Sudut Rasa (On Going)

By chocogrey05

2.5K 2.1K 3.1K

Q : Covernya kok ga sesuai cerita? A : Ceritanya belum selesai sayang, tunggu sampe selesai nanti paham. Yang... More

Info
1. Awal Bertemu
2. Sesak
3. Have fun
4. Teman?
5. Terlambat
6. Tawuran
7. Berkelahi
9. Blue Cafe
10. Intropeksi
11. Skorsing
12. Menginap
13. Nostalgia
14. Teman baru?
15. Seblak
16. Bolos
17. Rusuh
18. Masalah
19. Hancur
20. Aya, bukan Ara
21. SMA Kartika
22. Nomer asing
23. Pernyataan baru
24. Baikan
25. Calon adik ipar
26. Banyak persamaan
27. Toleransi

8. Aku Dan Aku

92 95 77
By chocogrey05

***

"Jika diamku tak mampu membuatnya diam, maka terpaksa fisikku lah yang akan membuatnya diam tanpa berkutik."


___A___

***

"Eh bro! Kok gue kaya kenal ini anak ya?" ujarnya memperlihatkan Video yang ditontonnya.

Ketiganya berhenti tertawa dan mengambil alih ponsel milik Sarga. Sarga berdecak kesal dengan perilaku temannya itu.

"Gila! Ini cewek 'kan? Anjir, sangar amat ya!" heboh Anggit saat melihat video story terputar.

"Beeuh, cantik gini gayanya laki! Salut ghe!" sahut Deden ikut menimpali.

Gesa melihatnya intens dan mengedipkan matanya tak percaya. "Cewek gue anjir! Eh, maksudnya cewek yang gue taksir nih!"

Ketiganya menoleh ke arah Gesa bersamaan, lalu ketiganya tertawa. "Haha, ngarep banget! Lo cinta sama modelan kayak gini?" tanya Deden yang langsung diangguki Gesa.

"Dia beda! Oh ya Ga, itu lo dapet dari mana?" tanya Gesa sembari menunjuk handphone Sarga yang masih dicekal Anggit.

"Itu di story wa nya sepupu gue, dia sekolah di Taruna, kayaknya sih sekelas."

"Tapi dia sangar anjir! Ngebogem 3 cowok sekaligus, yang ghe heranin tuh kenapa gak ada yang misahin? Sesangar-sangarnya dia tetap perempuan kali!" ujar Anggit heran.

Gesa menghela nafasnya. "Calon istri gue! Kasian banget dah, coba kalo ada gue, gak akan gwe biarin sampe kaya gitu!" Lanjutnya bergumam.

"Dia bukannya yang waktu itu di timezone bukan? Berarti udah punya pacar dong? Lo ngapain ngarepin yang gak pasti, Sa?!" Sahut Deden menimpali.

"Kalo dia jodoh gue, yang lain bisa apa? Walaupun dia udah punyanya yang lain, kan masih bisa gue tikung!" jawabnya bangga.

"Gaya lo nikung! Dosa goblok!" Sarga menoyor jidat Gesa pelan.

Gesa menyengir. "Kan lewat sepertiga malam! Ya gak, bang?!" ujarnya tertawa sembari mengangkat kedua alisnya ke arah Bryan.

Bryan menggelengkan kepalanya acuh, dia sudah menganggap Gesa adiknya sendiri, dia juga cukup tau tentang kepribadian lain Gesa.

"Emangnya bangun tidur jam berapa? Gayanya mau nikung sepertiga malam, Badak!" sengit Deden menjambak Gesa.

Gesa meringis namun tak urung membalas. "Ya jam setengah tujuh si, hehe," jawabnya menyengir kuda.

"Boro-boro lo shalat tahajud! Shalat subuh aja kayaknya gak deh!" sergah Sarga.

"Gue shalat lah!"

"Shalat duha itu namanya pinter! Jam tujuh kok baru shalat subuh!" sahut Deden sembari menyemil tahu bulat.

Sebenarnya walau nakal begini Gesa tetap melakukan kewajibannya, mereka hanya bercanda untuk mengisi kekosongan topik.

🔥🔥🔥

Hening dengan suasana mencekam tercipta dalam sebuah ruangan, beberapa anak yang didudukkan secara berjejer di sofa panjang dengan beberapa guru di depannya.

Airin nampak biasa saja, dirinya sudah menjadi langganan ibu BK. Ya, ruangan anti dimasuki oleh orang-orang good namun tidak dengan orang brandal seperti Airin dan teman lainnya.

Terdengar helaan nafas dari seorang guru perempuan, siapa lagi kalau bukan Bu Sri. Guru lainnya hanya menggelengkan kepalanya saat mengetahui kelakuan empat anak di depannya.

Airin, dan Farhan dkk. Airin sama sekali tak menunjukkan rasa takut, dirinya duduk anteng menikmati dinginnya AC di dalam ruangan ini.

