Look At Me [Taehyung & Yeonju...

By DvKIM13s

33.9K 4.5K 941

Berawal dari ego kemudian gengsi dan berakhir mendapatkan konsekuensi.. Konsekuensi yang bahkan tak pernah te... More

Prologue
•chapter 00•
•chapter 01•
•chapter 02•
•chapter 03•
•chapter 04•
•chapter 05•
•chapter 06•
•chapter 07•
•chapter 08•
•chapter 09•
•chapter 10•
•chapter 11•
•chapter 12•
•chapter 13•
•chapter 14•
•chapter 16•
•chapter 17•
•chapter 18•
•chapter 19•
•chapter 20•
•chapter 21•
•chapter 22•
•chapter 23•
•chapter 24•
•chapter 25•
•chapter 26•
•chapter 27•
Epilogue

•chapter 15•

811 138 33
By DvKIM13s

.
.
.
.
.

Seperti yang dibilang, Yeonjun dan beomgyu naik bus untuk pergi kesekolah, halte dan bus sudah mereka lewati tadi dan sekarang mereka tengah berjalan menuju sekolah.

Mereka berdua berjalan beriringan, suara salju yang terinjak terdengar sangat khas dindra pendengaran juga rasa dingin ditengah turunan salju seperti ini seolah membawa mereka pada masalalu termasuk juga untuk pria bersurai biru, kepalanya menunduk guna melihat injakan dan jejak kaki yang ia peroleh saat berjalan diatas salju.

Tatapannya kosong, Yeonjun tak henti-hentinya memikirkan tentang ia yang akan menunggu kakaknya lagi, walapun dia memaksa untuk berhenti memikirkannya tetapi tetap saja semua itu terus berputar diotaknya bagikan cd rusak yang dipaksa diputar membuat kepalanya terasa sakit, ditambah dia kurang tidur semalam.

Apakah ini keputusan yang tepat untuk menunggu kakaknya kembali? Walapun hatinya sudah sangat lelah dan ingin memberontak itu semua? Yeonjun hanya tak ingin ke menungguannya sia-sia. Genggaman tangan dirasakannya, Yeonjun menoleh menemukan beomgyu yang tersenyum tipis.

"Waeyo?" tanya beomgyu pelan. Yeonjun menggeleng sembari mencoba untuk tersenyum.

"Aniya gwenchana" jawabnya. Yeonjun mengedarkan pandangannya saat menyadari dirinya terlalu lama menunduk, ahh sudah sampai parkiran sekolah? Kenapa dia tak sadar?. Beomgyu yang melihat itu hanya tersenyum.

"Kau melamun ya? Memikirkan apa?" tanya beomgyu pelan lalu beomgyu mengangguk saat mendapat gelengan kepala dari Yeonjun,setelah perubahan sikap Yeonjun kemarin beomgyu jadi merasa canggung padanya.

"Gyu.. " kata Yeonjun menghentikan langkahnya diikuti beomgyu. Yeonjun mengadah keatas membuat salju turun ke wajahnya, Yeonjun tersenyum.

"Menurutmu apa seseorang pantas merasa lelah saat apa yang di inginkannya tak pernah didapat?" senyum itu hilang tergantikan dengan wajah serius.

"Dan apakah dia pantas meninggalkan sesuatu yang membuatnya lelah lalu mulai berusaha berubah?" lanjut Yeonjun penuh arti.

Beomgyu terdiam, melihat wajah Yeonjun seperti itu membuat lidahnya sangat kelu. Beomgyu tau, sangat tau Yeonjun sedang membicarakan apa dan dengan bertanya kepadanya seolah secara tidak langsung Yeonjun membuat beomgyu seperti tahanan yang dimana ia akan menentukan sikap Yeonjun nanti dengan kata yang akan ia lontarkan.

Beomgyu takut, takut untuk salah bicara dan akan membuat Yeonjun berubah lagi, ia tak mau Yeonjun menjadi berbeda, ia tak mau sahabatnya berubah menjadi sosok pembangkang, ia tak mau apa yang selama ini di takutkannya terjadi.

"Aku tak tau" kata beomgyu pelan seraya menunduk.

Yeonjun menghembuskan nafasnya lalu kembali mengadah keatas, beomgyu hanya diam atau lebih tepatnya mereka terdiam ditengah-tengah turunan salju, tak peduli orang-orang yang menatap mereka bingung, oh ayolah orang-orang bergegas terburu-buru untuk sampai ketempat tujuan mereka agar tak terkena butiran salju itu berbeda dengan dua orang ini yang malah terdiam merasakan salju yang perlahan menimbun tudung jaket mereka.

