Sudut Rasa (On Going)

By chocogrey05

2.5K 2.1K 3.1K

Q : Covernya kok ga sesuai cerita? A : Ceritanya belum selesai sayang, tunggu sampe selesai nanti paham. Yang... More

Info
1. Awal Bertemu
2. Sesak
4. Teman?
5. Terlambat
6. Tawuran
7. Berkelahi
8. Aku Dan Aku
9. Blue Cafe
10. Intropeksi
11. Skorsing
12. Menginap
13. Nostalgia
14. Teman baru?
15. Seblak
16. Bolos
17. Rusuh
18. Masalah
19. Hancur
20. Aya, bukan Ara
21. SMA Kartika
22. Nomer asing
23. Pernyataan baru
24. Baikan
25. Calon adik ipar
26. Banyak persamaan
27. Toleransi

3. Have fun

145 139 195
By chocogrey05

Wajib vote and coment!
Follow juga biar enak!

Sekian, happy reading

🔥🔥🔥

Alan dibuat bingung oleh pernyataan dari Airin, tak suka rasanya ia bilang, setahu dirinya Airin sangatlah suka dengan selai kacang, tapi sekarang ....

"Hah? Bukannya itu selai kesukaan kamu, dek?"

"Itu dulu, gak untuk sekarang, dahlah gue mau pergi!" jawabnya lantang.

"Gak! Ayok kita jalan-jalan, makan diluar," ajak Alan yang membuat Galih heboh bukan main.

"Aseek! Bang gue mau beli sesuatu, bayarin yak!" serunya histeris.

"Dih! Orang gue ngajak Adek juga!"

"Gue kan juga Adek lo, bang!" timpal Galih memelas.

Airin langsung berlari memeluk Galih, entahlah Airin hanya ingin. Galih yang dipeluk merasa senang, karena jujur Airin lebih dekat dengan Alan, "kenapa hmm?"

"Pen peluk aja!" jawabnya yang membuat Galih terkekeh.

"Adeknya abang lagi manja yak? Kuy kita jalan-jalan, biarin bang Alan sendirian dirumah," ajaknya yang diacungi jempol oleh Airin.

"Sok mangga! Kartu yang megang gue ini! Udah sana keluar biar ngegembel!" Ujar Alan berpura-pura ngambek.

"Abang mah gitu! Ya udah, bang Galih kuy main skeat aja!"

"Skuy lah!" Ketahuilah bahwa Galih pun tidak kalah jago dalam bermain skeatboard, yang membuat Airin mengikuti komunitas skeatboard pun abangnya ini.

"Ck, gini nih, gue kan gak bisa main gituan!" kesal Alan menggebu-gebu.

"Gini nih, kalo orang sewot, haha!" tawa Galih dan Airin meledak membuat Alan semakin kesal.

"Abang mah baperan, gitu aja repot! Abang ada sepatu roda 'kan? Kalo gak, make sepeda aja, ntar kita make skeatboard, ya gak bang!"

"Adik gue nih! Skuylah, kita have fun bertiga."

Ketiganya beranjak keluar rumah dengan Airin dan Galih memakai skeatboard dan Alan memakai sepeda gunungnya. Tak lupa mereka membawa barang yang mereka butuhkan.

Alan tersenyum lebar dari belakang, melihat kedua adiknya yang sedang tertawa berdua sembari memainkan papan skeat dengan lihai, keduanya bak seorang kekasih jika saja mereka yang melihat tidak mengetahui kebenarannya. Dia teringat dengan sang kekasih, di hari libur biasanya sang kekasih juga sedang santai-santai bersama sahabat barunya di Jerman.

Dia pun membuka handphone-nya dan mem-video call pacarnya. Alan terkekeh kala melihat gadisnya itu masih memasang wajah bantalnya, dia berusaha mengimbangi dirinya yang mengendarai sepeda dengan satu tangan, terdengar sayup-sayup suara gumaman dari gadisnya itu.

"Bangun kebo! Udah siang, bangooon!" teriak Alan.

"Lo goblok banget si! Gue gak di indonesia tolol! Di sini baru jam empat!" kesal Venus yang menyadarkan Alan, dia lupa bahwa pacarnya tidak dalam satu negara dengannya.

"Oh ya, gue lupa, maapin gue ya pacar!"

"Bodo ah! Lagi dimana?" tanya Venus dari sana.

"Lagi have fun bareng bocil," ujarnya sambil membalikkan kamera ke kedua adiknya yang berada di depannya.

"Kek orang pacaran mereka. Bentar gue cuci muka dulu," ujarnya dan langsung berlari cepat ke kamar mandinya.

Alan yang melihat itu terkikik geli, dia memanggil kedua adiknya untuk beristirahat terlebih dahulu, dia memberhentikan sepedanya dan duduk di kursi yang ada di sekitar jalan. Airin yang mendengar abangnya langsung membalikkan badannya, "iya!"

"Abang mau beli minum dulu!" seru Galih dan diacungi jempol oleh Airin, dirinya pun beranjak menghampiri Alan.

Airin terheran kala sudah di depan abangnya, Alan sedang cekikikkan sendiri. "Bang ... waras?"