"Kalian semua kenapa selalu bikin ulah, hah?!" sentak Bu Sri yang kehilangan kesabarannya, "kalian udah berapa kali masuk BK? Kalian ini baru kelas 10, kalo nyampe kelas 12 berapa banyak kalian bolak-balik masuk sini! Saya heran dengan kalian. Airin! Berapa kali kamu masuk sini?!"

Airin menatap Bu Sri santai. "Kalo gak salah bulan ini udah ke 11 kalinya bu!" jawabnya sembari mengingat.

Bu Sri menggelengkan kepalanya heran. "Farhan, Davit, Gani! Berapa kali?!"

Farhan mendongak. "Bulan ini 5 kali bu!" jawabnya dilanjutkan Gani, "7 kali bu," ujarnya masih memandang ujung sepatunya, "3 kali bu!" tambah Davit mengakhiri.

"Kalian ini sudah anak Sma, bukan anak tk lagi yang menyelesaikan masalah dengan berkelahi! Apa dengan berkelahi semuanya akan selesai? Tidak! Jadi saya mohon untuk kalian perbaiki diri kalian! Lalu, apa masalah kalian sampai bisa berkelahi, apalagi kamu Airin! Bulan kemarin kamu juga sekali masuk sini karena bikin teman kamu pingsan!"

"Asap gak akan ada kalo gak ada api!" jawabnya tanpa takut, "dan mengapa saya melakukan itu? Karena bukan kemauan saya, melainkan anak kebanggan ibu yang selalu bikin saya kehilangan kesabaran. Apa ibu tau? Bulan kemarin saya di skors satu minggu, ibu salahkan saya, dan tidak mau mendengarkan penjelasan saya, padahal ibu sendiri tidak tahu kebenarannya, bukan? Tapi ibu belain orang yang salah! Apa pernah ibu mempertimbangkan suatu masalah jika ada hubungannya dengan saya?" Airin sudah kehilangan kesabarannya, nafasnya tidak teratur.

Beberapa guru dibuat cengo dengan keberanian Airin. "Dan kenapa saya berantem hari ini, tanyakan pada 3 orang ini, silahkan anda percaya atau tidak dengan 3 orang ini, saya harap anda tidak percaya, saya pastikan 3 orang ini akan mengada-ngada kebenarannya," ujarnya memandang 3 temannya dengan tatapan membunuh, Airin mengeluarkan smirk lalu meringis kala melihat 3 temannya ini hanya diam membelenggu.

"Tapi perbuatanmu tidak benar Airin, kamu ini perempuan, setidaknya berusaha untuk diam dan tidak memperbesar masalah!" Lagi-lagi Bu Sri selalu menyalahkan dirinya, dia tersenyum tidak percaya.

"Jika diamku tak mampu membuatnya diam, maka terpaksa fisik ku lah yang akan membuatnya diam tanpa berkutik!" pungkas Airin penuh penekanan lalu keluar tanpa pamit dan menutup pintu cukup keras yang membuat orang di dalamnya tersentak kaget.

Inilah jika singa tidur dibangunkan dengan cara yang tak pernah diinginkan.

Airin lelah dengan semua ini, dia berjalan menuju kelasnya, saat dia memasuki kelasnya banyak pasang mata yang memandangnya sinis, saat ini Airin ingin sekali meludah didepan wajah mereka semua.

Dia menatap balik dengan tatapan datarnya, dia beranjak ke tempat duduknya lalu mengambil tas serta skeaboard-nya. Tanpa banyak kata dia beranjak keluar kelas, tepat di tengah pintu dirinya berhenti dan berbalik, dia melihat Tiara yang sedang menatapnya, Airin menyunggingkan senyum kepada Tiara lalu berkata terima kasih tanpa mengeluarkan suaranya. Terlihat Tiara membalas senyum darinya, Tiara pun mengepalkan tangannya ke udara sembari mengucapkan semangat yang diangguki oleh dirinya.

Tiara yang dipandang sengit oleh beberapa temannya mengedikkan bahunya acuh dan kembali membaca novelnya. "Kalo di lihat sebenernya Airin baik, bodohnya gue takut gak punya temen kalo gue nemenin dia, dan nyatanya yang selama ini gue temenin malah nginjek-nginjek gue dari belakang!" Dalam hatinya Tiara menggrutu.

Airin berjalan menaiki skeatboard-nya di setiap koridor, sesekali ia melakukan aksi yang bisa membuat orang cengo memandangnya, Airin tak peduli ia terus meluncurkan skeatboardnya sampai terlihat gerbang depan yang masih tertutup rapat.

Aksinya yang ingin memanjat terurungkan kala melihat pak satpam memandangnya, "pak, bukain gerbangnya ya!"