Beomgyu menunduk melihat sepatunya yang basah dan tenggelam digundukan salju itu, bahkan telinganya mendengar banyak teguran kakak kelasnya yang menyuruhnya untuk segera masuk.

"Apakah aku pantas lelah? Sedangkan yang aku inginkan belum didapat...bagimana kalau aku tiada besok?"

Beomgyu sontak mendongak, menatap Yeonjun yang dengan santainya mengatakan hal seperti itu. Beomgyu memukul pelan lengan Yeonjun membuat dia menatapnya.

"Apa yang kau bicarakan hah!?" Yeonjun hanya tersenyum, lalu melangkahkan tungkainya kembali untuk masuk kedalam sekolah diikuti beomgyu.

"Memang benarkan? Seseorang tak akan tau mereka dipanggil oleh-Nya, bisa jadikan nanti sore aku tiada? Seseorang tak akan pernah tau beom"kata Yeonjun seraya memelankan langkahnya dan menunduk lagi.

"Selama ini aku menunggu sesuatu yang tak pasti sampai tak kepikiran kalau hidupku akan panjang atau tidak, bagimana kalau disaat aku menunggu itu Tuhan sudah memanggilku? Apa semua yang kulakukan sia-sia? Aku ingin mendaptkan apa yang aku inginkan sebelum dipanggil oleh-Nya beom"

"Apa yang kau bicarakan Yeonjun? Apa yang membuatmu berpikir seperti itu hah?"

"Entahlah akhir-akhir ini aku selalu berpikir seperti itu,seolah ada sesuatu yang memberitahuku untuk menyesal karena membuang sebagian hidupku untuk menunggu sesuatu yang tak pasti walapun itu hanya mendapatkan perhatian kakakku sendiri" suara pelan Yeonjun berkata lirih, beomgyu dibuat diam olehnya.

"Hanya firasat" lanjut Yeonjun pelan bahkan seperti gumaman.

"Yeonj..

"Gyu-ya apa yang akan kau lakukan jika aku tak ada?" kata Yeonjun dengan tatapan yang sulit diartikan dengan senyum tipis dibibirnya.

"Yakk Jangan bicara seperti itu! hiks.." beomgyu terisak, sejujurnya sejak Yeonjun menceritakan tentang kematian apalagi bicara tentang firasat seperti itu membuat mata beomgyu berkaca-kaca, ia sangat takut oh ayolah siapa yang tak takut orang yang kau sayang kenapa-napa? Siapa yang tak marah saat orang yang kau sayangi bicara seperti itu? Beomgyu menyeka air mata diujung pelupuknya.

"jangan bicara seperti itu lagi! Aku sangat takut kau kenapa-napa! Kenapa kau bicara seperti itu eoh! jangan bicara seperti itu lagi!!" lanjut beomgyu sedikit membentak membuat Yeonjun hanya terkekeh kecil.

Yeonjun membantu beomgyu mengusap airmata diujung pelupuknya seraya terkekeh kecil "aigoo cengeng sekali temanku ini" kata Yeonjun mengejek.

beomgyu hanya mengerucutkan bibirnya seraya menatap Yeonjun tajam "begini juga aku khawatir padamu tau!" kata beomgyu ketus dan hanya dibalas kekehan dari Yeonjun.

"Dek?"

Mereka berdua sontak menoleh, senyum otomatis mengembang dibibir keduanya melihat jimin yang berlari kecil kearah mereka, jika dilihat sepertinya jimin baru sampai karena terlihat tas serta jaketnya yang dipenuhi salju.

"Ada apa kak?" kata beomgyu saat jimin sudah berada dihadapan mereka, dilihatnya jimin hanya menggeleng seraya tersenyum lebar.

"Enggak hehe kalian baru sampai?" tanyanya dan dibalas anggukan dari keduanya.

Tak lama taehyung datang dibelakang jimin, Yeonjun langsung menoleh dan menatap kakanya itu lekat. Dalam hati Yeonjun berharap sangat berharap kakaknya itu tersenyum padanya atau kalau tidak hanya membalas tatapan nya saja sudah lebih dari cukup. Tapi nyatanya tidak, taehyung membuang muka seraya menyenderkan tubuhnya pada pilar yang ada di koridor.

