Vote and komen jangan lupa
.
.
.
~ HAPPY READING DEAR ~
Double nih.. Selamat dinikmati.
perlahan yah nyimaknya🤗
Kris duduk di mejanya dan mempersilahkan Bram masuk. Pria itu tampak gugup dan canggung seperti awal kedatangan nya ke dalam rumah ini.
"Duduk lah, nak.." ucap Kris
Bram mengambil duduk di depan Kris dengan penghalang meja. Tak lama, pintu terbuka dengan memunculkan Serly yg menatap mereka bingung.
"Mau dibuatkan minum?" Tanyanya
Bram menggeleng sebentar "tidak perlu Bu, Bram hanya sebentar."
Serly mengangguk dan kemudian kembali pergi. Ia memberi privasi untuk keduanya. Seperti nya yg akan Bram katakan penting karna wajah pria itu terlihat serius.
"Apa yg ingin kau katakan Bram?" Tanya Kris
Bram mengambil nafas dan menghembuskan nya "Bram pernah bilang kalau Bram ingin pernikahan kami di percepat kan, yah?" Tanya Bram
Kris mengangguk. Mereka sudah membicarakan ini sebelum "iya, dan pernikahan sudah di percepat hingga dua Minggu kedepan.."
Bram kembali mengangguk dan menundukkan sedikit kepalanya "ada alasan kenapa Bram ingin mempercepat pernikahan kami, yah. Dan Bram ingin mengatakan alasannya.."
Kris memajukan badannya dan menggenggam kedua tangannya di atas meja "itu pertanyaan ku waktu itu. Sekarang ingin aku tanya lagi, kenapa kau mempercepat pernikahan nya Bram?" Pancing Kris
Bram meremat gagang kursinya erat "karna Laura hamil.. anak Bram, yah." Sembari menunduk. Ia tidak berani menatap Kris, lebih tepatnya tidak berani melihat reaksi pria paruh baya itu
Kris tersenyum lalu mengangguk "aku tau.." balasnya
Bram mengangkat kepalanya dan tidak menutup rasa keterkejutannya dari apa yg Kris katakan tadi "apa? A-ayah tau?" Tanya nya terbata-bata
Kris kembali mengangguk "aku hanya menunggumu datang padaku, dan ternyata kau sendiri yg menjelaskan nya. Aku salut, karna kau mau berkata yg sebenarnya padaku.."
Bram menekuk alisnya "Tapi, kapan ayah tau tentang ini?"
"Semalam.." balasnya santai
Bram was-was. Ia tersenyum tidak enak "maaf, yah. Karna merusak Laura sebelum keresmian kami. Tapi Bram tidak menyesal melakukan nya, karna Bram sengaja."
Kris menatap kesal "Kenapa kau sengaja melakukannya?"
Bram menatap Kris lekat "agar mengikat Laura. Di awal, Laura menolak Bram dan tidak menyukai Bram. Jadi, Bram melakukan itu agar Laura tidak ada pilihan lain selain menikah dengan Bram. Itu semua karna pemikiran kecil Bram saat itu. Sekarang Bram hampir mengikatnya penuh, dan itu semua atas restu ayah. Bram hanya berusaha jujur dan terbuka. Walau tau akan ada konsekuensinya.." lirih Bram di akhir
"Apa yg kau rasakan sekarang?" Tanya Kris
"Senang, karna Laura hamil. Bram juga akan dipanggil ayah sebentar lagi. Ayah tentu sudah lebih dulu merasakannya.." balas Bram dengan tersenyum
Kris membalas senyum itu "Aku mempunyai trauma atas kehamilan diluar nikah, Bram. Dan aku pernah di posisi mu saat itu, merasakan apa yg kau rasakan, dan tentu sangat senang. Namun memang tuhan belum berpihak padaku, hingga dia mengambil apa yg sudah ia beri begitu cepat. Karna itu aku selalu mengatakan pada Daren dan Laura untuk tau batasan. Tapi sepertinya gadis kecil itu kelewatan.." lirih Kris
Bram menggeleng "bukan Laura, Bram yg kelewatan. Bram yg melanggar batas. Bram minta maaf yah, karna tidak jujur sebelum nya. Bram merusaknya lebih dulu, baru bicara sekarang." Bram tertunduk dalam
Kris kembali tersenyum dan menepuk lembut tangan Bram "kau jujur saja aku sudah sangat senang. Kau memang sangat langkah. Jarang aku menemukan pria dengan niat baik seperti mu. Termaksud Daren.. aku tau anak itu memperingati mu untuk tidak jujur padaku kan?" Tanyanya
Bram terpaku di tempat. "Ayah tau?"
