Youniverse

By secondaybreak

19.1K 2.6K 741

"We found each other and our universe was born." Cuma cerita dari semesta lain Bangtanvelvet. Bangtanvelvet... More

Cast
Satu
Dua
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu

Tiga

909 149 31
By secondaybreak

ooOoo

Aksa hanya geleng-geleng kepala setelah membaca pesan di grup chat-nya dengan keenam saudaranya yang lain. Aksa tertawa saat membaca pesan dari Dirga yang mengingatkan tentang makan malam keluarga yang sekaligus akan membicarakan tentang perjodohan keluarga.

"Mas Aksa kenapa senyum-senyum sendiri?" pertanyaan ibunya membuat Aksa terkejut. Ternyata dari tadi Aksa sama sekali belum menyentuh sarapannya karena sibuk dengan ponselnya. Aksa bahkan tidak memperhatikan sejak kapan kakeknya ikut bergabung dengannya di meja makan? Kakeknya bahkan sudah duduk manis sambil membaca koran dengan kacamata andalannya.

"Eh? Engga, Bun. Gapapa. Ini bacain chat anak-anak di grup" jawab Aksa sekenanya.

Kalau bertiga saja di rumah seperti ini, Aksa merasa seolah anak tunggal. Padahal faktanya dia masih punya dua saudara dan empat sepupu di luar sana.

Sejak saudara-saudaranya sibuk bekerja, hanya Aksa yang paling sering menghabiskan waktu di rumah. Bahkan di pagi hari yang seharusnya adalah momen sarapan bersama seperti ini. Aksa hanya bisa pasrah karena saudaranya tidak ada di rumah.

"Semua bisa datang kan, Sa?" Tanya kakeknya.

"Bisa Mbah. Kata yang lain diusahakan bisa. Paling yang ribet Bang Jendra aja sih soalnya kadang ada operasi dadakan. Kalo Abim diusahakan bisa datang" jawab Aksa.

"Abim emangnya masih di luar kota?"

"Iya, Mbah. Katanya sih besok pulangnya."

"Oh, berarti dia ga lama di sana."

"Karena ada acara di rumah dia ga lama-lama. Setelah kerjaannya beres dia langsung balik."

Abraham Tirtayasa Malik, kakek Aksa kemudian menganggukkan kepalanya ketika mendengar jawaban dari Aksa.

Seperti yang dibahas Aksa di grup chat-nya tadi, akhir pekan ini adalah jadwal pertemuan keluarga besarnya. Jauh-jauh hari sebelumnya kakeknya sudah pernah mengatakan terkait perjodohan ini. Namun, menjelang hari perjodohan tiba kenapa perasaan Aksa jadi tidak enak?

ooOoo

Seperti yang sudah ia janjikan pada Qilla, Gala datang ke rumah baca untuk bertemu dengan Qilla dan kenalan yang Qilla ceritakan padanya di hari sebelumnya.

Hari sudah cukup sore saat Gala tiba di sana. Sayup-sayup Gala mendengar suara merdu yang tengah mengajari anak-anak melukis.

Gala masuk diam-diam dengan maksud tidak ingin membuat konsentrasi anak-anak pecah. Gala berdiri selama beberapa menit untuk menyaksikan bagaimana kenalan Qilla itu mengajar anak-anaknya.

"Jangan gitu ngeliatinnya. Kalo dia udah taken bahaya, loh" bisik Qilla yang akhirnya membuat Gala mendelik padanya.

Qilla hanya tertawa mengejek pada Gala yang ketahuan salah tingkah. Tidak lama setelahnya Gala diserbu oleh belasan anak-anak yang sudah ia tampung bersama dengan Abim dan Qilla sejak berada di tingkat akhir perkuliahan.

"Bang Gala kenalan dulu sama guru kita" ucap salah seorang anak asuh Gala saat kelas mereka sudah selesai. Guru yang dimaksud tampak sedang membereskan barang-barangnya. Gala hanya melihatnya dari belakang saja.

"Iya, Bang. Udah cantik, baik lagi trus jago banget ngelukisnya" sahut yang lainnya.

