Lima Belas

490 100 30
                                    

"Asal bukan Arkaan, gue ga masalah" Jendra menjawab dengan santai sambil tersenyum lirih di depan gelas kopinya.

Aksa tahu sejak awal Jendra tidak sepakat dengan tradisi perjodohan di dalam keluarga Malik. Namun, karena menghormati Sang Kakek, Jendra dan saudara-saudaranya pun menyatakan bersedia dengan syarat tidak ada pemaksaan dalam perjodohannya. Syarat itu adalah hal pertama yang diutarakan Jendra kepada kakeknya. Alasan Jendra sederhana. Jendra tidak ingin membuat Arkaan kembali menghadapi situasi yang tidak ia inginkan. Menjadi Direktur Utama Malik Group saja sudah cukup membuat Arkaan hidup dalam situasi yang sulit, apalagi jika harus mengikuti permintaan kakeknya untuk menikah dengan perempuan pilihan Sang Kakek.

Oleh karena itu, sejak awal Jendra sudah menyerahkan dirinya untuk mengikuti perjodohan, termasuk membujuk Aksa dan Dirga untuk lebih dulu mengikuti acara perjodohan sebelum tiba giliran Arkaan. Bahkan jika Jendra yang harus berakhir menjadi korban perjodohan, dia pun sudah siap. Sekarang prioritas Jendra adalah mengeluarkan Arkaan dari list utama perjodohan keluarga.

"Bang Arkaan tuh pasti bakal ditanyain juga, Bang. Ga mungkin Mbah Kung ngelewatin Bang Arkaan" ujar Aksa setelah menyesap kopinya.

"Ya asal dia ga dimasukkin list aja, Sa."

"Kenapa Bang Jendra ga mau Bang Arkaan dimasukkin list? Toh endingnya akan tetap diikutkan juga. Ini tuh bukan pilihan, Bang. Bang Jendra tahu sendiri kan gimana Mbah Kung? Beliau tuh menjunjung tinggi tradisi keluarga meski sekarang udah ga seketat jaman Ayah sama adik-adiknya dulu."

"Justru karena itu, Sa. Jangan sampe Arkaan lagi yang jadi korban perjodohan keluarga. Jadi Dirut Malik Group aja udah bikin dia sampe kayak gitu. Makanya gue pengen dia jangan disuruh ikut perjodohan keluarga. Arkaan pasti bisa nyari calonnya sendiri tanpa harus ikut perjodohan keluarga" jelas Jendra dengan raut serius.

"Kalo kayak gitu, it means Bang Arkaan dari awal harus nyari calonnya sendiri, kan?"

"Iya. Gue pengennya dia nyari sendiri aja dan ga harus disuruh ikut perjodohan. Eh, tapi ngomong-ngomong mana si Arkaan?"

"Kayaknya tadi lagi ngobrol sama calonnya" jawab Aksa asal. Meski sebenarnya Aksa sedang menduga bahwa bisa jadi Arkaan tertarik pada Viona. Ekspresi Arkaan berubah begitu melihat Viona. Aksa bisa melihat itu dengan jelas. Arkaan tidak biasanya seperti itu.

"Calon? Siapa? Dimana? Gue kenal ngga?" Jendra langsung bertanya pada Aksa tanpa jeda.

"Kenal."

"Serius?" Jendra terkejut begitu mendengar jawaban singkat Aksa.

"Iya. Tadi Bang Arkaan ketemu sama Dokter Viona. Bang Jendra kenal kan?"

"Beneran, Sa? Berarti gue ga salah dong nargetin Viona buat Arkaan."

"Hah?"

"Jadi gue tuh mau ngejodohin Arkaan sama Viona."

"Bang Arkaan aja ogah ketemu sama Bang Jendra, pake ada rencana ngejodoh-jodohin segala. Mending pikirin aja nasib Bang Jendra sendiri."

"Namanya juga usaha, Sa. Tapi gue lega sih karena Arkaan ga milih pasrah sama keadaan."

"Tapi jadinya Bang Jendra yang pasrah sama keadaan" ledek Aksa dan hanya dijawab dengan kekehan oleh Jendra.

"Bang, gue kasih tau ya. Pasrah tuh bukan cara menebus dosa. Ga ada yang salah dengan memperjuangkan impian Bang Jendra dan memilih ga jadi penerus Malik Group. Yang salah tuh karena Bang Jendra menghukum diri sendiri dalam rasa bersalah. Gue yakin sih Bang Arkaan ga sampe dendam segitunya sama Bang Jendra gara-gara itu. Mungkin Bang Arkaan marah, tapi setelah semua yang udah terjadi sekarang Bang Arkaan tetap melanjutkan hidup, membesarkan Malik Group dan yang paling penting adalah Bang Arkaan ga sendirian. Kita semua ada buat dia" lanjut Aksa.

YouniverseWhere stories live. Discover now