Yeonjun terdiam, lalu menunduk saat merasakan hatinya sakit. Apakah wajahnya sangat jelek hingga kakaknya itu membuang muka seperti itu? Melihatnya Yeonjun sakit hati. Entah kenapa niat untuk menunggu kakaknya lagi itu runtuh, seolah buangan muka dari taehyung meruntuhkan niatnya yang ia bangun tadi pagi, Yeonjun sesak. Sampai air dimata bengkaknya itu jatuh ke pipinya. Yeonjun mengepalkan tangan nya kuat.

"Aku kekelas ya kak?" semua orang disana tersentak saat telinga mereka mendengar nada bicara yang sangat dingin dari bibir Yeonjun. "Ayo beom" lanjut Yeonjun seraya menarik tangan beomgyu paksa tanpa melirik kearah jimin ataupun taehyung.

Jimin hanya terdiam melihat Yeonjun yang pergi setelah berprilaku seperti kemarin lagi, baru saja tadi pagi ia senang mendapatkan Yeonjun yang lugu dan sikapnya yang hangat tapi sekarang? Jimin mendengus lalu menatap taehyung yang hanya menunduk dengan tatapan tajam.

"Dasar idiot!"

.

Hari sudah siang, Mentari tetap bersinar dan mungkin hanya untuk menyinari kota tak dengan rasa hangatnya yang pudar lantaran kalah dengan hawa dingin karena salju, wajah-wajah lusuh terlihat bersamaan dengan gumaman-gumaman kecil dari orang-orang yang tengah menguras pikirkan nya didepan komputer itu. Otaknya bekerja dengan keras hanya untuk menyelesaikan beberapa soal yang akan menentukan masa depan mereka nanti.

Bersamaan dengan orang-orang yang sedang berkutat dengan ujian berbeda sekali dengan dua orang yang kini malah berjalan santai di koridor, jimin dan taehyung. Dua insan yang membuat semua murid benar-benar merasa iri.. Bagimana tidak? Satu jam pertama mereka sudah selesai mengerjakan ujian terakhir mereka dan nilainya pun sangat memuaskan, mereka ada juara sekolah kalau kalian lupa.

Orang-orang akan menujukan wajah pucat serta gugup saat dihadapkan dengan ujian karena akan menentukan masa depan mereka beda sekali dengan taehyung dan jimin yang malah terlihat sangat gembira, mereka selalu senang dihadapkan dengan soal-soal seperti itu, di ibaratkan ujian seperti sebuah permainan saja bagi mereka, terdengar sangat sombong memang tapi itulah kenyataannya.

Tak sedikit, banyak universitas yang menerima dan menawari mereka untuk masuk kesana, karena mereka tau tanpa ikutan ujian kelulusanpun jimin dan taehyung sudah pasti akan lulus dari sana. Banyak sekali beasiswa yang mereka dapat dari mulai universitas negeri ataupun luar negeri tapi mereka belum memutuskan untuk masuk ke universitas mana.

Seperti sekarang, taehyung dan jimin baru saja keluar dari ruangan guru setelah membicarakan kemana mereka akan masuk universitas, guru-guru sempat menawarkan mereka keluar negeri walapun gratis karena beasiswa tetapi mereka menolak karena masih ada tanggung jawab yang harus mereka lakukan, yaitu menjaga adik-adik mereka.

"Bagaimana tae? Kau akan kuliah atau tidak?" tanya jimin menghilangkan keheningan saat mereka berjalan di koridor yang sepi ini.

Jimin memperhatikan taehyung yang tengah berpikir, dirinya juga sama, yang menjadi pikiran mereka adalah perusahaan yang tengah mereka jalani sekarang.

"Kalau kuliah pasti akan berbelit juga dengan pekerjaan tapi kalau tak kuliah sayang beasiswanya.. Mungkin aku akan kuliah karena pekerjaan tak begitu menyibukan juga kan? Aku akan kuliah sembari bekerja" jawab taehyung tanpa ragu membuat jimin tersenyum "kau?" lanjut taehyung bertanya.

"Sama sajalah" jawab jimin tersenyum lebar.

"Dasar"kata taehyung pelan seraya terkekeh kecil, jimin hanya menyengir. Tapi kekehan dan senyuman itu pudar saat menemukan seseorang yang tak asing didekat motor mereka.

"Beomgyu?" kata jimin seraya berlari kecil untuk menghampiri adiknya itu yang tengah duduk dibangku parkiran ditengah salju turun seperti ini?

"Gyu ngapain disitu?" beomgyu segera bangkit saat menemukan sang kakak. Jimin sedikit membulatkan matanya lalu menangkup pipi beomgyu saat melihat bibir adiknya yang mulai membiru.

"Kenapa disini hah?! Dingin! Sejak kapan disini?" tanya jimin tegas, beomgyu hanya menunduk.

