[S1] Enigma ft Hwang Hyunjin

By zyrurui

57.3K 11.5K 3.3K

Farel, lelaki berusia tiga puluh enam tahun yang berprofesi sebagai dokter kandungan. Lima belas tahun yang l... More

开始 ❤️
一 | Sore itu
二 | Dua Orang Asing yang Dipertemukan Kembali
三 | Makan Malam yang Tidak Diinginkan Farel
四 | Pelukan di Dalam Bioskop
五 | Salah Orang
六 | Hari Sial
七 | Namanya "Mas"
八 | Niat Terselubung
九 | Apakah Aku Jatuh Cinta Lagi?
十 | Farel Jujur
十一 | Sarapan di Rumah Farel
十三 | Tipe Idaman
十四 | Ciuman Pertama
十五 | Gara-gara Ciuman Itu
十六 | Minta Izin
十七 | Masalah Hati
十八 | Waktu yang Salah
十九 | Bawa Pulang Farel
二十 | Penolakan Airis
二十一 | Tidak Menyerah
Hello, it's me
二十二 | Pertengkaran
二十三 | Kenyataan Dari Sudut Pandang yang Berbeda
Season 2 is coming soon!

十二 | Lamaran

2.4K 480 161
By zyrurui

Jalanan kota di malam hari begitu indah karena dihiasi oleh lampu jalan. Kelap-kelip lampunya menambah penerangan sekaligus keestetikan jalan. Akibatnya, kota tampak hidup dan indah bagi siapapun yang melihatnya. Entah dari udara, maupun dari daratan.

Gue menatap jalan sambil mengelus kepala Jojo, salah satu kucingnya mas Alam yang kini gue bawa dari rumah orang tuanya. Gue saat ini sedang berada di mobil, bersama mas Alam. Kita akan menuju ke rumah mas Alam untuk makan malam bersama. Tadinya mau makan di rumah orang tuanya, tetapi mas Alam mau bicara sesuatu kepada gue. Sesuatu itu katanya rahasia sehingga mas Alam membawa gue ke rumahnya.

Ini pertama kalinya gue ke rumah laki-laki ini. Bertiga saja di dalam rumahnya. Gue, Jojo dan mas Alam. Kami berdua hanya makan malam. Tidak akan melakukan hal yang lainnya karena mas Bian minta gue dipulangkan jam setengah sepuluh dalam keadaan utuh. Mas Bian pasti akan menelpon mas Alam di menit-menit terakhir sekadar mengingatkan agar gue segera dipulangkan. Gue sampai hafal setiap kali kencan pasti akan diawasi ketat meski dari jauh.

Tidak apa. Gue senang karena mas Bian melindungi gue dengan sangat baik.

Selagi mobil berada di jalan, tidak satupun dari kami yang bicara. Kami tenggelam dalam lagu-lagu barat lama yang terputar lewat MP3 mobilnya. Saat ini lagu yang terputar adalah lagu You & I milik One Direction, boygroup dari Inggris. Gue menikmati lagunya sekalian menatap jalanan. Suasana yang gue rasakan begitu nyaman. Seperti berbunga-bunga begitu. Sensasi ini belum pernah gue rasakan sama sekali.

Bermenit-menit dihabiskan di jalan bersama lantunan lagu, akhirnya gue dan mas Alam sampai di rumahnya yang terletak di kawasan perumahan elit. Gue dan mas Alam pun berhenti di depan sebuah rumah mewah, tetapi bentuknya minimalis. Rumahnya didominasi cat warna coklat dengan kaca jendela berukuran besar. Rumahnya dua lantai. Di lantai dua terdapat balkon yang tampak luas dikelilingi pagar hitam.

"Turun, yuk! Udah sampai," ucap mas Alam usai mematikan mesin mobilnya. Gue mengiyakan ajakannya sambil menggendong Jojo, si kucing berjenis munchkin.

