If Loving You is Wrong

By rrkimly

36.4K 2.3K 433

Kaia pernah sangat mencintai Tristan. Itu sebelum Tristan menyakitinya sampai pada titik Kaia tidak bisa mema... More

Satu - Tragedy
Dua - Hardest Days
Tiga - Kembali untuk Pergi
Empat - A Gift
Lima - Cinta yang Berubah Rupa
Enam - Arrow
Tujuh - Dusta
Delapan - Heart of Glass
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
[Kapan ilyiw update?]
Duabelas
Tigabelas
Empatbelas
limabelas
enambelas_
tujuhbelas [a]
tujuhbelas [b]
delapanbelas
sembilanbelas
duapuluh
duapuluhsatu
duapuluhtiga
duapuluhempat
duapuluhlima

duapuluhdua

167 18 2
By rrkimly


Dulu, seperti anak muda lain, ketika ada salah satu dari mereka bertiga ulang tahun. Yang lain pasti akan menyiapkan kejutan, melakukan prank konyol, mengerjai dan melakukan hal-hal kekanak-kanakan lain. Namun, setelah setiap tahun kejadian itu berulang, semua jadi mudah ditebak dan mereka berhenti melakukan kejutan-kejutan sejenis itu. Mereka lebih memilih terang-terangan akan saling merayakan ulang tahun dengan cake, lilin, minuman, hadiah dan makan malam bersama. Seperti malam ini, dengan Gama sebagai bintang utama. Duduk di antara Kania dan Tristan, Gama mengenakan topi kerucut di depan sebuah kue tart sederhana dengan icing berwarna putih dan hiasan buah stroberi di atasnya, di tengah-tengah kue itu terdapat tulisan "HBD Gama <3". Dan dia yakin tart itu dibuat sendiri oleh Kania. Meski wanita itu mengaku lemah dalam membuat makanan penutup, dia yakin tart buatan Kania akan tetap enak setiap ia memakannya.

Kania selalu membuat tart untuknya dan Tristan. Tapi saat Kania ulang tahun, mereka akan membeli kue dari toko kue terenak yang pernah ada menurut versi Kania. Mereka pernah mencoba membuat kue dengan adonan instan yang dijual di supermarket. Jangan tanya bagaimana hasilnya, Gama tidak tahu kenapa itu disebut instan ketika hasilnya bisa bantat dan pahit. Sejak saat itu mereka tidak pernah membuat kue untuk yang kedua kalinya.

Tahun ini, Kania merengek minta ditraktir di rumah makan khas jepang yang menjual berbagai jenis sushi. Makanan favorit wanita itu, yang sekali lagi tidak bisa dibuat oleh Kania – jika Kania bilang tidak bisa maka artinya dia bisa memasaknya tapi tidak akan seenak buatan chef di rumah makan ini. Mereka akan makan berlebihan seperti perayaan-perayaan lain, di mana Gama akan berceramah mengenai buruknya makan berlebihan dan Kania meneriakkan ini hanya setahun sekali, dan Tristan yang menyumpalkan salmon sushi yang tinggal satu ke mulutnya – padahal itu adalah jatah Gama.

"Hentikan ceramahmu sebelum mulutmu ku sumpal wasabi," celoteh Kania pada Gama yang masih mencela dengan sebutan perut karet. Kemudian ia bertanya pada Tristan setelah menelan sushinya. "gmana keadaan Kaia?"

"Dia baik-baik saja, hari ini dia jalan-jalan dengan Britta ke mall."

Kania tersenyum pahit. "Dia sudah membaik, aku harap begitu."

Tidak ada hari tanpa memikirkan keadaan adiknya. Dia berharap keputusannya untuk mendukung Kaia menikah dengan Tristan berhasil. Kania tidak mau orang menganggap dirinya memaksa Kaia untuk menikah dengan Tristan karena ingin melarikan diri dari pertunangan dengan pria itu. Demi tuhan, Kania hanya ingin adiknya selamat dari segala hal yang bisa menghancurkan hidupnya. Adiknya pantas untuk hidup bahagia tanpa dihantui perasaan was-was meski harus mengorbankan hal lain. Ia harap Kaia masih bisa menggapai cita-cita untuk menjadi dokter hebat dengan penuh gairah seperti dulu.

