di persimpangan lorong.

Setelah menunggu satu jam, mereka pun diperbolehkan masuk. Daren kembali merasakan tersentuh kala melihat Laura sedang menyusui bayinya. Sungguh, bayi mereka sangat mungil dan rapuh.. Daren jadi ingin memiliki satu yg seperti itu.

"Bu, aku ke kantin sebentar."

Setelah pamit, Daren langsung pergi kekantin rumah sakit. Tenggorokannya terasa kering, sejak tadi ia belum ada minum. Bahkan rapat pentingnya bersama penanam saham lainnya harus ia korbankan karna kepanikan. Terlebih Daren tidak pernah sarapan pagi.. ia hanya selalu meminum kopi sebagai pengisi paginya.

Daren memesan sebotol air mineral dan satu gelas kopi. Tak menunggu lama, secangkir kopi pun datang bersamaan dengan air mineral. Hanya karna kopi, Daren tersenyum kecil. Segera ia menyesap kopi panas itu dengan meniupnya terlebih dahulu..

"Minum kopi dengan perut kosong dapat memperbesar efek stimulasi. Nanti, perut akan menghasilkan asam lambung yang tinggi. Akibatnya kau akan mulas dan menyebabkan sakit di usus kecil dan lambungmu" ucap Aurora

Daren hampir saja menyembur kopi yg ada di mulutnya. Aurora tersenyum dan mengambil duduk dihadapan Daren. Sementara Daren masih terdiam dengan kebingungan..

"Boleh aku duduk disini? Aku tidak suka makan sendirian." Ucap Aurora

Daren mengangguk cepat dan gelisah "b-boleh.."

Aurora mengernyit bingung "apa kau gagap?"

Daren membesarkan bola matanya. Itu terdengar seperti ejekan untuk Daren. Egonya terluka "kenapa bertanya seperti itu."

Aurora membuka bekal yg biasa ia bawa "menurutmu kenapa aku bisa bertanya seperti itu?" Tanyanya balik

Yah, tentu saja Aurora bertanya seperti itu karena ia sudah dua kali mendengar Daren terbata-bata. Daren pun tidak tau, kenapa bibirnya kelu di gerakan saat menatap manik Aurora. Ia seakan tersihir oleh mata hijau itu..

Aurora memakan bekal yg ia bawa dengan perlahan. Tanpa tau kalau Daren masih menatapnya penuh lekat. Seolah tak takut, Aurora menatap balik manik itu dengan santai..

"Kau mau?" Tanyanya sembari memperlihatkan bekal yg ia bawa

Daren menggeleng, ia anti sarapan. Entah kenapa, tapi itulah yg terjadi. Kebiasaan sejak kecil yg terbawa sampai sekarang

Aurora menyendok omelette yg ia bawa lalu menyodorkannya pada Daren. "Pagi hari, perut wajib diisi dengan makanan. Terlebih kalau bekerja butuh tenaga dan otak untuk berfikir. Cacing di perutmu akan keluar dan mencari makan sendiri kalau kau tidak memberinya makan"

Lelucon bodoh, tapi Daren tertawa. Itu kesempatan Aurora untuk menyuapkan satu sendok bekalnya ke dalam mulut Daren dan membuat si pemilik melotot. Daren seakan tidak memiliki harga diri disini..

"Kunyah dan nikmati. Itu hasil masakan ku. Aku akan senang kalau kau memujinya"

Dengan patuh Daren menguyah makanan Aurora dan menelannya. Mata Daren berbinar saat ia merasakan keju mozzarella dari dalam telur itu meleleh. Aurora memang membawa omelette dengan keju mozzarella sebagai isinya.

Dan Daren si penyuka keju tampak menikmati masakan Aurora. Ia pun menelan perlahan keju di dalam mulutnya. Seperti nya ia harus menukar menu sarapannya, dari kopi menjadi keju, atau omelette berbalut keju, mungkin. Ya, ia harus menyuruh ibunya membuatkan omelette berbalut keju ini.

"Lumayan.." ucap Daren sembari mengangkat bahu dengan gaya pongah

Aurora tersenyum kecil. Ego lelaki memang tinggi, bahkan melebihi wanita "aku bisa memberimu bekalku kalau kau mau.."

Daren menaikkan sebelah alisnya "aku terima." Mengambil bekal Aurora "aku anggap ini ucapan terimakasih karna aku memujimu dan maaf karna di awal kau mengagetkan ku"

Aurora mengangguk "tentu."

Daren menyendok omelette nya dan memasukan ke dalam mulut. Ia pun mengolah makanan itu perlahan-lahan. Bibirnya tersenyum kala keju mozzarella itu melumer di dalam. Dan, Daren kurang. Ia ingin lagi!

"Akan baik kalau kau mengucapkan terima kasih sebagai tanda menghargai" ucap Aurora

"Terima kasih.." ucap Daren

Aurora tersenyum kecil. Kenapa pria itu seperti anak kecil. Gaya boleh ia tutupi dengan gayanya yg sombong. Tapi sikap dan tingkahnya tidak sama dengan yg terlihat.

"Adikmu cantik, ia wanita hebat.."

Daren kembali fokus. Tadinya ia ingin bertanya nama, namun urung "tentu, keluarga ku terlahir dari serbuk emas.."

Aurora mengangguk membenarkan dan tersenyum "dan seharusnya kau bersyukur."

Daren diam dan meminum kopinya. Tenggorokan nya mendadak kering "ekhmm.. siapa namamu?"

