The Life Changer | Mark Lee✔️...

Oleh KAMILA_twlve

14.2K 1.3K 254

(JANGAN LUPA VOTE YA TEMAN-TEMAN!) (JANGAN LUPA FOLLOW JUGA!!) (MAKASIH >_< <3<3) . . . "BAAAAAA... Lebih Banyak

Prolog
#01 Introduction
#02 Pindah?
#03 Begonya Gua!
#04 Blushing~
#05 Miss Me?
#06 She's Mine
#07 I Like You
#08 It's Hurt
#09 Date?!
#10 The Nekad Boy!
#11 Calon
#12 How About Night Kiss?
#13 Resmi ya?
#14 Chat
#15 Tertangkap Basah?!
#16 What?!
#17 My Boss
#18 Budak
#19 Putus
#20 Our Own Life
#21 Bridal Style
#22 Menemani atau Ditemani?
#23 Dreamcatcher
#24 Sweet Lips
#25 F&Y
#26 Villa
#27 Will You Marry Me
#28 Parents
#29 I'm Here For You
#30 Stranger (1)
#31 Stranger (2)
#32 Nancy?
#33 Promise
#34 Trauma
#35 F&Y (2)
#37 Give Me My MK
#38 I'll Make You Happy
#39 I Love You
#40 Happy Ending
GOOD NEWS!!!

#36 Waiting For Me

208 19 13
Oleh KAMILA_twlve

Minju Pov

Gua buka mata gua. Di kamar gua udah ada ayah, bunda, Felix dan Iren. Gua bisa liat kecemasan tercetak di wajah mereka. Apalagi bunda dan ayah, sudah pasti mereka sangat cemas. Gua kemudian mengubah posisi gua menjadi duduk yang dibantu oleh bunda disamping gua.

"Kamu gapapa sayang?" tanya bunda

"Iya bun. Aku gapapa kok."

"Tadi lo kenapa Inju?" tanya Iren

"Gua.."

Gua berusaha ingat apa yang terjadi tadi.

Flashback On

Begitu gua buka lemari buat liat baju, disitu ada satu box hitam yang di atasnya ada note warna merah gitu.

"Promise"

Seperti itu tulisan yang ada di note itu. Gua sama sekali ga tahu isi box itu apa dan gua juga penasaran banget. Akhirnya gua buka box itu.

"AAAAAKKKHHH!!"

Gua liat di dalam box itu, ada foto gua sama Kak Mark waktu di taman bermain. Dikemas bersama ular yang sudah mati dan dipenuhi darah. Gua melangkah mundur ketakutan.

"Non Minju?!"

"Non Minju buka pintunya!"

"Non?!"

Bruk!

Gua langsung ga sadarkan diri lagi.

Flashback Off

Gua ceritain semuanya ke mereka. Ayah masih tetap dengan posisi berdiri dengan bahu disenderkan pada tembok, melipat kedua tangan dan masih saja diam. Sedangkan bunda sudah penuh dengan kecemasan. Felix? Wajahnya bisa gua liat, dia marah besar. Iren tentu saja sangat panik dan cemas.

"Akhiri hubungan kamu dengan Mark" kata ayah tiba-tiba

Sontak membuatbseluruh penghuni kamar menjadi terkejut. Apalagi gua? Gua sebenarnya sudah tahu kalau suatu saat ayah bakalan ngomong kayak gini. Siapa juga yang mau kehidupan putrinya terancam seperti ini?

"A-apa ayah?"

"Pak, bapak yakin?" tanya bunda

"Ayah, aku say-"

"Sayang sih iya. Tapi kalau mengancam kehidupan kamu seperti ini itu gila. Memangnya kamu hanya menyayangi Mark dan tidak menyayangi ayah?"

"Tapi yah, aku udah tunangan sama Kak Mark. Aku juga udah cinta sama Kak Mark. Tapi rasa cinta aku ke Kak Mark ga pernah lebih dari rasa sayang aku sama ayah dan bunda."

"Dari awal ayah sudah tidak suka dengan cara seperti ini. Pacaran diam-diam. Ayah mengerti bahwa dia adalah idol, tapi bukan berarti harus membahayakan kehidupan kamu seperti ini."

"Ayah-"

"Kapan dia datang jagain kamu? Dimana-mana selalu Felix dan Jo yang ada buat kamu."

"Tapi ay-"

"Intinya, akhiri hubungan kamu dengan Mark."

Pernyataan dingin ayah yang terakhir dan pergi meninggalkan seisi kamar. Sesak yang gua rasa. Gua cinta sama Kak Mark, tapi gua juga sayang sama ayah. Gua ga bisa memilih satu diantara kedua pria yang benar-benar gua sayang.