"Yah, dia sekarang mau berbicara denganku," jelas Tristan tanpa di minta. Dia pikir informasi itu adalah hal perlu.

"Aku kangen dia, tapi dia nggak pernah mau jika ku ajak bertemu. Aku harus segera minta mama untuk mengundang kalian makan malam supaya dia nggak bisa menolak lagi."

"Kami pasti akan datang," Tristan meyakinkan.

"Nah, belakangan dia sibuk mengerjakan tugas dariku," Gama membantu.

"Kenapa kamu masih membullynya padahal dia lagi cuti."

"Membully kamu bilang? Percayalah aku membantunya dengan memberikan semua tugas remeh itu. Otaknya bakal membusuk kalau nggak dipakai selama hampir satu tahun," tukas Gama tak sabar.

"Teganya kamu bilang begitu tentang adikku! Kaia itu pintar, dia cuma lahir lebih lambat dari kamu. Aku tahu kamu dulu sering dapat nilai jelek?"

"Kamu juga tahu aku memperbaiki semua nilaiku jadi A dan lulus dengan predikat cumlaude?"

"Tapi Kaia cumlaude tanpa perlu ngulang mata kuliah!" Kaia tidak mau kalah.

"Baik aku kalah, aku kalah! Sebaiknya dia yang duluan jadi dokter spesialis karena dia lebih pintar dariku," Gama mengangkat tangannya.

Tristan sudah bisa menyaksikan perdebatan antara Kania dan Gama. Di antara mereka bertiga, hanya dirinya yang paling tenang dan menjadi penikmati pertikaian sahabatnya. Mereka sering kali mempermasalahkan sesuatu yang sepele, namun di beberapa waktu mereka mendebatkan hal-hal yang memerlukan otak. Apa pun itu, Tristan ini akan berlangsung cukup lama sampai keduanya puas dengan argumen mereka masing-masing. Jadi dia hanya mengangkat gelasnya yang berisi wine lalu menikmatinya.

Mereka duduk di tempat yang stratergis, tepat di sebelah jendela yang menunjukkan pemandangan kota di malam yang sibuk. Lalu lintas cukup padat, mobil berbaris rapat di jalanan menyorotkan lampu membentuk hamparan bintang di daratan. Gedung-gedung pencakar langit masing-masing menunjukkan keindahan mereka dengan lampu-lampu warna-warni. Beberapa saat kemudian hujan menguyur, dari tetesan gerimis menjadi tetesan yang besar. Membuat kaca jendela menjadi buram.

Dia harap Kaia baik-baik saja di rumah. Dia sudah meminta untuk menelepon jika ia membutuhkan sesuatu atau dalam keadaan yang darurat. Tapi, wanita itu bahan tidak memberitahu apakah dia sudah pulang atau belum. Dia yakin Kaia tidak akan pernah menghubunginya duluan. Namun dia masih berharap Kaia bisa mempercayainya, meski memang sulit. Tristan yakin dia pernah menjadi orang yang dipercayai Kaia sampai dia mengkhianatinya. Adalah hal yang wajar jika Kaia berusaha untuk terlibat dengannya lagi.

Dan yang Tristan inginkan sekarang adalah membuat semuanya menjadi normal seperti yang dulu. Meski guci yang pecah tidak bisa kembali sempurna.

Dan hujan terus mengguyur sepanjang malam dan berhenti di saat fajar.

Semalam Tristan tidak melihat Kaia. Ia menemukan pintu kamar itu tertutup rapat. Meski begitu, ia menemukan tanda-tanda bahwa wanita itu sudah pulang. Sepatu yang biasa ia kenakan ada di rak, kunci rumah miliknya tergeletak di atas meja kopi dan pintu kamarnya terkunci rapat. Jadi, Tristan memutuskan untuk ke lantai dua, bekerja sebentar lalu beristirahat. Dan paginya, dia mendengar suara gaduh di lantai bawah, mendapati Kaia sedang berusaha membuat sesuatu dengan tangan kirinya dan kakinya yang pincang. Wanita itu tidak menyadari bahwa ia sedang menuruni tangga dan memperhatikannya.

"Apa yang kamu lakukan?"