Kris tertawa "apa yg tidak aku ketahui tentang semua anakku. Aku mendengar kalian bicara di taman sebelum istriku menyuruh Laura menjemput kalian saat itu."
Bram ikut tersenyum "Daren memang menyuruh Bram diam. Tapi Bram malah bicara pada ayah. Bram mohon jangan marah pada kakak beradik itu, yah. Terlebih Laura, dia takut ayah marah dengan kehamilan nya.."
Kris mengangguk "mana bisa aku menolak pemberian Tuhan. Tentu aku senang saat tau aku akan memiliki cucu. Hanya saja aku tidak bisa menunjukannya karna kau belum jujur."
"Bagaimana dengan ibu?" Tanya Bram
Kris mengerti "Serly biar jadi urusanku.."
Bram kembali mengangguk. Dadanya kembali lapang dari semua kekhawatiran. Lega rasa nya ketika kita terlepas dari semua ketakutan. Inilah yg Bram inginkan, jujur lebih baik dari pada berdiam diri dengan rasa was-was karna takut.
"Bagaimana dengan keluarga mu, Bram?"
"Bram tinggal sendiri, yah. Ayah dan ibu sudah tiada.." lirih Bram
"Oh maaf, nak. Aku tidak bermaksud."
Bram mengangguk dan tersenyum lagi "tidak apa, yah. Setidaknya mereka bahagia di sana."
"Dan kau tidak sendiri. Kami keluarga mu sekarang.." ucap Kris tulus
Kris memperhatikan Bram dengan lekat. Lelaki ini sangat tangguh dan dewasa. Terlihat dari cara bicaranya yg tegas, juga sifat jujur dan terbukanya. Kris bangga kepada kedua orang tua Bram, mereka berhasil mendidik lelaki itu dengan benar.
Masalah Laura, biarlah berjalan seperti semula. Kris tidak mau karna ketakutannya semata, ia jadi merusak kebahagiaan Laura. Yg terpenting Bram dan Laura akan segera menikah.
"Setelah menikah kalian akan tinggal dimana?" Tanya Kris
Bram tersenyum antusias "kami akan tinggal di Manhattan, yah. Bram sudah mendirikan rumah di pinggir danau untuk kami. Letaknya sedikit jauh dari keramaian, terkesan sejuk dan nyaman. Bram juga akan membuat lapangan kecil untuk kami disana.."
Kris tersenyum "aku percaya kau akan membahagiakan anakku.."
Bram mengangguk menyakinkan "tentu. Bram sudah memikirkan semuanya dengan cermat. Ayah meninggalkan sebuah peternakan sapi disana, penghasilan nya lumayan dan cukup untuk Bram menghidupi Laura dan keluarga kecil kami. Bram dan Laura juga akan sering berkunjung kesini nanti.."
Kris bangga Laura punya Bram yg bisa di andalkan dalam segala jenis masalah "kau memang harus sering ke sini.."
Selanjutnya mereka kembali berbincang ringan dengan segala celotehan Bram tentang apapun yg sudah ia siapkan. Mereka seperti anak dan ayah kandung, sangat akrab dan bersahabat. Bahkan dengan Daren saja Kris jarang banyak bicara, karna Daren dan Kris sama-sama sibuk berkerja di kantor jadi waktu mereka bertemu sedikit.
Bram sangat senang. Keluarga Laura sangat welcome dan mampu memahami nya. Ia bersyukur karna masih bisa memiliki keluarga dari Laura. Mereka berdua seperti memang sudah di takdirkan bersama.
Tinggal memberi kabar pada Laura kalau tidak ada yg perlu ia khawatirkan lagi. Bram sudah mengurus segalanya dan sudah membalikan keadaan ke dalam tempatnya semula.
Melihat dan mendengar kekhawatiran ibu hamil itu membuat Bram resah. Tentu ia tidak mau membuat Laura kepikiran, bisa-bisa bayi nya nanti ikut stres karna ibunya.
Sudah dikatakan, Bram memang selalu bisa membuat yg tidak mungkin menjadi mungkin dan yg tidak bisa menjadi bisa.
• KIDNAPPED •
Gess...
Ga berat kan konfliknya.
Kita tu sama, tidak suka konflik berat.
Karna beban hidup udah berat, jadi jangan di tambah lagi beratin hidup orang laen walau di wepet 🤧
Btw!!!
Ini detik detik mendekati masa habis cerita, alis END~~~
HUHUUUUUU😭😭😭
LOP YU GES..💜🙆💜🙆