"Aurora.."

"Kau tau aku?" Tanya Daren dan di jawab gelengan Aurora

Daren tersenyum kecil "really?"

Aurora menaikan alisnya sebelah "apa aku harus mengenalmu? Kau bukan tokoh penting sehingga semua orang harus tau siapa dirimu."

Daren meneguk ludahnya susah payah. Gadis ini memang sangat bisa mengimbanginya. Ia pun menatap lekat Aurora. Wajahnya yg kecil dan berbibir mungil membuat ia terlihat manis. Terlebih dari cara bicaranya yg terdengar bijak. Tidak salah ia seorang dokter..

"Aku Daren Kimberly.."

Aurora mengangguk "Sekarang aku tau, kau Daren. Senang berkenalan denganmu.." sembari tersenyum

"Aku juga.."

Sejenak suasana hening. Manik Daren tidak absen dalam memperhatikan Aurora. Gadis itu sedang meminum air mineral miliknya. Tatapan polosnya seperti bayi, ia jadi ingat dengan Laura..

"Kenapa membawa bekal? Disini ada kantin." Tanya Daren

"Selain menghemat uang, bekal lebih sehat dibanding makanan kantin. Kita tidak tau cara pembuatan makanan itu, apa ia sudah cuci tangan atau belum? Atau air yg dia pakai matang atau tidak."

Daren mengangguk dan tersenyum miring "kau sangat menjaga kesehatan ternyata."

Aurora mengangguk "tentu, dokter harus bisa menjadi contoh untuk yg lainnya, seperti layak nya guru."

Daren kehabisan topik. Ia menghentakkan tumit sepatunya ke lantai sembari berfikir. Oh ayolah, ia seorang CEO dengan pemikiran cerdas. Kenapa mencari topik bicara dengan wanita sangat sulit? Terlebih mereka belum terlalu dekat..

"Menurut mu, apa yg dirasakan Laura sakit?"

Aurora tertawa, dan itu tak lepas dari pandangan Daren. Senyum pun terpancar saat suara halus Aurora terdengar "kenapa tertawa?"

"Seorang CEO tidak menjamin otak pintar.." sembari tertawa lagi

Sialan! Daren salah topik. Secara tidak langsung Aurora mengatakan nya bodoh?!

"Tentu saja sakit, yg sedang Laura keluar adalah seorang bayi, manusia. Terlebih dari tempat yg sebesar tutup botol. Kau mau merasakannya?" Tanya Aurora

Daren menyengir "apa bisa?"

Tawa Aurora kembali keluar deras. Dan itu membuat darah Daren berdesir deras. Dada nya berdetak lebih cepat. Damn! Aurora tidak baik untuk kesehatan Daren

"Kalau kau mau, kau bisa minta dengan Tuhan."

Daren menggeleng "tidak jadi.."

"Kenapa?" Tanya Aurora disela tahan tawanya

"Karna kalau dipikir-pikir, menjadi lelaki lebih menyenangkan. Ia hanya tinggal memasuki dan menikmati.. tanpa rasa sakit."

Senyum Aurora hilang "kau mau merasakannya?" Tanya Daren dengan nada sama persisi seperti Aurora. Terlebih smirk terpancar dari sudut bibir

Pipi Aurora memanas. Perkataan Daren terdengar ambigu "Kau punya pemilik?" Tanya Daren lagi

"Hah?"

Daren berdecak "kau sudah memiliki kekasih?"

Aurora menggeleng. Ia terlalu sibuk bekerja. Meski banyak yg mengajaknya menjalin hubungan, Aurora menolak halus "t-tidak.."

Daren tersenyum lagi "bagaimana jika kau membawaku ke hadapan orang tuamu."

"Untuk apa?"

"Untuk menjadi pemilik mu." Daren memajukan tubuhnya "aku ingin mengajakmu serius, karna lelaki sejati tidak menjalin kasih, ia akan memberi kepastian dengan langsung membawamu ke hadapan orang tua."

Aurora berdebar lebih cepat "bicara apa kau?"

Daren menarik lembut tangan Aurora hingga berdiri "bawa aku menemui calon mertuaku."

Terima kasih untuk Bram yg sudah memberi Daren pembelajaran baru, terutama tentang keberanian. Sekarang, Daren akan mencoba keberuntungannya dengan bermodalkan nekat..

°Daren and Aurora°•

≈ About DAREN

Siapa yg kemarin minta kelanjutan Daren?

Nahh, Daren nya cuma sampai disini.
Selebihnya biarlah kalian berhayal yah🙈

Gimana-gimana? Daren lebih mantep dari Bram ekan? Ia mah garcep, takut diambil orang katanya

Siapa cepat dia dapat..

~ Sekian ~





Continue Reading

You'll Also Like

35.2K 2.7K 30
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
485K 22.6K 93
Ratih berusia 30 tahun yang telah memiliki seorang anak lelaki bernama Dani dari suaminya yaitu Yadi. Ratih diganggu mahluk misterius yang menjelma s...
19.9K 1.1K 61
Ryan adalah pemilik perusahaan terbesar ke-3. Dia memilikinya waktu berumur 14 tahun. Tetapi, Ryan memiliki Markas Besar untuk kesenangannya. Hingga...
3.1M 222K 28
SELESAI ✔️ "Lo nggak akan bisa keluar dari hidup gue setelah ini. Lucy, lo milik gue. Satu-satunya." - Dean Caldwell Daren Hidup Lucy awalnya baik-ba...