DySam (After Marriage) [Sele...

By DAPU49

1.3M 114K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... More

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
πŸ‘‰πŸ‘ˆ
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

09

15K 1.2K 83
By DAPU49

Jangan pada nangis ya baca part ini :)
Aku tau readers DySam pasti kuat :)

***

Sam tidak peduli dengan para umpatan orang-orang yang disenggolnya di koridor rumah sakit. Yang ia pikirkan hanya satu, wanitanya. Tadi saat ia akan ke cafe depan kantornya untuk makan siang, telefon pak Hadi seketika membuat tubuhnya terpaku, tangan dan kakinya langsung terasa dingin. Tanpa pikir panjang Sam langsung berlari ke parkiran kantor dan melajukan mobilnya di atas rata-rata.

Sam menghampiri pak Hadi yang ada di depan pintu IGD. Dapat ia lihat baju pak Hadi yang terdapat darah Dyba. "Pak, Dy kenapa?"

"Saya gak tau, Den, tadi saya nemuin Non Dyba udah di bawah tangga. Darahnya juga udah merembes banyak banget."

Sam mengusap wajahnya dengan kasar, pemikiran buruk langsung bersarang di otaknya. Sam menepuk bahu pak Hadi. "Bapak pulang aja, ganti baju. Nanti saya panggilin ada orang cleaning service yang bakalan datang ke rumah."

Pak Hadi mengangguk. "Baik, Den, semoga Non Dyba cepet sembuh dan gak ada apa-apa. Jangan lupa hubungi keluarga."

"Iya, Pak, makasih."

Setelah pak Hadi pergi dari sana Sam mulai membuka ponselnya, mulai menghubungi kedua orang tuanya dan orang tua Dyba. Sam duduk dengan kasar di kursi yang ada di depan IGD, sebenarnya ada apa dengan istrinya itu?

Sam berdiri saat melihat Nia dan Difki sudah sampai saja di rumah sakit. Belum sempat Sam bertanya, Nia dengan paniknya langsung bertanya. "Dyba gimana?"

Sam menggelengkan kepalanya. "Sam juga gak tau, Bun, tapi liat dari darah yang ada di baju pak Hadi Sam takut terjadi apa-apa sama Dy."

Difki merangkul istrinya supaya duduk di kursi. Ia juga menyuruh menantunya itu untuk duduk. "Sam, duduk aja, kita berdoa supaya Dy gak kenapa-napa."

Sam dengan patuh duduk di samping Difki. Sam menatap Difki dari samping. "Kok ayah sama bunda udah sampai di sini aja?"

"Tadi ayah sama bunda lagi mau belanja di mall deket sini, tapi malah dapat telfon kayak gini dari kamu."

Sam menunduk. "Maaf, Yah, Sam gak bisa jagain Dyba."

Difki menepuk-nepuk bahu Sam. "Ini bukan salah kamu. Kamu kan juga tadi lagi kerja jadi gak tau apa yang terjadi. Jangan salahin diri kamu sendiri. Nanti, apapun yang terjadi kamu harus bisa nerima kenyataan."

Sam mengangguk. Ia mendongak saat seorang dokter sudah keluar dari ruang IGD. "Keluarga ibu Adyba?"

Sam langsung berdiri diikuti Difki dan Nita. "Dok, gimana keadaan istri saya?"

Dokter itu menghela nafas kasar. "Mohon maaf kalian harus kehilangan seseorang."

Tubuh Sam menegang, ia menatap dokter perempuan dengan rambut yang sudah memutih itu tidak percaya. "Maksudnya gimana, Dok?"

"Anda boleh ikut saya ke ruangan." Sam mengikuti langkah dokter itu dengan perlahan, pikirannya di penuhi banyak hal. Kehilangan salah satu diantara keduanya? Maksudnya apa?

Sam duduk di kursi depan dokter dengan nametag Suci Niana. Sam menatap bingung saat dokter itu memberikan sebuah kertas kepadanya. "Dok, maksud dokter tadi apa? Terus ini apa?"

Dokter itu menghela nafas panjang, ia menatap Sam dengan sendu. "Ini surat persetujuan. Di surat ini anda berarti ikhlas untuk melepas janin yang ada di kandungan istri anda."

Mata Sam membulat. "Janin? Istri saya hamil?"

Dokter itu mengangguk. "Tetapi, benturan yang terjadi saat terjatuh tadi tidak bisa menyelamatkan janin di kandungannya. Kehamilan yang masih berumur 7 minggu itu belum bisa menerima benturan sekeras itu. Janinnya masih terlalu lemah. Kalau anda tidak setuju dengan keputusan ini, anda bisa kehilangan dua nyawa sekaligus, istri dan anak anda."

Dunia Sam seakan berhenti berputar. Ia menatap kosong kertas yang ada di tangannya. Sam menatap dokter itu dengan sendu. "Kalau memang harus merelakan janin itu apakah bisa istri saya untuk hamil lagi nantinya?"

Dokter itu mengangguk. "Bisa, tetapi umumnya, butuh waktu dua minggu hingga dua bulan untuk bisa mengembalikan siklus menstruasi, menyeimbangkan hormon kehamilan, dan menyegarkan tubuh. Jadi selama itu anda belum bisa untuk berhubungan intim dulu. Tetapi tenang saja, selama kualitas sperma anda dan sel telur istri anda bagus dan matang pasti bisa mendapatkan momongan lagi. Saya perlu keputusan ini dengan waktu secepatnya, kita tidak bisa membiarkan ibu Adyba dengan keadaan yang seperti itu terus."

