D and A (TAMAT)

By Adellelia

98.5K 7.1K 260

D untuk Davino Luca, dan A untuk Alluna Lewis. Bagaimana jika Davino yang selama ini selalu bersikap dingin d... More

Prolog
Part 1 - Toilet
Part 2 - First Kiss
Part 3 - Manis
Part 4 - Bangsat
Part 5 - Diam Diam Suka
Part 6 - Dia Yang Dingin
Part 7 - PERSAINGAN HATI
Part 8 - Api Cemburu
Part 9 - You're Mine Luna
Part 10 - Be My Valentine
Part 11 - Gantung
Part 12 - Jadian
Part 13 - Pacar Rahasia
Part 14 - Teman?
Part 15 - Sabar Seluas Samudera
Part 16 - Sakitnya Satu Sama
Part 17 - Emosi Remaja
OPEN PRE-ORDER
OPEN PRE-ORDER
INFO PENTING
PROMO PDF (24-25 Mei)
Ready on Karyakarsa
Ready Google Playbook
FLASH SALE Hari Ini
PROMO 10.10
FLASH SALE! 31/10
FLASH SALE 12.12
Promo Karyakarsa

Part 18 - Puncak dan Hujan

6.9K 270 8
By Adellelia

=======
Karya ini hanya diterbitkan pada Aplikasi Wattpad dan Storialco. Jika kalian membaca cerita ini pada aplikasi selain tersebut di atas. Maka kalian membaca karya bajakan.
========

Long nights, daydreams

Sugar and smoke rings, I've been a foolBut strawberries and cigarettes always taste like youHeadlights, on meRacing to 60, I've been a foolBut strawberries and cigarettes always taste likeBlue eyes, black jeansLighters and candy, I've been a foolBut strawberries and cigarettes always taste like you

~ Strawberry and Cigarettes - Troye Sivan ~


Dave," panggil Axelle pada Davino yang saat ini sedang bermain playstation bersamanya, di dalam kamar. Di kediaman keluarga Lewis. Sedang Alluna, Sherina dan Mysha sedang berada di kolam renang belakang rumah, bermain air dan bergosip khas perempuan.

"Hmm." Jawab Davino menggugam. Kedua matanya tetap tak lepas dari game yang sedang dimainkannya.

"Lo pedekate sama adik gue?" Tembak Axelle langsung tanpa basa-basi. Membuat Davino sontak memalingkan wajahnya ke arah pria blasteran bermata coklat yang sedang menjadi lawannya pada games simulasi perang yang sedang dimainkannya.

Davino terperanjat, tubuhnya sempat kaku sesaat mendengar tuduhan yang keluar dari mulut Axelle. Tapi, tentu saja pria itu pintar memainkan ekspresi wajahnya sehingga kembali terlihat biasa saja.

"Sembarangan lo kalau ngomong." Kilah Davino sesantai mungkin. "Lo tahu darimana gue pedekate sama adik lo?" Dia malah bertanya balik. Membuat Axelle berdecak, menatap Davino kesal.

"Gue rasa lo nggak lupa kalau keluarga kita bukan berasal dari kalangan biasa, Dave." Jawab Axelle. "Well, you have your own private bodyguard and also my sister." Jelasnya. "Jangan lo pikir gue nggak tahu kemana saja lo sebulan ini bareng Luna."

"Maksud lo? Lo mata-matain adik lo sendiri, Axe?" Davino mengernyitkan dahinya, tak suka dengan kenyataan yang baru di dengarnya.

"Well, itu sudah menjadi tanggung jawab gue untuk selalu menjaga adik gue satu-satunya." Axelle tak mau kalah. "Dan, sekali lagi perlu gue ingatkan, kita semua memang mempunyai penjaga yang selalu menjaga kita tanpa kita ketahui."

Kedua pria yang saat ini berada di awal umur dua puluhan ini saling memandang penuh ketegangan.

"Gue tahu lo kemarin ke puncak sama Alluna, 'kan?" Kartu mati diberikan Axelle pada Davino. Kali ini dirinya tak bisa mengelak karena memang kenyataannya seperti itu. Dia dan Alluna pergi bersama ke daerah Puncak kemarin.

Davino terdiam. Otaknya seakan berputar lebih cepat untuk mencari sangkalan demi sangkalan yang harusnya dia berikan pada Axelle.

Baru saja dirinya ingin membuka suaranya, tapi Axelle terlanjur lebih dulu berkata.

"Well, actually ... gue sih nggak masalah kalau memang lo benar deketin adik gue, Dave. Dari semua cowok yang ada di dunia ini, cuma lo cowok dan sekaligus teman gue yang bisa gue percaya buat jagain adik gue." Ucapnya sepenuh hati.

"Dan pastinya lo tahu konsekuensinya kalau sampai lo bikin Alluna patah hati, Dave!" Lanjutnya, dengan wajah serius dan suara yang terdengar begitu mengancam di telinga Davino.

"Chill, Axe. Kita masih muda, santai saja." Akhirnya Davino menjawab.

"Santai kalau urusannya bukan adik gue. Terserah kalau lo mau main-main sama perempuan lain. Gue nggak perduli. Tapi, ini adik gue, bro!" Seru Axelle.

"I know!" Balas Davino lantang.

"Good!" Axelle menepuk bahu Davino keras. Seakan menegaskan bahwa omongannya memang tak main-main. Davino boleh saja merupakan sahabatnya. Teman mainnya sedari kecil. Tapi jika urusannya menyangkut hati Alluna, maka sebagai kakak, dia tidak akan pandang bulu.