Gue mengekori mas Alam ke rumahnya, sampai masuk ke dalam rumahnya. Gue terperangah saat berada di dalam rumahnya. Desain interiornya bagus sekali, ada lampu gantung dan ukiran di sepanjang tepi langit-langit rumahnya. Terdapat pula hiasan-hiasan seperti keramik, tanaman sukulen, tanaman estetik tropis palsu, dan sebagainya. Segala hal di rumah ini tertata dengan sangat rapi. Apalagi rumahnya baunya harum. Harum bunga anggrek.

"Jojo taruh aja di kamar saya. Di sana ada kandangnya. Saya mau ke dapur dulu," kata mas Alam saat gue melihat-lihat rumahnya.

"Kamar mas Alam di mana?" gue bertanya. Gue belum tahu kamarnya di mana, lah, disuruh masuk ke kamarnya.

"Kamar saya di lantai dua. Di sana cuma ada satu kamar, jadi kamu gak bakal bingung." jawabnya, lalu melenggang ke dapur.

Gue menurut saja dengan naik ke lantai dua lewat tangga yang terbuat dari besi bercat coklat itu. Gue membuka pintu dekat balkon terlebih dahulu untuk memastikan-pasalnya ada dua pintu. Ternyata pintu yang gue buka, benar kalau itu kamarnya mas Alam. Begitu gue masuk, gue lagi-lagi terperangah. Kamarnya rapi sekali, beda jauh dengan kamar galuh.

Kamarnya yang didominasi dengan warna abu-abu pastel untuk cat dinding, membuat kamarnya terasa adem. Sedangkan sprei kasurnya berwarna coklat pastel, dan terlihat menarik hati.

Sesuai permintaan mas Alam, gue mencari keberadaan kandang kucing. Ternyata kandang kucingnya berupa rumah-rumahan dari kayu dengan bantalan di tengah-tengahnya. Gue meletakkan Jojo di sana lalu mengelus kepalanya agar kucing munchkin berwarna krem ini bisa tidur.

Jojo mengeong sekali begitu gue berdiri.

Gue pun pergi dari kamarnya mas Alam dan menyusul lelaki itu di dapur. Setibanya di dapur, gue melihat mas Alam sedang berkutat dengan masakannya. Bunyi masakan dan bau harum seketika menyambut gue di dalam kubikel ini. Gue lantas berjalan mendekati mas Alam. Gue terlebih dahulu mencuci tangan dengan sabun di wastafel.

"Mas, masak apa?" gue bertanya kepada mas Alam yang sibuk dengan penggorengannya.

"Saya masak chicken teriyaki sama tumis buncis bakso. Kamu mau 'kan?" tanya mas Alam sambil menatap gue.

Sial. Ganteng.

"Boleh, Mas. Gak apa." jawab gue agak gugup. Soalnya mas Alam kali ini rambutnya ada poninya seperti mas-mas Korea. Bikin tambah ganteng. Tentunya membuat gue kena palpitasi mendadak.

"Ya, sudah. Kamu siapkan piring sama alat makan yang lain. Saya yang masak."

"Aku bantu apalagi setelahnya?"

"Gak usah. Kamu duduk aja di kursi. Biar saya yang siapkan semuanya. Kamu ratu hari ini."

Ya Tuhan.

Gue lantas bergerak mengambil piring dan beberapa alat makan yang dibutuhkan untuk makan. Gue menatanya di atas meja. Begitu selesai, gue duduk di kursi. Gue menunggu mas Alam sampai selesai memasak. Sambil menunggu, gue menopang dagu dan menatap punggungnya yang lebar itu. Sepertinya nyaman sekali kalau bersandar di punggungnya.

"Masakannya udah mateng, Mas?" tanya gue lagi saat mas Alam mematikan kompornya, dan bergerak ke kabin dapur. Ia tampak mencari sesuatu.

"Sudah. Sebentar, ya," katanya.

Ia kemudian datang dengan membawa enam buah lilin yang ada di sebuah wadah mirip gelas. Mas Alam menaruhnya di tengah-tengah meja. Ia juga menghidupkan lilin tersebut.