"Sini duduk! Coba liat," ujarnya menarik pergelangan tangan Airin.

"Hai inces? Apa kabar?" tanya seseorang dari balik layar, membuat Airin tersenyum kegirangan.

"Kakak cantik! Airin kangen nih! Kapan balik?" tanyanya merebut ponsel Alan, Alan hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Baik. Tunggu sampe ada waktu incesku! Galih mana? Perasaan tadi main skeat sama kamu?"

"Lagi beli minum," ujar Airin yang diangguki Venus.

"Airin udah gede yah? Udah SMA 'kan? Belajar yang bener jangan bikin masalah terus yah, terus dinginnya dikurangin, jangan sering pulang kemaleman." Venus menasehati Airin, Airin yang mendengar dibuat heran, bagaimana bisa Venus mengetahui semua hal tentangnya. Memang dia cukup tau jika dirinya yang sekarang termasuk dikategorikan brandal, dia pun melirik abangnya, Alan hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Kak Venus tau dari mana?"

"Dari abang mu, oh ya tadi malem kenapa nangis? Masa si tomboy nangis, cengeng amat!" ledeknya dari sana. Airin berdecak kesal, dia memandang sinis abangnya, lagi-lagi abangnya yang memberi tahu semuanya.

"Bang Alan cerita-cerita ya, kak?"

"Eemm, ya gitu. Terus kenapa nangis?"

"Ga pa-pa, pengin aja!"

"Kok gitu, udah makan belom?"

"Belom, Airin gak suka!"

"Gak suka apa?"

"Gak suka sama rasa selainya, abisnya selai vanilanya abis, adanya selai kacang."

"Bukannya kamu suka yah?" heran Venus seperti Alan.

"Itu dulu, sekarang gak, kalo liat selai kacang, suka keinget mama sama Acis."

Alan sekarang mengerti kenapa adiknya tak lagi menyukai rasa kesukaanya dulu, dia membiarkan adiknya ini mengobrol dengan gadisnya.

Terlihat Galih dengan papan skeat-nya dengan membawa sekantong kresek alfamart.

"Nih!" seru Galih menyodorkan kresek itu ke Airin.

"Makasih bang! Mau ngomong sama kak Venus gak?" Airin bertanya dan diangguki cepat oleh Galih. Alan membiarkan itu.

"Assalamu'alaikum ukhti, lage apa?" sapanya alay membuat Venus terkikik geli.

"Wa'alaikumsallam buaya."

"Njer! Gue bukan buaya kali, yang buaya pacar lo tuh! Kemarin dia sama cewek tau Ven," ujarnya sambil memicingkan matanya, Alan tentu biasa-biasa saja, pasalnya dia sudah bercerita perihal dia ditembak oleh kakak tingkatnya, namun ia tolak mentah-mentah.

"Kok lo biasa aja, Ven?" heran Galih yang melihat Venus hanya tersenyum mengangguk-anggukkan kepalanya. Alan terkikik geli melihat Galih. Airin tak peduli, dia hanya menjilati es krim coklatnya dengan nikmat tanpa banyak bicara.

"Terus gue harus ngapain? Orang dia ditembak cewek juga gue tau." Perkataan Venus membuat Galih cengo.

"Mau manasin malah kek gini, rasanya tuh anjing banged!" ujarnya kesal dan dia memberikan ponselnya ke abangnya, dan terduduk di samping Airin.

"Udah dulu yah, jangan tidur! Shalat subuh dulu! Bye pacar!" seru Alan memutus panggilan video call-nya.

"Udah istirahatnya? Time zone kuy?" ajak Alan ke kedua adiknya.

"Skuuuuy! Bang gue naik lo ya? Cape!" pinta Airin dengan menampilkan puppy eyes-nya.

"Papan skeat-nya?"

"Bawa lo aja lah!" balas Airin menyodorkan papan skeat-nya ke Galih.

"Ck, punya adek gini amat!"

"Ya udah gak jadi!" serunya kesal, dan dia merebut papan skeatnya dan beranjak terlebih dahulu.

"Galih! Lo mah, ngambek dia 'kan! Udah tau sekarang dia susah diajak kemana-mana, sekalinya mau lo bikin dia marah!" Ujarnya ikut pergi menaiki sepedanya.

"Sabarkan hambamu ini ya Allah! Salah mulu gue."

🔥🔥🔥

Ketiganya melaju dengan cepat, Galih mengejar adiknya dan menyandinginya, dia meraih tangan adiknya dan mulai menarik sang adik. Airin hanya memandang tanpa mau membalas maupun membantah. Setidaknya seperti ini tidak terlalu lelah.

Terlihatlah mall besar yang banyak dikerumuni orang-orang, Airin menghela nafasnya dan menarik tangan abangnya pelan untuk memasuki mall tersebut.

Tak lupa dengan tangan yang memegang skeat-nya, Galih pun sama. Alan menjajari adiknya, kini posisi Airin di antara keduanya, papan skeat Airin diambil alih oleh Alan, dan tangan satunya yang tak memegang papan skeat digunakan untuk menggandeng lengan adiknya.

