D and A (TAMAT)

By Adellelia

98K 7.1K 260

D untuk Davino Luca, dan A untuk Alluna Lewis. Bagaimana jika Davino yang selama ini selalu bersikap dingin d... More

Prolog
Part 1 - Toilet
Part 2 - First Kiss
Part 3 - Manis
Part 4 - Bangsat
Part 5 - Diam Diam Suka
Part 6 - Dia Yang Dingin
Part 7 - PERSAINGAN HATI
Part 9 - You're Mine Luna
Part 10 - Be My Valentine
Part 11 - Gantung
Part 12 - Jadian
Part 13 - Pacar Rahasia
Part 14 - Teman?
Part 15 - Sabar Seluas Samudera
Part 16 - Sakitnya Satu Sama
Part 17 - Emosi Remaja
Part 18 - Puncak dan Hujan
OPEN PRE-ORDER
OPEN PRE-ORDER
INFO PENTING
PROMO PDF (24-25 Mei)
Ready on Karyakarsa
Ready Google Playbook
FLASH SALE Hari Ini
PROMO 10.10
FLASH SALE! 31/10
FLASH SALE 12.12
Promo Karyakarsa

Part 8 - Api Cemburu

3.5K 339 4
By Adellelia

===========
Karya ini hanya di publish di Wattpad dan Storialco. Jika kalian membaca karya milik saya, Adellelia di platform selain Wattpad dan Storial, berarti kalian membaca karya bajakan.
===========

I've been drinking
I get filthy
when that liquor get into me
I've been thinking
Why can't I keep my fingers off you, baby?
I want you, na na
~ Drunk in Love - Beyonce ~
****

Davino membuka video yang Mysha kirimkan kepadanya. Kedua matanya terbelalak. Di dalam video yang sedang berputar itu terlihat bagaimana wajah cantik Alluna merona. Bagaimana interaksi yang gadis itu lakukan dengan pria ingusan yang katanya menaruh hati pada Alluna terjadi seperti adegan film-film roman picisan yang selalu Davino benci. Terlihat begitu klise dengan alur cerita yang begitu mudah ditebak. Namun kali ini, Davino tidak ingin menebak apa yang dilihatnya. Sesuatu dalam hatinya terasa ingin meledak.

Walau pagi tadi hatinya sempat kebat kebit saat adik kurang ajarnya mengatakan bahwa Audy ingusan itu belum menyerah untuk mendapatkan Alluna. Tapi sifat egonya mengatakan bahwa hal tersebut bukan masalah. Toh, dirinya dan Alluna memang tak punya hubungan apa-apa. Alluna hanyalah teman Mysha, adiknya, tidak lebih.

Bukankah memang begitu? Tapi kenapa saat ini, hatinya tak tenang? Alluna Lewis, gadis itu hanya boleh memujanya. Hanya Davino Luca seorang.

Tanpa pikir panjang Davino bersiap. Lengkap memakai jaket kulit dan sepatu kulit Doc. Martin hitam yang senada dengan warna jaket kulitnya, pria itu mengendarai motor Ducati miliknya cepat. Menembus jalanan kota Jakarta menuju bioskop dimana Alluna berada.

***

"Mau kemana?" Tanya Audy kala Alluna berdiri dari tempat duduk. Padahal film yang mereka saksikan masih belum selesai.

"Gue pipis dulu ya, Dy!" Bisik Alluna. "Kebelet."

"Mau gue antar?" Tawar Audy. Alluna menggeleng.

"Nggak usah. Gue bisa sendiri." Tolaknya lalu segera melangkah keluar dari ruangan bioskop.

Untungnya Toilet wanita sepi, Alluna segera memasuki salah satu bilik mengunci pintu lalu menuntaskan panggilan alam yang begitu menuntut intinya sedari tadi. Alluna tak sadar, bahwa tepat setelah dirinya memasuki toilet, seorang pria mengikutinya lalu menunggu di dalam sana, setelah mengunci pintu utamanya.

