Dua Puluh

367 55 16
                                    

"Gala? Sejak kapan kamu berdiri di situ?"

Gala yang sedang melamun dan bersandar di dinding sontak terkejut dan nyaris jatuh dari posisinya. Anak-anak yang sedang belajar langsung berbalik dan menahan tawa karena posisi Gala yang tampak lucu bagi mereka. Gala hanya bisa tersenyum getir seraya menahan malu, karena alih-alih tampak keren, Gala justru tampak seperti pelawak dadakan di hadapan Kira.

"E-eh, belum lama kok. Ngga enak aja ganggu kamu lagi ngajar, Ra" ucap Gala memberi alasan agar tidak ketahuan kalau sebenarnya dia sedang menahan malu.

"Masuk aja Gal, udah selesai kok ini" ujar Kira sambil tersenyum pada Gala kemudian membereskan peralatan mengajarnya.

Setelah anak-anak berpamitan pulang, kini Gala hanya berdua saja dengan Kira.

"Oya, Qilla ada?" tanya Gala dan memecah keheningan diantara keduanya.

"Ada tapi tadi katanya keluar sebentar. Nanti juga balik" jawab Kira seadanya.

"Ke sini sama siapa, Ra?" Gala bertanya lagi. Memang terdengar sangat klise, tapi Gala tiba-tiba saja kehilangan bahan obrolan. Rencana yang sudah Gala susun di perjalanan tadi seketika buyar karena pada kenyataannya Gala mati gaya di hadapan Kira.

"Sendiri. Tadi naik ojol."

"Oh, kirain sama Qilla."

"Tumben ke sini, Gal. Kamu ngga sibuk?"

"Hmm, engga sih. Emang rencana mo mampir ke sini. Sekalian mau lihat kegiatan anak-anak."

Kira hanya mengangguk pelan saat mendengar jawaban Gala.

"Gimana ngajarnya tadi?"

"Lumayan. Anak-anak pada semangat belajar. Senang bisa ngajarin mereka dan aku apresiasi banget kalian bikin rumah baca untuk ngebantu mereka supaya bisa tetap belajar."

"Ini sebenarnya idenya Abim. Kita udah bikin ini dari jaman kuliah. Tapi karena Abimnya sibuk banget pas udah kerja, akhirnya tinggal gue sama Qilla yang sering ada di sini. Jara juga tapi jarang banget karena dia juga sibuk. Tapi gue bersyukur karena masih ada Qilla yang bantuin gue. Gue juga seneng karena anak-anak punya tempat untuk belajar" Gala menjelaskan dengan penuh semangat. Lupakan soal mati gaya. Kapan lagi Gala punya waktu berdua saja dengan Kira?

"Aku salut sama kalian. Padahal semua sibuk, tapi masih nyempetin buat ngajarin anak-anak."

"Disempetin aja sih, kapan lagi bisa bermanfaat untuk orang lain, iya ngga?"

Kira tersenyum mendengar ucapan Gala. Ternyata Gala bukan seperti yang ia bayangkan di awal. Meski berasal dari keluarga berada, Gala tidak tampak arogan. Justru sebaliknya, Gala ternyata seseorang yang hangat dan penuh kasih sayang.

"Ehemm!" suara deheman membuat Gala dan Kira terkejut.

"Eh, sorry ganggu. Ini gue mau balik kok. Lanjutin aja ngobrolnya" ucap Qilla seraya bergegas untuk membereskan barang-barangnya. Qilla tidak tahu bahwa Gala akan datang. Karena itu, mumpung timing-nya pas, Qilla berencana memberi ruang bagi Gala dan Kira untuk lebih banyak mengobrol.

"Hah? Lo udah mau balik?" ucap Gala seolah tidak percaya dengan ucapan Qilla barusan.

"Kan udah selesai sesi hari ini."

"Anterin Kira pulang sekalian, La" ujar Gala.

"Gue kira lo ke sini biar bisa nganterin Kira" ujar Qilla to the point. Gala hampir saja tersedak ludahnya sendiri. Bisa-bisanya Shaquilla Maharani berbicara seperti ini seolah tanpa dosa?

"Eh, gapapa kok. Aku pulang naik ojol aja. Ngga masalah" ujar Kira.

"Gapapa, Mba. Gala ngga sibuk kok. Iya kan, Gal?" Qilla mendekati Gala kemudian menyenggol bahu sahabatnya itu.

Youniverseحيث تعيش القصص. اكتشف الآن