GILANG FALLS [COMPLETED]✔️

By Ayukhdryh_

422K 33.6K 1.2K

"Kangeeen." Gilang mencium wangi shampo disetiap helai rambut Ica. "Sama ... Ica juga kangeen." __ Gadis itu... More

Prolog♥
MOS♥
Stalker♥
Khawatir♥
Pendekatan♥
Blushing♥
Cemburu♥
Lari pagi♥
Jalan♥
Modus nonton horror♥
Jahil♥
Sepupu
Salah paham
Jatuh cinta
Dilabrak
Marah
Terlambat bareng
Belajar
Di permalukan
Jadian
Rooftop
Ketemu camer
Pertanda
Kemah
Kemah 2
Renungan suci
Keadaan Kritis
Jatuh terpuruk
Menenangkan diri
Kangen
Bahagia
Salah tingkah
Lepas kendali
Demam
Masak
Cemburu, lagi
Pingsan
Rumah sakit
Bolos
Ujian semester
Selesai Ujian
Gombalan Maut
Rencana
Palembang
Hilang Arah
Duka
Pergi
Angan-Angan
Epilog
Extra Part♥

Birthday Gilang♥

10.6K 913 7
By Ayukhdryh_

Awalan yang bagus, jangan terlalu buru-buru. Pelan-pelan asal berhasil, karena nggak semua cewek suka yang instan√

***

Langit terlihat mendung, sepertinya akan turun hujan. Ica menatap ke arah guru yang sedang menjelaskan didepan kelas, ia beralih melirik ke arah Santi. Ica tertawa pelan melihat kelakuan Santi yang tertidur dengan buku yang menjadi penghalang.

Ica menyenggol lengan Santi, membuat temannya itu terlonjak kaget hingga membuka mata.

"Ah Ica," geram Santi lirih.

Ica terkekeh, ia merasa bosan. Ica ingin segera pulang sebelum hujan turun membasahi bumi.

Tring!

Bel pulang sekolah telah berbunyi, Guru yang mengajar telah menyudahi aktivitasnya dan keluar dari kelas. Ica bergegas membereskan buku-bukunya yang berserkaan diatas meja. Saat ia keluar melewati pintu kelas, namanya dipanggil oleh seseorang. Ica menoleh dan menghampiri salah satu teman yang memanggilnya.

"Nama lo Ica kan?" ucap laki-laki yang merupakan Ketua kelas.

"Iya," jawab Ica.

"Kenalin, gue Bimo!" ajak Bimo bersalaman.

Ica menerima uluran tangan Bimo, "Ada apa ya, Bim?" tanya Ica.

"Oh iya maaf, lo hari ini piket kelas sama gue, sama Santi juga," jelas Bimo.

Ica menolehkan kepalanya mencari keberadaan Santi, temannya satu itu malah bersiap akan pulang.

"Eh San, mau kemana lo?" tanya Ica menghentikan langkah Santi.

Santi melangkah menghampiri Ica dan Ketua kelas dimeja Guru, "Mau pulang dong, Ca, masa gue nginep disekolah."

"Gak bisa San, hari ini jadwal piket lo, Ica sama gue!" ucap Bimo mengulurkan kertas berupa jadwal piket kedepan Santi.

Santi menunduk lesu, "Yah, padahal gue pengen pulang terus tidur."

"Tidur aja kerjaan lo," balas Ica mendengus.

Santi mencebik, ia segera membubarkan beberapa siswa yang masih berada dikelas dan mengambil tiga buah sapu untuk dirinya, Ica, dan Bimo.

"Buruan! gue beneran ngantuk," ucap Santi mulai menyapu.

Ica dan Bimo membersihkan bagian lain, mereka membagi tugas agar pekerjaan cepat terselesaikan.

Tidak membutuhkan waktu lama, kegiatan menyapu mereka telah selesai. Santi buru-buru pulang meninggalkan Ica dan Bimo. Bimo sempat menawarkan untuk mengantar Ica pulang, tapi Ica menolak, ia beralasan membawa motor sendiri padahal motornya saja Ica tidak tau dimana!