"Sudah selesai buang airnya?" Sebuah suara mengagetkan Alluna sedetik setelah dirinya keluar dari bilik toilet. Berjalan menuju wastafel dengan cermin besar dihadapannya.

Gadis itu menghentinkan langkahnya, lalu segera memalingkan wajahnya ke asal arah suara tersebut. Dan begitu terkejutnya Alluna saat mengetahui pemilik dari suara itu. Davino Luca.

Ya Tuhan, sedang apa pria itu disini? Eh, tunggu ... di dalam toilet wanita? Tidak. Tidak. Alluna pasti sedang berhalusinasi. Pikirnya.

"Ka .. kak Davi?" Alluna terbata.

"Hallo, Luna." Sapa Davi. Sebuah seringai menakutkan terbit dibibir tipis Davino. Pria itu berjalan mendekat ke arahnya.

Alluna meneguk salivanya susah payah. Dirinya ingin sekali melangkahkan kakinya kebelakang, namun sepertinya tubuhnya terhipnotis. Mendadak kaku menerima aura Davino yang begitu mendominasi.

"Kak Davi, kok bisa disini?" Tanyanya bingung. "Ini kan toilet perempu--"

"Kamu bukannya tadi mau cuci tangan, Luna?" Tanya Davino. Memotong ucapan Alluna dengan begitu santai. Seperti tanpa ada yang salah pada situasi mereka saat ini.

"I .. iya, Kak." Alluna mengangguk kikuk. Dipaksakannya kedua kakinya untuk kembali melangkah ke arah wastafel yang tadinya mau dituju.

Kran air dinyalakan. Alluna membasahi kedua tangannya. Tatapannya tak lepas dari tatapan elang Davino yang seakan ingin menerkam dirinya. Mereka bertatapan melalui cermin besar yang ada di hadapan mereka. Hingga akhirnya, tubuh besar Davino berada tepat dibelakang tubuhnya.

Tubuh mungil Alluna dihimpit, kedua lengan Davino diletakkan di pinggiran wastafel, dikedua sisi tubuh Alluna. Davino Mengurung gadis itu dalam kungkungannya.

Tubuh Alluna lemas bukan kepalang, jantungnya berdegup begitu hebat. Wajahnya panik kala tanpa melepas tatapan mereka berdua di depan cermin, Davino menempelkan wajahnya pada wajah Alluna. Membuat nafasnya tertahan kala merasakan hembusan nafas hangat Davino diwajahnya.

"Kak ... Davi ...." lirih Alluna. Gadis itu berusaha menjauhkan wajahnya dari wajah Davino namun tentu saja tangan kekar Davino menahannya. Satu tangan Davino memaksa wajah Alluna agar mendongak dan mengarahkan bibir mungil Alluna pada dirinya. Satu detik kemudian tanpa persiapan, bibir mereka berdua sudah bersatu dengan begitu sempurna.

Ciuman ketiga Alluna. Ciuman ketiga Alluna yang lagi-lagi diambil paksa oleh Davino Luca. Pria yang katanya hanya menganggap Alluna hanyalah teman adik perempuannya.

Tubuh Alluna lemas. Kedua kakinya seperti berubah menjadi jelly. Kedua lengannya mencengkram satu tangan Davino yang membelit tubuhnya. Memeluknya dari belakang. Alluna lemah, sepenuhnya tak berdaya dan bersandar pasrah pada tubuh pria yang sedang menjamah bibirnya dengan begitu rakus saat ini.

Berbeda dengan ciuman yang Davino berikan sebelumnya. Kali ini, ciuman yang Davino berikan begitu menggila. Begitu menuntut. Begitu membuat Alluna terbang melayang.

"Emmphh ... ." Lenguh Alluna. Berusaha melepaskan pagutan bibir Davino pada bibirnya. Nafasnya terengah. Pasokan udara dalam paru-parunya terasa hampir habis.

"Sorry." Balas Davino serak. Tatapannya berkabut menatap Alluna yang terlihat begitu menggairahkan dengan wajahnya yang merona.

"Kak Davi, kenapa?" Lirih Alluna pelan. "Itu ciuman ketiga Luna." Lirihnya lagi, dengan tatapan sayu. Satu alis Davino naik merespon ucapan Alluna.