Pertanyaan itu cukup membuat Kaia menoleh. Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia menggeleng. Berlawanan dengan jawabannya, Kaia melanjutkan kegiatannya mencari sesuatu di kulkas yang Tristan yakini tidak ada apa-apa karena mereka selalu memesan makanan.

"Kamu mau masak sesuatu atau mencoba membakar dapur dengan tangan kirimu?"

"Tanganku sudah baik-baik saja – aku yakin begitu."

"Kau masih harus hati-hati kalau mau sembuh cepat. Kamu dokter dan aku yakin perlu tangan kiri lebih dari siapa pun."

Tapi kau arsitek, kau juga membutuhkan tanganmu, bodoh. Kaia ingin menjawab demikian namun dia menahannya dan hanya memberikan laki-laki itu tatapan tak suka.

"Bisa aku tahu di mana kamu menyimpan wajan?"

"Kamu yang menemukan kotak P3K di antara lemari-lemari ini," Tristan melemparkan fakta itu,

"Tapi kamu yang menggunakan benda itu terakhir kali untuk memasak nasi gorengmu yang bodoh itu."

"Nasi goreng bodoh..." Tristan mengerutkan kening, "yang kamu nikmati itu." Sambungnya lagi.

Tristan menuju dapur di mana Kaia sedang membuka satu persatu lemari atas dapur dan menemukan wajan yang ia perlukan tersimpan dengan rapi di sana. Sebenarnya, jika tidak kakinya sedang tidak cedera, bisa saja ia berjinjit untuk meraih benda itu dan menariknya dengan tangan kiri. Namun sayangnya, ia tidak bisa melakukan hal itu dan hanya berusaha mengulurkan tangannya yang tentu tidak akan bertambah panjang beberapa senti jika ia memaksa.

Kaia bisa mendengar dengusan dan langkah Tristan sebelum ia merasakan hangat tubuh pria itu di punggungnya. Pria itu tepat di belakangnya, Kaia bisa mendengar napasnya. Tubuhnya sedikit terdorong ketika Tristan meraih wajan itu dengan mudah, lalu meletakkannya di atas kompor melewati tubuhnya seakan memeluknya dari belakang.

"Kamu mau nambah cedera di kepala karena tertimpa wajan, Kaia?" ucapnya di telinga Kaia sebelum pergi dan membuka kulkas. Kaia merasa ada nada kesal di setiap kalimat yang Tristan ucapkan. Ada apa dengan pria itu?

Kulkas ternyata sudah terisi cukup lengkap. Sepertinya Kaia membeli beberapa bahan makanan selama keluar kemarin. Ada beberapa macam sayuran dan protein yang bisa dimasak menjadi berbagai macam makanan. Dia tahu Kaia bisa memasak. Dia beberapa kali pernah mencoba masakan Kaia yang ditinggalkan oleh wanita itu di atas meja. Tapi dia tidak yakin apakah Kaia masih bisa memasak seenak itu jika menggunakan tangan kiri.

Kaia memilih untuk mengabaikan Tristan lalu kembali berkutat dengan bungkus spaghetti yang ada di tangan. Dengan bantuan gunting ia berhasil membuka dan memasukkan spaghetti ke dalam panci.

"Masak apa?" Tristan berbasa basi setelah berhasil mengeluarkan susu lalu menuangkannya di dalam gelas berukuran besar.

"Aglio olio."

Rasa bosan pasti mengalahkan Kaia. Dia mungkin sudah terlalu lama berdiam di dalam kamar beberapa waktu yang lalu. Sebelum cedera, Kaia paling anti bertemu dengannya di tempat yang sama. Ia tidak pernah melihat Kaia memasak di dapur, dia hanya menemukan tanda-tanda aktivitas Kaia di dapur melalui sampah di tong sampah, isi kulkas yang berkurang atau lauk yang ada di atas meja ketika ia pulang ke rumah. Tapi Kini wanita itu dengan nyaman berdiri di dapur, dengan wajah berkerut bingung memikirkan – mungkin – bagaimana bisa ia mencacah bawang putih dengan tangan kirinya. Atau – mungkin – menyesali keputusannya untuk memasak karena hal itu mustahil dilakukan tanpa tangan kanan – jika kau tidak kidal. Apa pun itu, Kaia sudah nyaman berada dalam jarak dekat dengannya tanpa merasa terganggu.