Ica celingukan dihalte depan sekolah, langit semakin menggelap padahal hari masih siang. Ica melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul 13.50 siang. Hampir setengah jam Ica menunggu dihalte, tidak ada satupun bus yang lewat. Ia memandang ke langit, kalau saja Ica mengambil motornya saat berangkat sekolah sudah pasti saat ini ia telah sampai dirumah.

Derum motor membuyarkan lamunan Ica, seorang laki-laki yang ia kenal berhenti tepat didepan halte.
"Ayo buruan! Nanti keburu hujan," ucap Gilang.

Tanpa pikir panjang, Ica bergegas menghampiri Gilang untuk naik diboncengan. Gilang melepas jaket dan memberikannya pada Ica, "Nih pake!"

Ica menggantungkan tangannya di udara, "Buat apa kak?"

"Pake aja, takutnya ujan dijalan." Gilang melajukan motornya membelah jalanan.

Hujan mengguyur jalanan begitu pula keduanya. Gilang menghentikan motornya dihalaman rumah Ica lalu berlari ke teras, pakaian Gilang sedikit basah, ia melihat Ica yang keadaannya juga sama sepertinya.

"Basah deh," gerutu Ica.

"Mana?"

"Nih, rambut Ica," tujuk Ica pada rambutnya.

Nenek melihat cucunya pulang bersama Gilang dari jendela, ia keluar membawa dua buah handuk untuk keduanya.

"Ini handuknya, ayo masuk! Hujannya masih deres." ujar Nenek menyerahkan handuk pada Ica dan Gilang.

Keduanya masuk disusul Nenek dibelakang yang kemudian menutup pintu depan.
__

"Rumah kamu dimana, Lang?" tanya Kakek menyeruput secangkir kopi.

"Nggak jauh dari sini, Kek," jawab Gilang.

Kakek menganggukan kepalanya, "Bisa main catur nggak anak muda jaman sekarang?"

Gilang terkekeh, "Bisa dong, Kek."

"Lawan Kakek kalo bisa?" tantang Kakek.

Gilang membenarkan posisi duduknya dan tersenyum miring, "Siapa takut."

Dilain ruangan, dua orang perempuan berbeda umur sedang sibuk di dapur. Nenek dan Ica sedang menyiapkan makan siang walaupun terlambat. Hidangan kali ini berupa pindang ikan patin, sambal goreng dan tak lupa gorengan tempe tahu.

Ica menghampiri Gilang dan Kakek yang sedang bermain catur.

"Waduh, Kakek kira kamu gak bisa main catur," celetuk Kakek memegang kepalanya.

"Kenapa, Kek?" tanya Ica mendekat.

"Ini, Gilang ini pinter banget main catur. Kakek sampe kalah 3 kali," seru Kakek menggebu.

Ica melirik Gilang yang tersenyum bangga, Ica mencibir, "Makannya udah siap, Kek!"

"Udah mateng ya, ayo Gilang makan dulu!" ajak Kakek beranjak.

Ketiganya berjalan menuju dapur untuk makan siang sambil menunggu hujan reda, agar Gilang bisa segera pulang.
__

Hujan sudah mereda, Gilang baru saja sampai dihalaman rumahnya.
"Assalamualaikum!" ucap Gilang berjalan melewati pintu.

Dor ...

Gilang mengatupkan mulutnya, ia tidak mengira akan mendapatkan kejutan dari Ibu dan ayah bersama ketiga temannya. Gilang terkekeh pelan, ia bukan anak SD lagi yang ulang tahun harus dirayakan. Tapi, Gilang tetap menghargai usaha mereka.

"Selamat ulang tahun sayang," ucap Mia, ibu dari Gilang, ia mencium pipi putra semata wayangnya.

"Makasih, bu," balas Gilang tersenyum.