"Jangan lupa nanya, udah punya pacar atau belum. Kalau belum, pepet aja Bang" ujar yang lain.

Gala hanya tersenyum kemudian mengeluarkan makanan yang ia beli. Setiap kali datang ke rumah baca tersebut, Gala tidak pernah lupa membelikan makanan untuk anak-anak asuhnya. Mereka langsung bersorak begitu melihat makanan yang Gala bawa untuk mereka.

"Jangan lupa, sebelum makan..." ucap Gala sebelum anak-anak mulai makan.

"Cuci tangan dan berdo'a" jawab anak-anak tersebut.

Gala tersenyum setelah mendengar anak-anak asuhnya menjawab dengan kompak. Gala senang sekali melihat mereka makan dengan lahap.

"Ayo, Gal. Kita ketemu Mbaknya dulu. Kasian keburu sore" ajak Qilla. Gala tidak menjawab dan hanya mengikuti langkah Qilla. "Mbak Kira," ucap Qilla pada perempuan yang kini berada tidak jauh dari Gala dan juga Qilla.

"Iya?" perempuan bernama Kira itu lantas berbalik dan tersenyum pada Qilla. Gala yang melihat senyuman itu jadi bingung dan salah tingkah.

"Sini, Mbak. Kukenalin sama temenku yang aku ceritain itu loh" ucap Qilla.

Kira lalu berjalan ke arah Qilla dan Gala yang kini duduk di sofa yang ada di dalam ruangan tersebut.

"Ini Gala. Teman aku, Mbak. Dia yang punya rumah baca ini bareng sama dua sepupunya" ujar Qilla mengenalkan Gala pada Kira.

"Gala" Gala kemudian mengulurkan tangannya.

"Kira" ucap Kira sambil menjabat tangan Gala.

"Saya udah denger dari Qilla soal Mbak Kira. Katanya, Mbak Kira punya sanggar seni, ya?"

"Ih, Gala! Jangan panggil Mbak. Tua banget kesannya" protes Qilla.

"Trus gue harus manggil apa? Kan ga sopan manggil nama. Lo kenapa manggil Mbak?" sahut Gala tidak mau kalah.

"Ya kan beda kalo gue" sungut Qilla.

Gala berdecak kesal. Sementara Kira hanya tersenyum melihat perdebatan Qilla dengan Gala.

"Gapapa, panggil Kira aja. Kita kayaknya ga terlalu jauh umurnya" ucapnya.

"Gapapa nih?" tanya Gala memastikan

"Iya, gapapa kok" jawab Kira.

"Oya, bener kamu punya sanggar seni?" tanya Gala lagi.

"Iya. Itu peninggalan almarhum Ayah saya."

Gala mendengarkan penjelasan Kira dengan seksama. Namun saking fokusnya sampai Qilla berkali-kali menegurnya dengan menginjak kakinya. Gala tidak berbohong kalau terpesona pada perempuan bernama Kirani Regina itu di pertemuan pertama mereka. Seorang perempuan cantik dan mandiri yang berhasil menarik perhatiannya.

ooOoo

Abim menyipitkan matanya begitu keluar dari pintu kedatangan di bandara saat melihat sosok yang sepertinya ia kenal.

Tapi masa iya itu dia? Batin Abim berusaha mengelak. Ya mana mungkin juga orang yang selalu ada di pikiran Abim hampir setiap saat tiba-tiba muncul untuk menjemputnya?

Ah, mungkin saja Abim sedang berhalusinasi. Rindu kadang membuat orang berhalusinasi.

Namun semakin dekat ternyata Abim tidak salah lihat. Dia juga tidak sedang berhalusinasi. Itu benar Qilla. Shaquilla Maharani, sahabat Abim sejak kecil sekaligus cinta pertamanya yang sialnya masih bikin Abim gagal move on sampai detik ini.

Tapi, kenapa jadi Qilla yang menjemputnya? Bukannya tadi Gala bilang kalau dia yang akan menjemput Abim?

Apakah Abim harus berterima kasih pada Gala yang sepertinya sengaja tidak mengatakan padanya? Atau Abim harus mencekik sepupunya itu karena tidak mengatakannya sejak awal?