Apakah ini yang namanya candle light dinner?

Tidak hanya itu saja, mas Alam membawa bunga lily putih dan meletakkannya ke dalam sebuah gelas. Ia menaruh di tengah-tengah meja juga.

Astaga. Makan malam romantis yang pernah gue dapati. Biasanya makan sama mas Bian atau Galuh tidak seperti ini.

"Harusnya saya siapkan sebelum menjemput kamu. Tapi gak masalah. Yang penting ini masih bisa membuat kamu terkejut," celetuk mas Alam seolah bisa membaca pikiran gue.

Gue hanya tersenyum menatapnya. Sejujurnya gue terharu begitu. Pertama kalinya dekat dengan seorang lelaki, langsung saja diberi kejutan seperti ini. Huhu...mas Bian, hatinya Airis jedag-jedug melulu :(

Beberapa saat kemudian, mas Alam membawa masakannya ke meja. Ia menghidangkan masakannya itu. Bau harum langsung masuk tanpa permisi ke dalam hidung gue. Lelaki itu juga membawa baskom kaca yang berisi nasi. Baru semua makanan sudah lengkap dan tersaji di atas meja, mas Alam mematikan lampu ruangan.

"Sederhana, ya?" tanya mas Alam begitu duduk di depan gue. Tetapi terdengar seperti berkata biasa.

"Mewah, mas." jawab gue jujur. Memang pada kenyataannya ini mewah untuk gue yang selalu makan malam tanpa lilin.

"Saya harap kamu suka, sayang."

Gue spontan melebarkan mata saat ia memanggil gue sayang. Sejelas itu mas Alam bilang sayang. Bikin gue kaget lantaran baru pertama kalinya mas Alam memanggil gue demikian.

"M-maksud saya Airis..." koreksinya buru-buru. Mas Alam terlihat salah tingkah. Ia sampai berdehem berkali-kali.

"Aku suka, kok, Mas. Ini lebih dari cukup," gue berbicara pelan dan tenang agar suasana canggung tidak hadir akibat mas Alam barusan.

"Ah...syukur kalau kamu suka. Saya pikir kamu gak bakal suka karena...yah..." mas Alam mengedikkan bahunya. "Ini candle light dinner pertama untuk kita."

"Sebenarnya mas Alam gak usah pakai lilin juga gak apa. Aku bakal suka," jawab gue, lalu menyengir. Gue tidak mau membuat mas Alam merendah begitu.

Mas Alam kemudian tertawa pelan. Gue dapat melihat wajahnya yang diterpa cahaya lilin. Dalam keadaan gelap dan hanya ditemani terang dari nyala lilin, gue sebenarnya bisa merasakan suasana romantis di antara gue dan mas Alam. Suasananya lucu. Bisa membuat perut terasa menggelitik dan jantung berdebar-debar. Jujur saja makan malam pakai lilin begini adalah hal pertama yang gue dapatkan dan gue sukai.

"Airis, sebenarnya mas pakai acara begini di rumah bukannya mas gak mampu. Mas lebih mampu daripada ini," katanya sedikit jumawa.

Iya, gue tahu. Lelaki ini selain dokter gigi, dia pemilik beberapa restoran Tiongkok yang letaknya di Town Square dan di Surabaya. Retorannya cukup terkenal karena selain makanannya enak dan murah, kualitas halalnya tidak diragukan lagi. Dia juga punya bisnis kecil lainnya yaitu produk masker organik dan produk perawatan tubuh.

Kaya sekali.

"Tapi saya mau bikin yang berkesan. Menurut saya, yang berkesan gak melulu makan di restoran mahal. Di rumah lebih bisa. Saya, jujur saja lebih suka di rumah daripada di tempat ramai." katanya lagi. Gue mengangguk.