Gua sama sekali ga bisa berkata-kata. Mata gua mulai memanas, satu persatu buih air mata mulai membasahi pipi gua. Bunda langsung meluk gua buat nenangin gua. Begitu juga dengan Iren yang genggam tangan gua.

Author Pov

Malamnya, Mark pulang buat mastiin keadaan Minju. Minju sudah tahu, antara Felix atau Iren yang memberitahu Mark akan hal tadi sore. Begitu sampai di gerbang, Mark langsung jalan ke rumah Minju untuk segera menemui tunangannya itu.

Sayangnya, sebelum masuk kamar, Bayu sedang duduk di ruang tamu. Begitu melihat Bayu, Mark langsung memberi salam.

"Selamat malam om."

Bayu hanya diam sambil menunduk.

"Saya mau liat Minju om-"

"Duduk." kata Bayu dingin sambil menepuk sofa tempat dia duduk

Mark langsung menuruti apa perkataan ayah Minju. Dengan sopan dia duduk dan menatap wajah calon mertuanya itu. Mark sempat melihat Mona yang melintas dan melempar senyum tapi wajah Mona terlihat tidak bahagia.

"Om, saya-"

"Akhiri hubungan kalian."

Kedua mata Mark terbelalak. Dia menatap pria paruh baya di depannya ini dengan serius, memastikan apakah yang dikatakannya itu benar.

"M-maksud om?"

"Putri saya sudah mengalami trauma berat karena peristiwa yang terus menimpanya."

Dengan perlahan, Bayu memalingkan pandangannya ke Mark.

"Lebih baik akhiri hubungan kalian. Saya tidak ingin kehilangan putri saya satu-satunya."

Mark terdiam sejenak. Mencoba mencermati setiap kata yang keluar dari mulut pria di depannya ini. Kemudian dia mencoba untuk berbicara.

"Saya tahu, rasa sayang saya ke Minju tidak sebanding dengan rasa sayang om ke Minju. Tapi satu hal yang pasti, saya juga tidak ingin kehilangan Minju. Sama seperti om."

Perkataan Mark barusan membuat Bayu memandang wajah Mark dengan tidak kalah seriusnya.

"Saya akan berhenti menjadi idol. Jika itu yang om inginkan."

Penyataan Mark barusan tidak mengagetkan Bayu, justru dia merasa lega. Mengapa? Menggunakan kalimat "akhiri hubungan kalian" merupakan hal yang sulit untuk diterima. Disitu Bayu bisa melihat, resiko terbesar seperti apa yang bisa Mark ambil.

Tanpa membalas pernyataan Mark, Bayu justru tersenyum dan menepuk tangan. Mark bingung dong. Dia sama sekali tidak mengerti tingkah laku Bayu. Setelah kembali terdiam, Bayu mulai angkat suara lagi.

"Kamu yakin ingin melepaskan cita-cita kamu seperti itu?"

Tanpa berpikir, Mark langsung menjawab.

"Idol memang cita-cita terbesar saya sejak kecil. Namun setelah bertemu Minju, "memilikinya" justru menjadi cita-cita terbesar saya."

Bayu dibuat diam dengan balasan Mark yang tidak bisa dibantah lagi.

***

"Kamu gapapa kan?" tanya Mark pada Minju sambil merapikan rambutnya

"Gapapa kok kak."

"Makan? Gimana? Udah?"

"Udah kak.."

"Baguslah."

Minju menatap Mark. Sempat ada kecemasan yang muncul di wajahnya, tapi dihalangi dengan senyumannya kemudian.

"Kakak udah makan?"

"Udah. Makan bareng member yang lain soalnya."

"Oh gituu.."

"Tadi ngobrol apa aja sama ayah?"

"Hm?"

"Tadi ngobrol apa aja sama ayah?" tanya Minju lagi tapi dengan perlahan agar dimengerti oleh Mark

"Kita ngobrol soal kondisi kamu."

"Bohong." batin Minju

Dia tahu persis apa yang dibicarakan kedua lelaki kesayangannya itu. Karena Minju sempat mendengar pembicaraan mereka saat ingin menghampiri Mark di ruang tamu.

Minju menatap dengan baik wajah laki-laki di depannya ini. Tanpa melepas pandangannya, dia masih saja menatap Mark. Sebenarnya dia berharap Mark akan mengatakan yanv sejujurnya. Bahwa sebenarnya Mark akan meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang idol.

"Kenapa?"

"Huh?"

"Kenapa liat aku kayak gitu? Kangen ya? Atau aku kegantengan hari ini?"