Awas lo ya, Aryastia Manggala

Akhirnya kalimat itu yang menggema di batin Abim sepanjang perjalanan pulang dari bandara.

"Sorry ya La, ngerepotin lo jadinya" kata Abim saat mereka dalam perjalanan pulang. Tentu saja Abim tidak enak. Abim tahu Qilla pasti ke studionya dulu untuk mengambil mobilnya sebelum menjemputnya ke bandara.

"Lo kayak sama orang lain aja, Bim. Santai aja. Ini juga karena Gala ga bisa makanya gue mau jemput. Lumayanlah gue pake mobil lo sehari buat jalan-jalan" ujar Qilla dengan tawa riang sembari fokus pada jalanan di depannya.

"Harusnya gue yang nyetir. Kalo kayak gini, kesannya gue manja banget" kata Abim.

"Haha, gapapa kali Bim. Sekali-sekali. Gue lagi pengen nyetir. Lo juga pasti capek. Kalo masih ngantuk tidur aja lo" balas Qilla.

Abim hanya tersenyum mendengar jawaban Qilla. Kepedulian Qilla pada teman-temannya adalah satu di antara sekian banyak alasan kenapa Abim masih belum bisa move on dari gadis itu. Jika perempuan di luar sana mengantri untuk pulang bersama Abim dengan posisi Abim yang menyetir, berbeda dengan Qilla. Qilla selalu peduli padanya. Meski bukan hanya pada Abim seorang. Tapi, sifat Qilla yang peduli pada semua orang membuat Abim menyukainya. Sayangnya, Qilla hanya suka pada satu orang dan orang itu bukan Abim.

"Eiya Bim. Lo ke Bali ga bilang-bilang. Kan gue mau nitip" Qilla akhirnya membuka percakapan setelah tadinya mereka diam dengan pikiran masing-masing.

"Sorry, La. Gue ke sana juga mendadak. Gantiin temen. Gue ga ada niat ke Bali sebenarnya. Kalo tau bakal ke sana gue juga pasti nanya ke kalian pada mau nitip atau ngga. Di sana gue ga sempat jalan-jalan. Apalagi mikirin acara keluarga akhir pekan. Dari kemarin gue diteror mulu. Jadinya gue pas selesai kerjaannya langsung balik" jelas Abim.

"Panjang amat penjelasannya. Gue becanda kok" Qilla kemudian tertawa dan membuat Abim mendengus.

"Tau gitu gue ga usah jelasin."

"Dih, ngambek. Ganteng-ganteng ngambekan lo, Bim. Ga boleh tau ntar susah jodoh" ledek Qilla.

'Ganteng gini tapi lo ga mau sama gue, La,' batin Abim.

"Eiya, seriusan itu weekend ini mau ngomongin soal perjodohan keluarga?" ucap Qilla kemudian.

"Lo tau darimana?"

"Gala. Dia sempat cerita waktu gue ketemu sama dia. Gue kira kayak gitu udah ga ada lagi, Bim."

"Apanya?"

"Perjodohan keluarga lo."

"Oh itu..."

"Eh tapi Kakek ga serius kan sama rencananya?"

"Rencana apaan?"

"Loh, serius lo ga tau?" Qilla terkejut mendengar pertanyaan Abim.

"Apaan?" Abim bertanya sekali lagi.

"Kata Gala, Kakek mau jodohin lo sama gue. Lo ga tau, Bim?"

Abim hanya bisa menghela nafas panjang mendengar jawaban Qilla.

Ingatkan Abim untuk membuat perhitungan pada Aryastia Manggala Malik sepulangnya di rumah nanti.

ooOoo

Jara membuka pintu kafe favoritnya dan masuk menuju ke meja yang sering dia tempati. Jara suka tempat ini. Selain karena dekat dengan kantornya, kafe ini juga menyediakan menu dessert favorit Jara, yaitu es krim rasa coklat mint. Es krim yang menurut beberapa teman dan saudaranya memiliki rasa yang aneh. Kata Aksa dan Jendra, es krim rasa coklat mint seperti pasta gigi. Tentu saja sebagai penggemar rasa coklat mint Jara tidak terima. Karena itu Jara menikmati waktunya sendiri seperti sekarang ini. Sudah beberapa waktu Jara tidak mampir ke kafe ini. Beberapa orang yang bekerja di sana dan kebetulan mengenal Jara-saking seringnya Jara mampir ke kafe ini tentunya-tampak terkejut karena baru melihat Jara lagi setelah beberapa waktu.