"Sepupu dekat, sahabat, bahkan orang tua saya sudah menyarankan untuk ke suatu tempat yang bagus dan mahal kali ini. Tapi...saya menolak. Selain karena waktunya tidak cukup, saya mau rumah ini menjadi saksi."

Saksi apa?

Mas Alam tiba-tiba beranjak dari kursi yang ia duduki barusan. Ia bergerak ke arah microwave yang menyala, dan mengeluarkan sesuatu darinya. Gue baru tahu kalau yang dibawa mas Alam adalah dua buah cookie coklat.

"Kamu suka cookie kan?" tanya mas Alam.

"Iya...dulu." jawab gue gugup.

Gue suka cookie dulu saat masih SD. Soalnya mas Bian suka bikin cookie buat gue untuk bekal ke sekolah. Yah, meski cookie buatan mas Bian manis sekali karena kebanyakan coklat dan gula.

"Buka cookienya," pinta mas Alam.

"Buka?" bodohnya gue tidak memahami maksudnya.

"Buka aja, Ris. Cepetan," katanya sambil senyum-senyum ganteng.

Gue akhirnya mengambil salah satu cookie tersebut. Gue membelahnya jadi dua-dengan maksud buka seperti yang dikatakan mas Alam. Setelah membukanya, gue melihat ada cincin putih di dalamnya. Cincinnya ada berliannya, malah bertabur berlian. Gue kagok sekali begitu melihat cincin emas putih dengan taburan berlian di dalam cookie.

"Saya tau kita baru dekat sepuluh hari. Tapi...saya gak bisa bohong kalau saya mau kamu jadi istri saya secepatnya. Saya mau melamar kamu malam ini."

Ya Tuhan.

"M-mas..." sial, gue tidak bisa bicara dengan normal. Terkejut sekali gue dilamar secepat itu olehnya. Belum sampai di sana, mas Alam menarik tangan gue. Wajahnya yang tadinya sumringah, mendadak serius.

"Saya serius mau jadi suami kamu. Saya tidak masalah menunggu kamu sampai kamu wisuda nanti." ucapnya dengan serius. "Kamu mau kan jadi istri saya, Ai?"

Galuh cengo saat melihat Airis datang ke dapur dengan wajah seperti orang yang begadang semalaman. Sepupunya itu pun berjalan dengan gontai ke arah meja makan. Ia menarik kursi meja dan mendudukinya. Airis kemudian menenggelamkan wajahnya pada tumpukan tangannya.

"Mbak, lo gak pa-pa?" tanya Galuh dari depan dispenser.

Airis tidak menjawab.

Galuh tidak jadi mengambil air, melainkan beranjak mendekati Airis. Ia menarik kursi di depan sepupunya dan mendudukinya. Galuh menggoyangkan kepala Airis, mengecek kakaknya itu. Ia takut kalau Airis tiba-tiba sakit atau kerasukan. Soalnya Galuh pertama kali ini melihat Airis bangun jam delapan pagi.

"Galuh..." panggil Airis sembari mendongak. Galuh langsung menarik tangannya dari atas kepala kakaknya begitu Airis mendongak.

"Lo kenapa, dah? Kantung mata hitam banget. Muka lusuh kayak orang stres. Lo begadang mikirin skripsi, Mbak?" tanya Galuh. Ia miris melihat kantung mata Airis hitam sekali, matanya sayu dan air mukanya layu.

Airis menopang dagunya pada lengannya di atas meja. Ia memanyunkan bibirnya. Tatapannya lurus pada meja makan yang ditutupi taplak meja motif kotak-kotak.

"Mbak gak bisa tidur. Bukan gara-gara skripsi." jawab Airis, terdengar seperti gumaman tidak jelas.

"Terus? Gara-gara apa?" desak Galuh.

"Mbak dilamar sama mas Alam tadi malem. Nih," Airis menunjukkan tangan kirinya yang terdapat cincin putih pemberian Alam.