"Cih, kepedean nih lama-lama"

"Minju?"

Candaan mereka berdua terhenti dan kini pandangan mereka teralihkan pada seseorang di depan pintu kamar.

"Kak Jo-"

Tapi perkataan Minju terhenti setelah melihat Nancy muncul setelahnya.

"Kak Nancy?"

Sesekali Minju melihat wajah Mark. Geram? Ya.. Bisa dikatakan seperti itu. Saat hendak ingin membuka mulutnya, dengan cepat Minju genggam tangan Mark dan coba untuk menenangkan dia. Dengan anggukkan dari Minju cukup meyakinkan Mark untuk mengurung niatnya tadi.

Tentu saja niat untuk memarahi keberadaan Nancy di rumah Minju sekarang. Seperti yang kalian ketahui, Mark tidak menyukai Nancy.

Saat melihat kondisi Minju, Nancy berlari kecil ke arah Minju dengan wajah khawatir. Melihat Nancy yang mendekat, Mark segera mengubah posisinya yaitu menjauh dari Nancy.

"Lo sakit?"

"Ngapain juga dia begini?" batin Mark

"Eum.. Ga juga kak."

"Duh, jangan sampai sakit. Kan kita harus masak bareng lagi."

"Hehehe, iya kak. Pasti kok!"

"Tadi gua mampir ke agensi buat manggil Mark kesini, tau-taunya gua ketemu sama Nancy. Dan begitu dia tahu soal keadaan lo, dia nuntut buat ikut." jelas Jo pada Minju

"Oh gitu. Yaelah kak, ga usah datang juga kali. Hehehe"

"Iya. Seharusnya lo ga usah datang." kata Mark dingin

Minju bisa melihat bagaimana ekspresi Mark saat ini. Ia seperti benar-benar membenci Nancy.

"Kak.. Udah, gapapa kok."

Melihat Minju yang memilih membela Nancy, Mark pergi meninggalkan mereka. Dia tidak bisa berlama-lama di dalam sambil melihat Nancy. Muak rasanya.

"Kak, maaf ya? Kak Mark emang agak sensian gitu. Maaf ya?"

"Gapapa kok Minju." jawab Nancy sambil tersenyum lebar

"Oh iya kak, besok aku mau buat kue. Kalau kaka mau, datang aja besok. Kita buat kue bareng. Gimana?"

"Oh ya? Beneran?"

"Iya kak."

"Ok!"

Saking senangnya, Nancy sampai memeluk Minju. Ya, Minju balas aja pelukan Nancy.

Melihat Mark yang tadi pergi dengan wajah tidak senang, Jo memutuskan untuk mengikuti Mark.

"Lo gapapa?"

"Huh? Ya, gapapa."

"Lo ga usah kayak gitu juga sama Si Nancy."

"Gua ga suka aja."

"Dia kan niatnya baik."

"Niat baik emang selalu ada. Tapi jangan heran kalau niat baik itu kelak akan berubah."

"Ape sih? Kagak ngerti gua." batin Jo

"Udah lah. Pokoknya, jangan terlalu jahat sama Nancy. Kasian juga, dia kan cewek."

"Emang kakak ga kasian sama gua?"

"Kasian sama lo? Emang lo diapain sama Nancy?"

Mark tiba-tiba menjadi ingat. Masalah antara dia dan Nancy dulu tidak diketahui seorangpun. Mark memilih memendam dan menutup dengan rapat permasalahan itu.

"Ga kasian gua jadi bahan rebutan?" tanya Mark ngasal

Buk!

Jo mendaratkan pukulan yang.. sakit memang. Dan Mark meringis kesakitan.

"Jangan kebanyakan pedenya. Lo udah punya Minju. Kalau aja lo oleng, gua habisin lo."

"Lah?"

"Kak Jo.." sapa seseorang dari belakang mereka

"Oh? Udah?"

Iya, itu Nancy.

"Udah kak. Gua pamit pulang."

Nancy srmpat mengalihkan pandangannya pada Mark. Tapi Mark membuang wajahnya agar tidak ada kontak mata antara mereka. Karena sudah memaklumi sikap Mark, Nancy hanya pasrah dan berpamitan. Setelah itu Nancy pergi dan melajukan mobilnya ke rumah.

Karena sudah larut, Mark mengobrol sebentar saja dengan Minju dan berpamitan dengannya. Mark harus kembali ke dorm agensi. Karena ini bukan weekend jadi dia masih harus di agensi.

***

"Terigunya segini aja kak."

"Oh iyaiya.."

