Tujuh Belas

590 99 56
                                    

"Belum tidur, Ndra?"

Jendra menoleh saat mendengar suara ibunya. Sejak pertemuannya dengan kakeknya ditambah pertemuan dengan Arkaan, Jendra seolah sulit untuk terpejam. Bahkan ketika Aksa bertanya padanya dan mengajaknya berbicara, Jendra meminta untuk dibiarkan sendiri dulu dan hanya mengurung diri di kamar.

Namun, menjelang tengah malam, Jendra akhirnya memutuskan untuk keluar di taman belakang rumahnya, tempat dimana dulu ia dan kakeknya sering berbincang.

"Bunda belum tidur?" Ucap Jendra.

"Tadi kebangun trus ngecek dapur dan pas mau balik ke kamar, Bunda lihat pintu ini kebuka" jawab ibunya.

"Bun..."

"Iya?"

"Jendra salah ya kalau ga pengen Arkaan ikut perjodohan keluarga?"

"Kenapa kamu mikir gitu?"

"Jendra ga mau Arkaan ngikutin semua yang diinginkan Mbah Kung. Jendra pengen Arkaan bisa ngelakuin sesuatu yang dia putuskan sendiri. Kenapa harus ada perjodohan keluarga segala? Bunda dulu juga korban perjodohan keluarga?"

Sang ibu tertawa mendengar ucapan Jendra.

"Bunda belum cerita kayaknya gimana Bunda akhirnya nikah sama Ayah."

"Iya, belum. Ga tau kalo Bunda pernah cerita sama Aksa atau Abim."

"Memang dari dulu tradisi perjodohan keluarga sudah ada di keluarga Malik. Tapi, ga semuanya berhasil. Hanya ayah ibunya Dirga yang berhasil. Itu juga karena ayahnya Dirga emang udah suka sama ibunya Dirga sejak awal. Ayah kamu dulu juga terang-terangan bilang ga setuju dengan perjodohan keluarga..."

"Tapi Ayah terpaksa ikut juga?"

"Iya. Ayah kamu dan adik-adiknya semua ikut perjodohan keluarga. Mereka semua ga punya alasan untuk menolak. Dulu Ayah kamu kebetulan dijodohkan sama orang yang juga ga setuju dengan perjodohan keluarga. Akhirnya mereka sama-sama nyari cara gimana biar perjodohannya batal..."

"Trus? Batal ga?"

"Iya, akhirnya batal karena Ayah kamu nekat."

"Nekat gimana?"

"Ayah kamu nekat ngelamar Bunda padahal Bunda ga ada perasaan apa-apa ke Ayah kamu."

"Bunda kasian sama Ayah?"

"Awalnya" ibu Jendra tertawa kala mengingat bagaimana ia masuk ke dalam keluarga Malik.

"Tapi setelah nikah Bunda jadi tahu gimana beratnya beban yang dipikul Ayah kamu sebagai anak pertama di keluarga Malik. Setelah tahu itu, Bunda berubah pikiran. Bunda pengen jadi tempat berbagi Ayah dan tempat Ayah bersandar kalau Ayah lelah. Kepergian Ayah yang tiba-tiba sebenarnya jadi luka tersendiri untuk Bunda. Bukan karena Bunda ga terima Ayah harus pergi lebih dulu, tapi karena Bunda belum sempat bilang ke Ayah kalo Bunda beruntung bisa menikah dengan Ayah. Ayah sudah bekerja keras dan jadi Ayah yang hebat untuk kalian serta jadi kakak yang hebat untuk adik-adiknya."

Jendra segera mengusap matanya yang mulai basah. Ia tidak ingin ketahuan menangis di depan ibunya. Cerita tentang almarhum ayahnya selalu sukses mengobrak-abrik emosi Jendra.

"Jadi, Jendra biarin aja Arkaan ikut perjodohan ini?"

"Iya kalo Arkaan emang udah mutusin mau tetap ikut. Kamu bisa melindungi Arkaan dengan cara lain selain yang kamu lakukan hari ini. Arkaan pasti punya alasan kenapa dia akhirnya milih ikut perjodohan keluarga. Jadi, kamu hanya harus memastikan Arkaan bisa tetap melakukan sesuatu atas keputusannya sendiri bukan semata karena ngikutin Mbah Kung."

YouniverseWhere stories live. Discover now