Orang-orang yang melihatnya takjub, melihat gadis pendek yang hanya sepantaran dada mereka berdua. Ketiganya menjadi pusat perhatian, karena jika dilihat mereka seperti seorang putri dan dua pangeran yang berjalan beriringan. Ketiganya memasuki timezone, Alan mengantri membeli tiket, Galih dan Airin duduk berdua bak seorang kekasih.

Di lain sisi seseorang memandang keduanya dengan wajah tak terbacanya, salah satu sahabatnya yang melihat itu dibuat bingung  dan ikut memandang arah yang dilihatnya itu.

"Lo liatin apa si, Sa?" tanya Deden yang tak didengarkan oleh Gesa. Ya orang itu adalah Gesa dan keempat temannya.

Disitu terlihat Bryan Dirgantara, Anggit Prabudi, Sarga dewata Gerald, dan Deniesh Carlien Prayoga yang sering dipanggil dengan Deden serta Gesa Barata Fernando. Kelimanya sedang makan di starbuck yang berdekatan dengan timezone.

"Gesa budek! Lo lagi liatin apa?" kesal Deden mengeplak kepala Gesa kencang, si empu meringis.

"Issh! Paan si Sarden!"

"Biarin lah Den, anak kuda lagi meratapi kejombloan keknya, liatin orang pacaran mulu!" sahut Anggit menimpali.

"Emangnya dia liatin apa sih?"

"Coba lo liat belakang Ga, liat orang yang beduaan 'kan? Noh! Si Gesa lagi liatin mereka!" jelas Anggit yang dipatuhi oleh Sarga.

"Astaghfirullah, kelamaan jomblo lo, Sa? Sampe-sampe ngiler liatin mereka, wkwk." Sarga tertawa ketika dirinya melihat dua orang yang sedang duduk di timezone, mereka berdua yang tak lain dan tak bukan merupakan Airin dan Galih.

"Lo kenal mereka, Sa?" tanya Bryan yang ikut memandangi keduanya.

"Dia tuh cewek yang kemarin nolongin gue, Yan! Sakit hati ini melihat doi dengan orang lain, huaa," teriaknya dengan wajah memelas, sedangkan ketiga temannya tertawa mengejak, tapi tidak dengan Bryan yang hanya menganggukkan kepalanya seolah paham.

"Ck, emang temen gue cuma Bryan, lo bertiga kek asoo!" Kesal Gesa.

"Sejak kapan lo jadi temen gue?" Pengakuan Bryan yang membuat ketiganya tertawa terpingkal-pingkal.

"Anjing lo semua! Dedeq ngambek nih!"

"Gue si owh aja," ujar Anggit meladeni Gesa.

"Oh ya, btw lo suka sama yang nolongin lo? Namanya siapa emangnya?" kepo Sarga dengan memasukan steak ke mulutnya.

"Gue suka pada pandangan pertama, tapi gue gak tau namanya." Gesa menjawab dengan tampang polosnya.

Deden dibuat terkekeh dengan pengakuan Gesa, semuanya pasti tahu jikalau Gesa tidak pernah serius dengan yang namanya suka apa lagi cinta. "Lo yakin sama perasaan lo?"

"Ya yakin lah, Sarden! Apa dirimu tak melihat wajah tampan ini?" jawab Gesa lumayan keras.

Sahabatnya merutuki Gesa, bagaimana tidak! Gesa yang berbicara cukup keras tanpa tau malu mengundang tatapan dari para pelanggan lainnya.

"Asli! Bukan temen gue!" Anggit berujar pelan sambil menutupi wajahnya dengan topi putih yang setia bersamanya.

Seorang Anggit Prabudi yang mempunyai banyak koleksi topi dari yang murah sampai yang mahal, murahnya topi Anggit bukan murah kayak yang dijual di tanah Abang ya, murahnya Anggit bisa buat bagi-bagi sembako seabrak.

"Bukan temen gue juga!" Sarga ikut menimpali.

"Kok lo bisa suka sama tuh cewek?" heran Deden yang terus bertanya.

"Lo kepo Den! Dah lah, hati adek potek nih, jan bahas doi mulu lah!"

"Caelah! Jiwa kejombloan seorang Gesa meronta-ronta, wkwk," ejek Anggit.

"Terus nistain aja gue! Bang Bryan bantuin gue napa! Kalo perlu marahin ini para kacung!" adu Gesa ke Bryan kala dirinya terus diejek.

"Dih, sapa lo?! Adek gue?"

Sungguh mulut seorang Bryan memanglah pedas, dan jangan lupakan raut wajahnya yang begitu dingin bak balok es. Gesa hanya berdecak kesal dan kembali memakan ramen pedasnya dengan rakus.



Menurut kalian, cinta di pandangan pertama wajar 'kan?

Jadi Gesa gak salah 'kan? Hehe, R.I.P Gesa:v

Oh ya, buat kalian yang belum tau caranya mengevote, teken gambar bintang di sebelah kiri yak^

Continue Reading

You'll Also Like

357K 4.1K 19
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
748K 76.2K 44
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
327K 18.3K 66
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
5.9M 249K 57
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...