Setelah puas memeriksa ponsel, menghabiskan segelas susu dan menyimpan kotak susu kembali ke dalam kulkas. Tristan merampas pisau yang di pegang Kaia lalu mencacah bawang putih dalam waktu beberapa puluh detik.

"Aku nggak minta bantu!"

Tanpa mendengarkan kalimat Kaia, ia memeriksa spaghetti yang sudah cukup lama mendidih di dalam panci. Ia mengambil satu helai lalu menekannya. Ia melirik Kaia, "al dente..." ucapnya.

Tristan mengangkat spaghetti itu dan membilasnya dengan air dingin.

Dan acara masak Kaia berubah menjadi penonton yang menatap tak suka pada Tristan yang merecokinya. Dia sudah bersemangat membeli semua bahan mentah untuk bisa memasak kembali dan yang ia dapatkan hanyalah tatapan cemooh dari pria itu. Beberapa saat yang lalu ia mencoba untuk memasak spaghetti itu sendiri namun menjerit setelah ia hampir kembali mencelakai tangan kanan yang ia paksa untuk mengaduk spaghetti di wajan. Tristan kembali merebut spatula itu dan berhasil menyelesaikan masakan dengan sempurna.

"Aku yakin kamu bisa makan sendiri?"

Kaia mendiamkan komentar itu lalu menikmati pastanya yang memang sengaja ia buat untuk satu porsi. Tristan meninggalkannya untuk mandi. Pria itu selalu berangkat kerja sekitar pukul 7 sampai 9 pagi. Mungkin tergantung klien yang akan dia temui di studio.

Kedamaian Kaia kembali terusik ketika ponsel Tristan yang tertinggal di atas meja makan berbunyi. Bukan cuma sekali, namun berulang kali dengan jeda yang hanya beberapa detik. Telepon yang masuk bukan dari nomor yang sama. Belum lagi notifikasi chat yang masuk berbunyi puluhan kali. Apa ada hal penting? Apa Tristan melupakan janjinya pagi ini? Apa pun itu kelihatannya adalah sesuatu hal yang mendesak.

Dilema antara menerima telepon atau mengabaikannya, Kaia memandangi ponsel yang terus bergetar. Meski mengganggu, ponsel itu tetap bukan miliknya. Semua tahu bahwa ponsel adalah benda pribadi yang tidak seharusnya disentuh orang lain. Walau dalam hal ini dia adalah istri Tristan, dia lebih terasa seperti orang asing.

Tepat di saat Kaia memutuskan untuk menerima telepon itu, Tristan keluar dari kamar mandi. Dengan handuk yang terbalut di pinggang dan rambut basah. Kaia baru akan memanggil Tristan ketika ponsel itu kembali berteriak minta diangkat. Tristan yang tadi akan menaiki tangga berbalik kembali ke meja makan. Menerima telepon.

"Ya, ini aku."

Belum sampai satu menit Tristan berbicara di telepon itu, namun Kaia bisa melihat perubahan wajah pria itu. Yang awalnya datar kini berubah menjadi panik. Setelah memutuskan sambungan telepon ia langsung berlari menaiki anak tangga. Pintu ruang kerjanya berdebum keras karena dibanting.

Sesuatu yang buruk pasti terjadi. Kaia setengah mati penasaran namun ia hanya duduk dan menghabiskan makanannya. Klepon pasti lapar sekali huh. Ia meraba perutnya, tanpa disadari matanya kembali menatap ke arah pintu yang tertutup. Lima menit kemudian, Tristan keluar dari pintu itu dengan pakaian – yang Kaia yakin diambil sembarangan – kasual yang biasa ia pakai bekerja. Rambutnya masih basah, kemejanya belum terkancing sempurna. Ia memegang parka berwarna cokelat muda dan ransel di tangan. Kaia di sisi lain hanya bisa menyaksikan tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia bisa merasakan kepanikan Tristan.

Tristan menyambar kunci mobil di atas meja kopi.

"Aku pergi!" katanya cepat.

"Ada apa?!" tanya Kaia lebih cepat, suaranya memekik tertahan.

"Bukan apa-apa, telepon aku kalau kamu memerlukan sesuatu."

Dan Tristan pergi.


Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 11.6K 30
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
656K 58.8K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...
7M 48K 60
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
581K 4.6K 24
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...