Pagi ini Nancy sudah datang menemani Minju. Lebih tepatnya lagi, melaksanakan apa yang menjadi rencana mereka tadi malam. Yaitu membuatkan kue bersama-sama. Terlihat senyuman bahagia terus tercetak pada wajah mereka. Dan juga Pak Agus dan Pak Bimo yang menyaksikan keasikan mereka, ikut tersenyum.

Bergurau, tertawa dan terkadang serius untuk mengukur berapa banyak terigu dan juga berapa banyak telur yang harus dipecahkan.

"Inju! Gua dat-"

Kalimat Yiren terpotong karena melihat kebersamaan Nancy dan Minju. Keduanya yang sedang asik membuat kue, kini melihat Yiren yang langkahnya terhenti tadi.

"Kenapa Ren?"

"Em.. G-gak. Mau liat lo doang."

"Oh gitu.."

"Yiren, mau gabung ga?" tanya Nancy

"Gabung?"

"Iya, kita buat kue bareng Minju."

"Oh, iya kak. Ayo!" jawab Yiren antusias

Kalau mau jujur, dia kurang suka jika Minju terlalu dekat dengan Nancy. Entah ada apa, yang jelas dia tidak suka. Mengingat bagaimana kakaknya juga membenci Nancy. Tapi tidak ada pilihan lain selain ikut membantu mereka.

Selang beberapa menit, kue sudah jadi. Mereka bertiga menyajikan kue itu dengan manis di atas meja. Minju memberikan potongan yang lumayan besar untuk Yiren dan membawanya ke rumah. Tentu saja untuk keluarga Soetrisno.

Tidak lama kemudian, Felix datang. Entahlah, Felix sering kesini belakangan ini. Bukan karena Yiren, tapi karena Minju. Dia terlalu khawatir pada Minju. Sebenarnya kalau ditanyakan rasa cemburu Yiren, tentu saja. Tapi dia membuang rasa itu jauh-jauh. Karena dia tahu itu hanya kepedulian antara sahabat.

Felix ikut mencicipi kue yang diberikan dengan cara disuapi Yiren tentunya. Sungguh, kedua pasangan ini sangat manis- bukan, lebay lebih tepatnya.

Kami terus membicarakan ini itu. Bersendagurau dengan sangat baik. Bahkan senyuman terbaik Minjupun tercetak disana. Dia merasa senang jika rumah menjadi ramai seperti ini. Mengingat bagaimana kesepiannya dia tanpa Mark. Memang benar ada Yiren, tapi kalian tahu kan? Belakangan ini dia lebih sering menghabiskan waktu bersama Felix. Minju juga memakluminya.

Perbincangan mereka berakhir ketika waktu sudah menunjukkan sudah siang. Nancy berpamitan dengan mereka bertiga dan kembali ke agensi. Mengapa tidak kesana sejak pagi? Bisa dikatakan, kecantikan dan keahlian Nancy menjadikan dia sebagai anak emas. Jadi dia bisa izin beberapa jam pagi tadi untuk menemui Minju.

Kini tinggal ketiga sahabat- lebih tepatnya satu pasangan dan satu nyamuk- eh sahabat maksudnya. Hehehe.

"Lo ga kerja hari ini Lix?"

Oh iya, Felix bekerja sebagai model juga. Tapi di JEWAYPI Ent.

"Hari ini ga ada pemotretan."

"Oh.."

"Oh iya, Minju gua mau nanya."

Terlihat serius sekali wajah Felix.

"Paan? Kok serius amat?"

"Lo inget sesuatu soal kejadian malam itu ga?"

Felix bertanya dengan nada sangat kecil. Mencegah didengar oleh orang lain selain mereka bertiga.

"Yang gua ingat ya gua takut banget."

"Bukan, maksud gua apa gitu yang bisa dijadiin tanda."

Minju berpikir keras untuk mengingat. Sebenarnya dia tidak ingin mengingat kejadian itu, tapi terpaksa dia lakukan.

"Oh iya. Waktu perlawanan gua, gua sempat buat tangan kanannya terluka."

"Terluka?"

"Iya, gua mendapati pecah beling mangkuk soto disitu. Jadi gua lukai dia dengan itu."

"Gitu ya.. Berarti tersangka memiliki luka sayatan di tangannya."

"Eh tapi tangan kanannya Kak Vanya diperban loh. Tadi pagi gua ketemu sama dia." kata Yiren

Felix menatap Minju. Seperti mereka sedang berpikir mungkinkah Vanya tersangkanya. Mengingat bagaimana Vanya juga membenci Minju.

"Heh, lo berdua udah kayak main game Criminal Case aja." kata Yiren

"Kamu ga ke kantor papa hari ini?" tanya Yiren lagi

"Rencananya sih gitu, tapi aku mau mampir liat mama dulu. Hari ini ulang tahunnya."