"Beberapa menit lalu.. Beomgyu tadi sempat nunggu didepan kelas kakak ujian, tapi guru disana bilang kakak udah keluar kelas jadi beomgyu tunggu disini aja karena gak ada temen buat pulang" kata beomgyu pelan.

"Yeonjun mana?" tanya jimin, beomgyu sempat mendongak menatap taehyung juga jimin lalu kembali menunduk dan menggeleng pelan.

"Gak tau, Yeonjun tadi bilang mau pergi dan saat beomgyu ingin ikut Yeonjun keburu gak ada"

Penuturan beomgyu membuat taehyung terdiam, seketika otaknya mengingat tentang impiannya waktu itu

"Oh ya sepertinya aku akan langsung pulang kerumahku, beomgyu bilang pulang karena tadi Yeonjun pergi keluar"

Taehyung terdiam, jimin yang melihat itupun langsung mengerti kalau taehyung ingin bertanya adiknya pergi kemana tapi dia gengsi mengatakannya membuat jimin mendengus kecil.

"Beomgyu juga gak tau Yeonjun kemana katanya" kata jimin membuat taehyung hanya mengangguk.

Taehyung segera menggelengkan kepalanya, ia tak mau mimpi itu terjadi.

"Ya sudah ayo pulang" kata taehyung datar seraya menaiki motornya, tak lupa membersihkannya dulu karena sedikit tertutupi salju.

Mereka berdua menjalankan motornya dengan normal dan sedikit pelan, apalagi jimin yang sedang membawa adiknya, jalanan licin untung saja salju perlahan reda atau tak selebat tadi pagi dan kini hanya menurunkan butiran-butiran lembutnya saja.

Taehyung menjalankan motor besarnya pelan karena selain licin salju dijalanan juga sedikit menumpuk karena mungkin belum dibersihkan oleh alat yang biasa menepikan salju padat dijalanan. Kepala taehyung ia edarkan sesekali, untuk menikmati keindahan kota tapi tangannya tiba-tiba menarik rem saat melihat siluet tak asing disana membuat jimin juga memberhentikan motornya saat melihat taehyung berhenti.

Taehyung sedikit membulatkan matanya tak percaya saat melihat Yeonjun terduduk disana sama persis seperti ada didalam mimpinya, bedanya jika didalam mimpinya Yeonjun bersama anak-anak jalanan tapi Yeonjun terduduk disana bersama anak-anak sekolahan lainnya. Tanpa menunggu lagi taehyung melepas helmnya dan langsung menghampiri Yeonjun.

Saat dekat dengannya taehyung hanya diam, dalam hati ia bersyukur karena tak ada rokok ditangan adiknya itu tapi tetap saja rasa gelisah muncul di hatinya. Taehyung hanya diam sampai akhinya teman-teman Yeonjun memberitahu ada kakaknya, Yeonjun langsung bangkit saat melihat ada taehyung juga jimin dan beomgyu yang menyusul dibelakang.

"Pulang" kata taehyung dingin, persis sekali perkataannya membuat anak-anak itu perlahan pergi dan hanya menyisakan mereka berempat. Yeonjun yang melihat jimin dan beomgyu yang sudah berada dihadapannya berniat untuk pergi menyusul teman-temannya tapi dihentikan karena taehyung mencekal tangannya.

"Kubilang pulang!" bentak taehyung membuat Yeonjun menciut, tapi itu tak lama, Yeonjun melepaskan tangan taehyung kasar dengan mata yang berkaca-kaca ia menatap kakanya itu tajam.

"Memang kenapa sih kak?! Kenapa kakak gak bolehin Yeonjun main sama teman-teman Yeonjun hah!" kata Yeonjun meninggi, taehyung hanya diam tak lupa tatapannya tak pernah pudar dari adiknya itu.

Jimin dan beomgyu juga hanya diam, menyaksikan pertengkaran kedua adik berkakak itu, bukannya tak mau menghentikan ia tak tau harus berbuat apa.

"Disini dingin Yeonjun!" bentak taehyung tegas nan dingin, airmata Yeonjun mulai jatuh.

"Kakak peduli padaku?" kata Yeonjun seraya terkekeh, taehyung hanya diam menatap adiknya yang tak sopan seperti itu, tak lama Yeonjun memberhentikan kekehannya dan menatap taehyung lekat.

"Berhenti peduli padaku kak! Selama ini kakak kemana aja!" kata Yeonjun sedikit berteriak dengan airmata yang meluncur ke pipinya.