Sam menghela nafas panjang, ia mendongak, mungkin sebentar lagi air matanya akan menetes. Sam mulai menggenggam pena yang sudah disediakan di situ, mulai menandatangani persetujuan itu dengan nafas yang memberat. Matanya berkaca-kaca saat tanda tangan itu sudah terbubuh dengan sempurna di atas kertas itu. "Lakukan yang terbaik untuk istri saya, Dok."

***

Sam menghela nafas panjang. Dikecupnya terus punggung tangan Dyba yang terasa dingin dalam genggamannya ini. Tetes demi tetes air matanya turun, ia tidak tau harus bilang apa nanti ke Dyba.

Kadang Sam berpikir mengapa ia baru menikah dua bulan sudah diberi ujian seperti ini dari yang maha Kuasa? Mengapa Allah mengambil anaknya yang bahkan ia dan Dyba belum tau keberadaannya?

Tadi dokter memutuskan untuk melakukan terapi operatif. Itu dilakukan  karena sisa janin masih tertinggal di dalam rahim dan menyebabkan perdarahan tak kunjung berhenti. Sam menyaksikannya sendiri, bagaimana janin 7 minggu memang masih sangat mungil-- seukuran buah kersen itu diangkat dari rahim Dyba. Air mata Sam menetes terus menerus saat ia berada di ruang operasi tadi. Seharusnya, buah hatinya itu otaknya sedang berkembang dalam kecepatan yang luar biasa, menghasilkan sel-sel baru setiap menit. Ia juga sedang mulai membentuk gigi, langit-langit mulut, dan sendi, tetapi malah ini yang terjadi.

Para orang tua juga masih shock terhadap ini semua. Mereka masih tidak menyangka. Mereka hanya bisa terduduk diam di belakang Sam, memandangi punggung Sam yang sedari tadi bergetar itu. Mereka melihat bagaimana rapuhnya seorang Sam. Mereka melihat bagaimana tidak percayanya Sam terhadap kejadian yang menimpanya ini.

Sam mengelus pipi Dyba, masih ada selang oksigen yang terpasang di hidung wanitanya. Sam berdiri, ia mengecup dahi Dyba. Air matanya turun ke pipi Dyba saat ia mengecup dahi itu.

"Sayang, yang kuat, kita hadapi ini bersama. Maaf aku gak bisa ngejaga anak kita. Maaf aku gak bisa mempertahankan anak kita."

Andrew berdiri, ia merangkul bahu Sam. Sam langsung memeluk papanya itu. "Pa, kenapa ini terjadi?"

Andrew mendongak menahan air matanya yang akan jatuh, ia paham rasanya. Andrew menepuk-nepuk bahu anaknya itu. "Yang kuat, papa tau kalian pasti bisa ngelewatin ini semua. Papa cuma bisa ngasih support kamu sama Dy aja. Kamu juga harus bisa nguatin Dyba karena Dy yang paling terpukul walaupun papa tau kamu pasti terpukul juga. Ikhlasin anak kamu, kasian dia di surga ngeliatin papanya nangis kayak gini. Ini bukan salah kamu, bukan salah Dyba, berhenti nyalahin diri kalian."

Sam menarik nafasnya panjang, ia melepas pelukan dari papanya. "Tadi, adek udah di makamin sama temen-temennya, Pa. Sam tadi nanya sama dokternya, terus kata dokternya di rumah sakit ini udah disediain makam untuk bayi yang keguguran di bawah 4 bulan. Bentuknya adek bahkan masih kecil banget, Pa."

Andrew menarik Sam ke pelukannya lagi saat lelaki itu kembali menangis. Sam berbisik, "Harusnya adek lagi aktif tumbuh, Pa."

Andrew hanya bisa menepuk-nepuk punggung Sam untuk menguatkan lelaki itu. Ia ngerti, janin itu bahkan belum genap 2 bulan, dan itu berarti masih amat kecil. "Iya, papa paham. Udah Sam, ikhlasin adek di sana. Adek nanti sedih loh liat papanya nangis terus kayak gini."

"Sam, itu Dyba." Perkataan papanya itu langsung membuat Sam melepas pelukannya. Sebelum ia berbalik badan, ia sempat menghapus sisa air mata yang ada di pipinya.

Sam menggenggam tangan Dyba, menatap wanita itu dengan sendu. "Ada yang sakit?"

"Aku hamil, ya?"

***

Jujur ini part paling berat yang pernah ku tulis, air mataku ngerembes terus pas nulis part ini (>_<)

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)

Jangan lupa vote and comment
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku ♡♡

17 September 2020

Continue Reading

You'll Also Like

128K 4K 41
"Gue hamil." Hanya dengan satu kata itu sudah berhasil memporak-porandakan kehidupan mereka. Maisha Kejora Prahadi tidak pernah berfikir akan mengand...
1.9M 116K 50
"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku S...
103K 3.1K 69
Ia ingin membuktikan. Bahwa cinta tumbuh itu bisa dari rasa terpaksa. --Algemantra-- 9aglieΒ© (BELUM REVISI) Start : Selasa, 24 Oktober 2023 Finish :...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.8M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...