Galuh refleks melotot kaget melihat cincin di jari kakaknya. Ia sampai tidak berkedip saking kagetnya. Berita Airis yang dilamar oleh Alam, temannya Fabian, membuat Galuh seperti kena serangan jantung di pagi hari. Pasalnya ini mendadak sekali. Setahu Galuh pun keduanya masih dalam masa pendekatan. Menurutnya ini terlalu cepat.

Sementara Airis, ia memejamkan matanya. Rasa kantuk masih menderanya. Ia mengantuk sekaligus merasa pusing akibat semalaman begadang. Airis tidak bisa tidur sampai jam tiga pagi karena teringat kejadian Alam melamarnya kemarin. Ia bolak-balik membuat susu hangat agar bisa tenang semalam. Nyatanya, ia tidak bisa tidur karena lamaran itu. Selain lamaran dadakan Alam, Airis juga tidak bisa tidur karena Alam mencium pipinya kemarin sesampainya di rumah.

Bagi jomblo dari lahir seperti Airis, tentu saja itu merupakan kejadian dahsyat yang mampu memporak-porandakan jantung dan hatinya.

"Lo, kok, baru bilang? Terus lo terima, Mbak?" tanya Galuh, masih dalam kekagetannya. Ia sampai meninggikan suaranya.

Airis menganggukkan kepalanya lesu.

"Tadi malem kamu tidur. Kalo mas Bian udah tau. Mas Alam sendiri yang bilang ke mas Bian." jawab Airis lemas.

"Terus si kelinci gimana responnya?"

"Hm...mas Bian setuju. Cuma mas Bian ngebolehin mbak nikahnya nanti kalau udah selesai skripsi. Mbak harus selesai skripsi dulu baru nikah. Gitu,"

Galuh spontan mengelus dadanya sambil meringis. Ia tiba-tiba kepikiran duda yang katanya suka sama kakak sepupunya itu. Kalau dia tahu soal kakaknya yang sudah dilamar orang, bagaimana nasibnya nanti. Apalagi proposal lamarannya sudah disetujui walinya Airis. Galuh tidak tega jadinya.

"Luh, kok, kamu gak sekolah?" Airis tiba-tiba bertanya pada Galuh. Ia merasa aneh lantaran Galuh belum berangkat ke sekolah hari ini. Padahal hari ini masih hari kerja.

"Gue mencret dari tadi. Gue izin gak masuk sekolah." jawab Galuh. Dirinya memang kena diare dadakan pagi ini lantaran semalam rujakan bareng Butet dan Noel.

"Udah periksa?" tanya Airis lagi.

Galuh menganggukkan kepalanya. "Kata mas Bian, gue disuruh minum diapet sama oralit. Terus disuruh istirahat seharian sama makan yang banyak."

"Tumben akur?" Airis sedikit menyindir Galuh, yang biasanya cekcok dengan kakak laki-lakinya.

"Kepepet, Mbak." Galuh menyengir lebar kemudian.

Airis menjawab sekenanya kemudian menidurkan dirinya di lengannya lagi. Dirinya kembali diserang pusing, memikirkan lamaran Alam dan Fabian yang tidak sarapan akibat dirinya telat bangun. Gara-gara Alam, pagi Airis menjadi sedikit buruk. Meskipun senang, Airis juga kesal karena terus-terusan kepikiran sampai tidak bisa tidur dengan baik. Hal ini yang membuatnya telat bangun, ketinggalan sholat subuh dan tidak menyiapkan makanan untuk kakaknya.

"Luh, kamu sudah makan?" Airis bertanya lagi kepada Galuh yanh sedang menatap ponselnya.

"Belum, Mbak. Tadi gue sama mas Bian gak sarapan soalnya mbak gak bangun." jawab Galuh sambil mengetik. Ia tengah mengetik balasan kepada Farel yang mengiriminya pesan.

Biasa, memata-matai Airis lewat Galuh. Pagi, siang dan malam si Galuh harus memberi laporan kepada Farel terkait Airis. Lumayan, perharinya Galuh dapat uang lima puluh ribu.