Ayah menepuk bahu Gilang, "Makin dewasa, jadi laki-laki yang bertanggung jawab."

"Amiin," jawab semuanya serentak.

"Makasih yah."

Gilang merupakan anak satu-satunya dikeluarganya, ia tidak memiliki saudara lain karena sebuah kecelakaan yang menimpa ibunya dan menyebabkan ibunya tidak bisa mengandung lagi.

Mia memotong kue untuk Gilang dan ketiga temannya.
"Ayah sama Ibu kapan pulang?" tanya Gilang mendekati ibunya.

"Tadi pagi waktu kamu sekolah," jawab Dion, ayah Gilang.

"Lo gak nanya sama kita-kita, kenapa bisa disini?" celetuk Surya turut serta.

"Nggak, gue udah tau."

Kedua orang tuanya tertawa, Gilang memilih izin kekamar untuk mengganti pakaian terlebih dahulu.

Gilang melepas baju seragam sekolahnya, ia menatap pantulan dirinya dicermin. Hari ini usianya bertambah satu tahun, yang sebelumnya 17 tahun menjadi 18 tahun. Selama 18 tahun usianya, Gilang belum pernah berpacaran, memikirkan hal itu saja ia tidak sempat, hidupnya terlalu sibuk.

Tidak berpacaran bukan berarti Gilang tidak tertarik pada perempuan, ia pernah tertarik pada seseorang karena parasnya yang ayu, tetapi wajah tidaklah menjamin perilaku seseorang. Gadis yang Gilang sukai tidak sesuai harapannya, Gilang mengharapkan gadis yang baik tapi berbanding terbalik dengan gadis itu.

Gilang menghentikan pemikirannya, ia bergegas mandi lalu bergabung bersama orangtua dan ketiga temannya.

"Lo kemana aja baru pulang?" tanya Surya merebahkan badannya diranjang Gilang. Acara makan kue sudah selesai sejak tadi.

"Gue anterin Ica pulang."

Doni keluar dari toilet sambil bertepuk tangan, "Jangan kasih kendor lang."

Gilang tersenyum miring, agaknya teman-temannya mengira ia dan Ica memiliki hubungan. Belum saja, batin Gilang.

Jamal menimbrung, "Motorku malah masuk bengkel,"

"Salah server lo, kita lagi nggak bahas motor!" sahut Surya mendudukan badannya.

"Bahas apa to kalian?"

"Astaga, gue lupa," celetuk Gilang, ia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi tukang bengkel.

Gilang lupa mampir ke bengkel, motor Ica masih berada disana. Ia meminta kepada tukang bengkel untuk mengantarkan motor Ica langsung kerumahnya, soal bayaran tidak usah dipermasalahkan, Gilang akan membayar lebih.

_____
Jangan lupa Vote dan komen ya guys✨
Terima kasih♥

Continue Reading

You'll Also Like

16.2K 703 43
Kakak kelas super ketus, dingin, jutek dan paling tidak aku harapkan menjadi suamiku di masa depan. Kelnan Alfeno Zayyano. Tapi pribahasa "mulutmu ha...
374K 15.3K 70
•ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ꜱᴜᴅᴀʜ ʟᴇɴɢᴋᴀᴘ ᴍᴀʀɪ ᴍᴀᴍᴘɪʀ ʏᴜᴋ ɢᴜʏꜱ Berawal dari perjodohan antar bisnis ini melibatkan Raveena si cewek julid di Saebom High School...
939K 44.2K 28
"L-lo beneran hamil" "Iya" "Trus" "Gue gak mau lo tanggung jawab gue cuma butuh uang lo aja buat ngegugurin" Bahasa non baku √ Masih amatiran √
33.4K 1.2K 37
"Dera ga mau di jodohin!" Ucap Dera sambil terkejut mendengar ucapan Papahnya tadi. Bagaimana bisa dia di jodohkan dengan teman sebangkunya. Dengan o...