"Ini masih jam setengah 11, kamu mau kemana?" jawab dan tanya pak satpam melihat jam yang bertengger di lengan kirinya.

"Saya disuruh pulang pak!" jawabnya berbohong, yang ada dia bosan dan ingin membolos.

Pak satpam di depannya terheran. "Kamu gak bohong?"

"Iya pak, kalo gak percaya tanya sama guru BK deh!"

Akhirnya pintu gerbang dibuka setengah, dia pun mengacir pergi menaiki papan skeatnya dengan lihai, tak lupa dia berseru keras. "Makasih pak! Saya cuma bosan gak pernah dihargain, sekali lagi terima kasih!" ujarnya berteriak sembari melajukan skeat-nya kencang.

"Anak kurang ajar!" umpatnya.

Airin bingung akan pergi kemana.

Palang bertuliskan TPU (Tempat Pemakaman Umum) terlihat di depan mata belo nya, ia tersenyum getir lalu beranjak masuk dengan meninggalkan tas serta papan skeat-nya di pos depan, dan menitipkannya ke penjaga makam.

Dia menelusuri banyak gundukan tanah yang sedikit basah karena hujan di malam hari, Airin menjongkokkan dirinya di sela-sela kedua makam, ia mengusap nisan bertuliskan Devano Pradipta serta makam di sebelah kirinya bertuliskan Elina Pradipta, dia tersenyum kecut.

Dia ingin berkata namun bibirnya kelu, matanya berlinang ingin mengucurkan air, dia mendongakkan wajahnya menatap sang langit yang saat ini terlihat terang.

Menghela nafasnya kasar lalu mengerjapkan matanya pelan, air matanya pun menetes, "Assalamu'alaikum mama, papa! Apa kabar? Linlin kangen nih, mama sama papa bahagia 'kan di sana? Semoga iya ya, tapi di sini Linlin sedih, coba dulu kalo Linlin ikut, pasti kita udah sama-sama bahagia, iya 'kan? Semuanya jahat sama Linlin. Mama sama papa lihat Linlin 'kan? Oh ya, kalian liat Acis gak? Linlin kangen sama Acis, Acis pergi tanpa pamit sama Linlin, ini udah satu tahun Linlin gak ketemu sama Acis, Linlin sebenernya capek ma, pa. Kalian ngerti 'kan?" tutur Airin sembari menahan isakannya, air matanya sudah lolos sedari tadi, dia ingin berkata lebih namun dirinya tak kuat.

Airin masih menyimpan dan mengingat semua kenangan manis yang berujung pahit hingga saat ini.

Dirasa ia sudah lelah menyendiri diantara ketenangannya dia pun pamit. "Ma, pa, Linlin pamit pulang, kapan-kapan Linlin kesini lagi, Linlin sayang sama kalian, Assalamu'alaikum," pamitnya dan melangkahkan kakinya kembali pulang.

Dia mengambil tas dan papan skeatnya, tak lupa ia memberi lembaran uang ke kotak infaq yang disediakan.

Airin beranjak pergi, dia memutuskan untuk pergi ke kafe yang menurutnya enak dan nyaman di kunjunginya.

Ia memesan cokelat panas, serta cake yang pas untuk dirinya seorang. Airin menunggu pesanannya datang dengan menelungkupkan kedua tangannya di atas meja sembari memasang aerophonenya.

Sepuluh menit berjalan kini pesanannya datang, dia tersenyum dan mulai menyeduh cokelatnya.

🔥🔥🔥

Lima sejoli sedang berjalan bersisian. SMA Kartika, tempat mereka menimba ilmu, guru di sekolahnya akan mengadakan rapat mengenai kurikulum, semua anak sekolah di pulangkan lebih gasik dari biasanya kecuali yang berkepentingan.

Kelimanya menuju markas mereka dan mengambil motornya masing-masing, sebelumnya Bryan masuk terlebih dahulu, dan berpamit kepada teman dan tak lupa kepada mbok Inah serta pak Dadang.

Kelimanya berencana untuk mengunjungi kafe milik ayah Sarga, Blue cafe namanya.

Mereka melajukan motor besarnya membelah kota jakarta yang hari ini terasa lebih terik dari biasanya.

Kelimanya telah sampai dan memasuki kafe bernuansa biru, kafe minimalis yang banyak dikunjungi oleh para pelanggan. Di sini tidak hanya disediakan bermacam kopi melainkan banyak macam, seperti cokelat, jus, eskrim, dan tentunya beberapa makanan.

Mereka memilih duduk di pojokkan dan langsung memanggil pelayan, sebenarnya yang mengusulkan untuk ke sini adalah Gesa dan Anggit, Sarga sendiri menolak keras namun karena satu ancaman dia mengiyakan pasrah.


Continue Reading

You'll Also Like

5M 376K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.3M 122K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
851K 84.4K 47
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

756K 36.6K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...