Taehyung tersentak, tubuhnya mematung sesaat, hatinya mendadak gelisah saat mendengar kata-kata itu
"Berhenti bersikap seolah-olah peduli padaku kak! Selama ini kakak kemana aja?!"
Kata-kata yang sama yang Yeonjun lontarkan di mimpinya, ini terlalu naif untuk disebut kebetulan karena tadi taehyung juga menemukan hal-hal yang sama seperti di mimpinya, mulai dari beomgyu yang tak tau Yeonjun pergi kemana, Yeonjun yang nongkrong dipinggir jalan bersama teman-temannya lalu sekarang?

Taehyung mengerjapkan matanya saat merasakan hatinya yang sakit, kata-kata Yeonjun seolah telah menamparnya. Bukan sakit dan gelisah karena mimpinya sebagian terwujud tapi apakah sesakit ini ketika Yeonjun mengatakannya secara langsung? Kata-katanya seolah telah menampar dan menusuk hatinya.

Mata taehyung berkaca-kaca melihat Yeonjun yang pergi dari sana, jika didalam mimpinya dia akan menghalangi jimin untuk mengerjar Yeonjun tapi ini tidak, taehyung membiarkan jimin dan beomgyu mengejar Yeonjun. Tapi dengan tak tau dirinya taehyung hanya diam disana memandang jimin dan beomgyu yang berusaha mengejar Yeonjun hingga hilang dibalik pertokoan.

Kaki taehyung serasa berat dan mati rasa untuk melangkah, matanya berkaca-kaca. Ia tak tau harus apa, ikut mengerjar Yeonjun? Egonya terlalu besar ia hanya terdiam seraya melangkahkan tungkainya kearah motor dan berharap kejadian di mimpinya tak menjadi kenyataan kembali.

Diwaktu yang bersamaan, jimin berhasil meraih tangan Yeonjun hingga dia berhenti berlari. Jimin memandang Yeonjun yang sedang menangis itu lalu membawanya dalam pelukannya. Membiarkan adiknya itu menangis lebih dalam.

Jimin mendongak, untung saja mereka berada dibawah pohon-pohon jadi tak terlalu terkena salju nanti. Jimin mengusap rambut Yeonjun pelan saat mendengar isakan kecil darinya.

"Sudah Njun.. Memang benar kata kak taehyung, diluar dingin apalgi dipinggir jalan, nanti Njun sakit" kata jimin lembut.

"Memang apa peduli kak taehyung pada Yeonjun kak? Selama ini kak taehyung kemana aja?"

"Sutt sudah.. " kata jimin melepaskan pelukannya seraya menatap Yeonjun lekat.

"Njun jangan seperti ini ya? Mungkin kak taehyung sedang banyak pikiran hingga tak memperhatikan Njun..Urusan sekolah, keuangan kantor dan berkas-berkas pekerjaannya yang belum selesai, jadi Njun juga harus mengerti"

"Apa kak taehyung banyak pikiran bertahun-tahun? Apa pekerjaannya belum selesai hingga membuatnya bersikap seperti itu sangat lama? Bahkan kak taehyung tak peduli pada Yeonjun sebelum mengenal kata bekerja... "

Jimin lagi-lagi dibuat diam, tatapannya menunduk, ia tak tau harus mengatakan apa lagi pada Yeonjun, karena memang benar apa yang dikatakan Yeonjun itu.

"Aku hanya ingin kak taehyung melihatku kak hiks.. Aku tak memintanya untuk mengurus dan menjagaku hiks aku hanya ingin dia melihat dan memberiku senyuman saat aku menyapanya hiks.. " tagis Yeonjun pecah, bahkan beomgyu juga ikut menangis. Jimin dibuat tersentak melihat adiknya itu yang menagis deras seperti ini.

"Hiks.. Tolong katakan padanya kak hiks.. Tolong katakan pada kak taehyung Yeonjun lelah hiks.. " tangis Yeonjun seraya menangkup wajahnya yang sembab.

Jimin segara membawa Yeonjun dalam pelukannya lagi bersama dengan beomgyu, jimin terdiam sambil memeluk kedua adiknya itu, airmatanya juga ikut jatuh. Hatinya sakit melihat adiknya menangis seperti ini, dan ini hanya karena satu orang, jimin mengepalkan tangannya kuat seraya memandang kedepan sana dengan tajam.

"Akan kuhabisi kau kim taehyung!" batin jimin.

Continue Reading

You'll Also Like

36.1K 3.4K 20
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...
276K 23.5K 35
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
784K 79.9K 55
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
52.1K 6.5K 29
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...