Sembari menunggu pesanannya, Jara melihat kembali pesan yang masuk di ponselnya. Mulai dari grup chatnya bersama keenam sepupunya sampai grup teman-teman sekantornya yang sejak beberapa hari lalu menggodanya soal perjodohan keluarga. Sebuah tradisi yang entah kenapa masih dipertahankan oleh kakeknya. Jara sampai menjadi bulan-bulanan di kantor karena berita mengenai perjodohan keluarganya sampai tersebar ke portal gosip. Hal yang sempat disinggung oleh Jendra di grup chat mereka beberapa hari yang lalu. Sebentar lagi akhir pekan dan Jara hanya bisa menunggu sampai kakeknya benar-benar mengumumkan soal perjodohan itu.

Dulu Jara tidak begitu suka jika orang-orang melihatnya karena nama belakangnya. Namun, seiring waktu Jara sudah mulai bisa menerima meski tidak jarang ia mendengar bisik-bisik sumbang di belakangnya. Tapi, Jara bersyukur karena teman-temannya menerimanya sebagai Jara terlepas dia adalah bagian dari keluarga Malik. Jadi, Jara hanya bisa tertawa saat teman-teman kantornya menggodanya perihal perjodohan keluarga.

"Mas Jara, ya? Ini pesanannya. Maaf ya lama."

Jara menoleh begitu mendengar seseorang menyebut namanya.

"Ah, ya. Terima kasih" ucap Jara sambil tersenyum.

"Teman saya bilang Masnya langganan di sini dulu. Trus pada kaget karena Mas ke sini lagi setelah sekian lama" ucap perempuan itu sembari tersenyum.

Jara agak malu karena ternyata perkiraannya tidak salah. Orang-orang tadi kaget karena melihat Jara ke sini lagi.

"Saya kira ga ada yang tahu saya dulu sering ke sini" kata Jara.

"Ga mungkin mereka lupa. Orang Masnya ganteng gini" balasnya dan membuat Jara salah tingkah. Jara baru pertama kali dipuji oleh orang yang tidak ia kenal. "Oya, yang ini gratis, Mas. Anggap saja hadiah karena dulu sering ke sini" kata gadis itu lagi.

"Serius?" Jara menoleh lagi dengan tatapan tidak percaya.

"Iya. Kata teman-teman di sini Mas Jara suka es krim coklat mint. Sebagai penggemar coklat mint saya jadi terharu ada yang seleranya sama kayak saya" kata gadis itu sambil terkekeh.

"Oh jadi Mbak suka coklat mint juga?"

"Banget, hehe. Selamat menikmati. Sering-sering mampir ya, Mas Jara."

"Kalo dikasih gratisan lagi saya mau, Mbak" kata Jara dan langsung membuat gadis itu tertawa.

"Boleh. Kalo mau gratisan, Mas sebut nama saya aja. Bilang aja dapat gratisan dari Arina " ucap gadis itu di penghujung tawanya kemudian undur diri dari meja Jara. Setelahnya Jara hanya geleng-geleng kepala kemudian tersenyum karena merasa lucu dengan ucapan gadis tadi.

Arina.

Namanya bagus. Orangnya juga lucu.

ooOoo

Kirani Regina (Kira)

Emilia Fajarina Kumalasari (Arina)

Continue Reading

You'll Also Like

56K 2.1K 16
WARNING! 21++✓ YIZHAN ✓ MAFIA ✓ BxB ✓ M-PREG✓. Terjebak dalam sarang mafia, Xiao Zhan .. seorang pemuda...
269K 23K 34
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
94.8K 669 4
isinya jimin dan kelakuan gilanya
196K 30.4K 55
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...