"Audy belum pernah menciummu?" Tanyanya memastikan. Alluna menggeleng.

"Baru Kak Davi yang pernah mencium Luna." Jawabnya jujur.

"Kalau begitu, ini akan menjadi yang keempat." Ucap Davino. Dan sebelum Alluna dapat mengerti apa yang pria itu katakan, bibirnya sudah kembali dilumat oleh Davino.

Davino membalik tubuh Alluna menjadi menghadapnya tanpa melepaskan pagutannya pada bibir Alluna yang begitu membuatnya candu. Alluna pasrah. Membiarkan apa yang dilakukan oleh kakak lelaki Mysha, sahabatnya.

Alluna mencengkram kedua bahu Davino kala merasakan tubuhnya diangkat lalu didudukkan dimeja wastafel dibelakang tubuhnya. Kedua kakinya terbuka kala Davino memposisikan tubuhnya diantara kedua kakinya.

Alluna memeluk leher kokoh Davino erat kala pria itu semakin memperdalam ciumannya pada bibirnya. Begitu kelabakan mengimbangi gerakan bibir Davino yang melahap bibirnya begitu rakus. Membelit lidahnya dan mengabsen seluruh bagian mulutnya.

Kedua lengan Davino bergerak naik turun pada punggung Alluna. Membelai rambut panjangnya yang tergerai lembut. Hingga akhirnya, kembali Alluna memaksa Davino untuk melepas bibirnya saat lagi-lagi dirinya kehabisan nafas.

Wajah mereka bertatapan begitu dekat. Nafas mereka berdua menderu. Kedua mata Alluna mengerjap beberapa kali, tak tahan dengan pesona memabukkan saat melihat wajah rupawan yang berada dihadapannya.

"Jangan dekat-dekat dengan Audy lagi." Bisik Davino dengan suara parau.

Kedua matanya menatap wajah cantik Alluna. Kedua mata bulat yang menggemaskan. Bibir merah muda yang basah dan mengkilap karena ulahnya. Bibir itu, setengah terbuka karena mengatur nafasnya.

Damn it! Davino ingin sekali lagi melumat lapisan merah muda itu yang terasa begitu lembut dibibirnya.

"Kenapa?" Alluna bertanya polos. "Kenapa Luna nggak boleh dekat-dekat dengan Audy?" Tanyanya menuntut.

"Karena aku nggak suka." Jawab Davino serak.

Oh Em Gi!

Ya Tuhan! Rasanya Alluna ingin sekali bersorak mendengar pengakuan Davino barusan. Tapi tentu saja dirinya harus menahan senyumnya dan perasaan bahagia yang menderanya.

Tetap mempertahankan wajah polosnya, Alluna kembali berkata, "Kenapa Kak Davino nggak suka Luna dekat-dekat Audy? Memangnya kenapa? Audy baik kok sama Luna." Alluna sengaja memuji Audy dihadapan Davino. Membuat rahang pria itu terlihat mengetat. Menahan emosinya.

"Dan, kenapa Kak Davi cium cium Alluna lagi?" Tantangnya dengan begitu berani. Menunggu jawaban dari pria yang sedang menatapnya membisu itu.

BERSAMBUNG

*******

Di upload di Storialco pada 2 Februari 2020.
Di upload di Wattpad pada 27 Juni 2020

Yang penasaran dengan lanjutannya, langsung saja ke Storialco ya. Sudah sampai part 23 disana. Di Wattpad saya hanya akan update sampai part 17.

See you.

Follow me on IG at Adellelia.novel.
Follow me on Storial at Adellelia
Jgn lupa follow akun Wattpad saya, Adellelia.

Love,
Adellelia

===========
Karya ini hanya di publish di Wattpad dan Storialco. Jika kalian membaca karya milik saya, Adellelia di platform selain Wattpad dan Storial, berarti kalian membaca karya bajakan.
===========

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 41.6K 33
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.1M 47.4K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
621K 27.1K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.6M 38.8K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...