"Duh, maaf. Mbak masak aja sekarang, deh." kata Airis yang langsung diangguki oleh Galuh. Galuh sudah lapar, jadi ia langsung mengiyakan.

Airis pun beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke arah lemari. Ia melihat-lihat bahan makanan yang bisa dimasak untuk hari ini. Sekalian masak untuk bekal Fabian. Airis berencana mengantarkan sendiri bekalnya ke Fabian.

Beralih dari Airis ke dalam roomchat Galuh dan Farel

WhatsApp

Pengagumnya ibuk 😾

|mas, mbak bnrn udh dilamar loh

|sama siapa???
|si alam itu???

|iya masss
|bneran
|katanya disetujui sm mas bian

|ihhh????
|anjir
|keduluan :((

|maaf y mas
|mbak airis setuju loh

|tambah sedih sy luh
|sudah diblokir
|dnger doi mau nikah pula

|sabar ya mas
|belum jodoh
|coba lagi

|kamu pikir ale-ale
|gmn y, pasti airis marah sma sy

|iyalah, masnya ngebet banget
|hhh

|sya kan suka

|cuma suka
|belum cinta
|belum sayang
|pastikan dulu mas
|takutnya cuma kagum :v

|beneran
|suka + cinta + sayang

|anjir
|baru ketemu beberapa kali juga

|:((
|sya gk bohong :(

|yauda si
|mbak ud milih mas alam
|mas farel cari yg lain aja

|luh, sy mau mbak kamu
|bantuin sekali lagi ya
|nanti mas turuti kamu mau apa

|t-tapi mas

|kalo berhasil nanti kamu tinggal minta apa aja

|Selain makanan gapapa?

|hp, laptop, silahkan

Muka Galuh langsung cerah melihatnya. Rasanya seperti mendapatkan durian runtuh pagi ini.

|bener ya

|pegang janji saya

|Ok mas :)

"Galuh!"

"Iya, mbak!" Galuh hampir berteriak karena Airis memanggilnya. Galuh kaget lantaran terlalu fokus chattingan lalu dipanggil.

Airis menyebikkan bibirnya terus membuka salah satu kabin dapur. Di dalam sana terdapat kotak-kotak bekal yang kemarin menginap di rumah sakit. Galuh langsung membuat ekspresi setenang mungkin.

"Kok, udah balik?" tanya Airis. Dirinya keheranan melihat kotak-kotak bekal itu.

"Kemarin mas Bian bawa semua. Terus gue yang nyuci. Gue taruh situ sebelum mbak pulang," kata Galuh penuh dengan alibi.

Airis mengernyit heran, "loh tapi, kemarin mas Bian pulang lebih awal. Mbak juga kemarin sama mas Alam sore-sore,"

Galuh terdiam. Bingung mau menjawab seperti apa. Pasalnya, kemarin yang bawa kotak bekal tersebut adalah Farel. Ia yang bawa semuanya dengan alasan Airis sudah melihat kotak bekal itu di rumahnya. Farel membawanya ke rumah setelah Airis pergi dengan Alam, dan Fabian keluar untuk membeli air galon. Galuh

"Kemarin mas Bian balik lagi ke rumah sakit. Laptopnya ketinggalan. Terus sekalian bawa itu," Galuh lagi-lagi beralibi.

Airis menolehkan kepalanya lagi menatap kotak-kotak bekal tersebut. Jujur saja, dirinya merasa ada yang janggal. Namun, tidak tahu bagian mana kejanggal tersebut. Dirasa tidak menemukan, Airis menutup pintu kabin tersebut. Ia bergegas mencuci sayur-sayur yang diambilnya dari kulkas tadi.

Galuh yang melihat Airis tidak lagi bertanya soal kotak bekal, mengelus dadanya lega. Untungnya Airis percaya saja.


Butetku dan Galuhku hehe

Continue Reading

You'll Also Like

199K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
99.7K 9.7K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
54.1K 7K 44
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
294K 30.2K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...