Axelle membalik tubuhnya kembali menghadap layar televisi. Melanjutkan kembali permainannya yang sempat terhenti karena perbincangan serius mereka membahas Alluna. Davino yang sempat tertegun pun kembali melanjutkan permainannya menyusul Axelle yang sudah menjalankan misi pembantaiannya pada games yang mereka mainkan.

"Gue tahu lo masih muda, Dave." Tiba-tiba Axelle kembali berbicara. "Alluna pun baru akan berumur tujuh belas tahun besok lusa. Cinta kalian mungkin memang baru hanya cinta monyet biasa. Well, jujur ... selain gue, cowok yang dekat dengan Luna ya hanya lo." Lanjutnya. Menatap Davino sekilas lalu kedua matanya kembali fokus pada permainan yang dimainkanya.

"Karena itu, gue harap lo bisa jaga Luna baik-baik, Bro. Masa depan Alluna masih panjang. Lulus SMA saja belum. Begitu pun lo yang belom resmi menyandang gelar sarjana karena belum wisuda, iya kan?!" Axelle melirik Davino dan pria dengan bola mata biru itu mengangguk.

"So, it's deal!" Tiba-tiba saja Axelle mengulurkan tangannya kepada Davino. Walau bingung, mau tak mau Davino pun menyambut uluran tangannya. "Gue harap lo bisa jaga mata, bibir, tangan sama kemaluan lo itu ke adik perempuan gue. Jangan sampai foto lo yang sedang nyium Alluna di dalam mobil, di Puncak kemarin, sampai jatuh ke tangan kedua orang tua kita. Nggak cuma lo yang bisa babak belur sama Bokap lo dan Bokap gue. Adik gue pun bisa dipasung sama bokap gue." Ucap Axelle penuh penekanan yang langsung membuat Davino kehilangan kata-kata.

***

Satu hari sebelumnya,.

Sebuah mobil Sport keluaran Eropa berwarna hitam yang terlihat begitu gagah berhenti di sebuah kebun teh di daerah Puncak. Walau saat itu masih siang, namun hujan cukup deras mengguyur daerah itu dan membuat pengemudinya terpaksa harus menepikan kendarannya.

Pengemudi dan penumpang kuda besi yang terlihat begitu mencolok walau berwarna hitam di antara kebun teh yang berwarna hijau seragam itu, tak lain dan tak bukan tentu saja Davino dan Alluna. Awalnya mereka berniat untuk melakukan olahraga ekstrim paragliding dari bukit yang berada di atas kebun teh ini. Tapi nyatanya, cuaca siang itu tidak mendukung.

Well, bukan berita baru lagi jika cuaca di daerah Puncak dapat berubah mendung dan hujan mendadak. Hal itu sudah biasa terjadi. Akhirnya, mereka pun terpaksa menunda niatan mereka dan menghabiskan waktu mereka di dalam mobil. Menunggu hujan reda sekaligus beristirahat sejenak.

Davino menurunkan sandaran tempat duduknya kebelakang, begitu juga dengan Alluna. Mereka berdua sudah terlentang di tempat duduk masing-masing saling menatap satu sama lain dengan jemari yang sudah terpaut satu sama lain.

Wajah Alluna merona, jantungnya berdegup begitu hebat kala dengan begitu perlahan Davino membawa jemarinya ke arah bibirnya. Mengecup punggung tangannya lembut dengan tatapan yang membuat Alluna tak kuat. Aaahh, Tuhan ... Alluna lemas.

Mungkin karena efek hujan. Mungkin juga karena efek pendingin udara yang membuat tubuh mereka meremang. Atau, mungkin juga karena suara merdu Troye Sivan dengan bait-bait romantis disertai alunan musik begitu menghanyutkan. Membuat suasana semakin syahdu dan mendukung. Semua itu seakan memicu insting primitif sosok pejantan di dalam diri Davino untuk bangkit.

Davino menelan air liurnya. Deru nafasnya seakan memburu kala melihat wajah Alluna yang begitu cantik dengan semburat merah jambu di kedua pipinya. Bibir merah merekah begitu menggoda itu digigit oleh pemiliknya. Dan entah bagaimana, Davino pun bangkit dari rebah tidurnya.

Bertumpu dengan kedua sikunya, tubuh besar Davino berada di atas tubuh Alluna. Kedua lengannya mengukung tubuh mungil yang berada di bawahnya. Mereka bertatapan. Saling menyelami keindahan bola mata yang membuat mereka lupa diri. Hingga akhirnya, kala Alluna menyadari tatapan mata berwarna biru laut itu beralih pada bibirnya, Davino begitu saja sudah melabuhkan bibirnya pada bibir Alluna.

Davino kembali mencium Alluna. Di dalam mobil. Diiringi rintik hujan dan suara merdu Troye Sivan.

 
 
BERSAMBUNG

********

Di upload di Storialco pada 8  Maret 2020 dan di Wattpad pada  28 Agustus 2020.

Yang penasaran dengan kelanjutannya langsung saja ke Storialco ya, sudah Tamat sampai part 63 disana. Di Wattpad saya hanya akan update sampai part 18 ini saja.

Tidak ada versi Ebook y, gaess.. hanya ada di Storialco dan bercoint mulai part 20

Love, Adellelia
Follow me on IG at "Adellelia.novel".
Follow me on Wattpad at "Adellelia".

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 6.7K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...
2.5M 31.2K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
2.4M 108K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
253K 19.1K 43
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...