"Oh ya?! Wuah, berarti aku sama Inju harus bantuin kamu dong!"

"Bantuin apa?"

"Siapin suprise lah!"

"Ngapain? Ga-"

"Heh, kamu itu ga pernah ada romantis-romantisnya sama aku. Tapi setidaknya kamu harus buat sesuatu yang menyentuh buat mama dong. Bener ga Inju?"

Pandangan Yiren kini beralih ke Minju, membuat sang empunya mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu harus menjawab apa.

"Huh, lo berdua sama aja. Udah ah, Felix siapin mobil. Kita pergi beli barang-barang persiapan suprise nanti."

Minju hanya mengikuti kedua sahabatnya saja. Felix memberitahukan Pak Agus dan Pak Bimo untuk tidak perlu mengikuti mereka. Lagipula ada Felix dan Yiren untuk menjaga Minju.

Mereka sudah menyusun rencana untuk memberikan kejutan. Sesampainya disana, Felix mengajak mamanya untuk berjalan-jalan. Dengan begitu, Minju dan juga Yiren bisa menyiapkan kejutan di rumah.

Melihat mereka kekurangan satu bahan, Yiren meminta Minju melanjutkannya. Dan Yiren pergi ke toko yang jaraknya lumayan jauh dari warung bubur ayam itu untuk membeli bahan tersebut.

Saat sedang mendekor, Minju mendengar pintu yang terbuka. Ternyata itu salah satu pekerja juga.

"Loh? Tania? Lo udah datang?" tanya pekerja lain

"Iya."

"Em, permisi." kata Minju ke salah satu pekerja

"Iya kak? Kenapa?"

"Lo punya lem tembak ga? Gua mau pinjem."

"Penembaknya sih ada. Tapi lemnya ga ada kak. Lemnya di gudang. Ntar gua ambilin kak."

"Eh jangan. Kan lagi banyak pelanggan, lo disini aja. Bilang aja gudangnya dimana?"

"Di belakang kak. Terpisah dari warung ini. Dan agak jauh di belakang."

"Gua temenin aja." kata Tania

"Oh iya kak. Tania temenin aja kak. Dia juga tahu dimana letak lemnya."

"Yaudah. Yuk?" ajak Minju ramah

***

"Halo?"

"Iya Ren. Kenapa?"

"Mau gua beliin lem tembak lagi ga? Kan ga ada tadi."

"Apa? Gua ga bisa denger dengan baik. Sinyalnya jelek."

"Mau gua beliin lem tembak ga?"

"Ga usah. Disini ada kok."

"Ada?"

"Iya. Ini gua lagi ke gudang buat ambilin."

"Sendirian?"

"Ga kok. Ditemenin Tania."

"Oh Tania-"

Kedua mata Yiren terbelalak.

"Oh, itu tangan Tania kena pecah beling waktu dia masih di kota."

"Terluka?"

"Iya, gua mendapati pecah beling mangkuk soto disitu. Jadi gua lukai dia dengan itu."

DEGH!

Inju!

"Inju?"

"H-lo. Ke-pa I-"

"Ha-halo Inju?! Inju, sekarang juga lo pergi dari situ!"

"Ap-a?"

"PERGI DARI SITU INJU!"

Tut.

Panggilan mereka terputus.

"Ha-halo?! Inju?!"

Yiren yang panik langsung menelepon Mark dan Felix. Mereka bertiga secara bersamaan langsung menuju warung tanpa menunggu aba-aba.

"Minju, i'm coming for you. Please waiting for me.".






.






.





.

.

.

.

SILAHKAN KOMEN BUAT MASUKAN YAH TEMAN-TEMAN!

JANGAN LUPA VOTE!!

THANK YOU GUYS~<3

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

18.8K 1.5K 20
Cerita Pemeran Utama Wanita Im Nayeon dan Kedua Pria Tampan yang satu agency dengannya Park Jinyoung&Mark Tuan. JinYeonMark Always Disclaimer (Part 1...
1M 84.7K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
From Home. Oleh fbae

Fiksi Penggemar

26.1K 2.2K 36
Katanya hidup adalah tentang bertahan. Bertahan untuk penyesalan, bertahan untuk ketertinggalan, bertahan untuk kesempatan, bertahan untuk kewarasan...
83K 6.8K 45
[Completed] Apa mungkin seorang Park Jisung suka aku? - Kim Jieun Ga mungkin, aku benci dia. - Park Jisung Sorry, I love you. - Huang Renjun Sedih, s...