Detik Terakhir [END]

By BudakVinshan

169K 13.3K 2.5K

Dua perempuan yang dipertemukan untuk saling mencinta. Ini takdir. Dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka... More

Hari Itu
Pulang pulaaang
Asam-Manis
Adem Shani-Adem Viny
Ketemu Mantan
Bubar!
Internship merusak
Gina!
Berpaling
Sama Aja
Surabaya
Menanti
Kejadian di Pesawat
Galau di Tahun Baru
Galau di Tahun Baru II
Jakarta Banjir
Ke-Gap Berduaan
Kakak Selalu SIBOOOK
Cantik
Calon Menantu Kesayangan
Yang Ditunggu-tunggu
Rapsodi
Handshake kuy!
Kakak
Shani
Produktif I
Produktif II
Shani Jomblo Sehari
Gracia Jadi Rebutan
ShanDay
Badmood mode
Terakhir
The Day
Terbaik
Ada-ada Saja yang Seadanya (?)
Graduation Day is Coming
Graduation Day is Coming II
heheh
Shani kamu kenapa?
Terima Kasih
Sakit
Prahara Rumah Tangga
Perang Dingin
Ditinggal
Pisah
Sosial Distancing
Baiklah
Kosong
Canggung
Beb
Kyusen Kyotei
hello
mulai dari awal
Maaf, Kak.
Penyesalanku
Kembali?
Nggak Kenal
Shani
I
II
Di Tengah Perjalanan
HBD GEGE
Teaser
Retak?
CLBK
You're The One
II
H-1 PSBB
Detik Terakhir
samlekomm
Epilog
DETIK TERAKHIR PART II
Terima Kasih
Sapa
Viny Tega
Diam-Diam Peduli
Kebingungan
Keputusan
Keputusan Masih Akan Berlanjut
Keadaan Berbalik
Diskusi
Go Public??
Solusi
Hari Baru?
Becca
Kok bisa?
Lidya!
Do you remember?
Harus Bagaimana?
Mak Comblang
Gimana, Shan?
Sebenarnya aku kenapa?
Viny Dilema
Putus asa?
Thinking of You
Mengulang Kembali
Aku harus pilih siapa?
99. Endless Love

Perasaan tidak enak, Si Putri Duyung Cinta

1.3K 132 54
By BudakVinshan

Sejujurnya Shani masih sangat menyayangi Viny. Dia menyadari perubahan Viny yang tidak terlalu over protective akhir-akhir ini.
Tapi dia dibuat pusing dengan kelakuannya sendiri. Dia dibuat bimbang dengan perasaannya.

Beby. Shani sudah jatuh ke dalam hati kaptennya itu. Perlakuan manis untuknya, sifat konyolnya, dan keramahan pada semua member membuat Shani semakin kagum. Dia tidak tahu harus bagaimana. Terpaksa harus menjalani apa yang ada saat ini.

"Kok aku pengen ke Kak Viny ya." Monolog Shani yang masih betah di atas kasurnya.

"..Iyadeh. Pengen ngasih surprise." Lanjutnya kemudian bergegas ke kamar mandi untuk mulai bersiap-siap.

***

Tepat pukul 10.00, Shani sudah sampai di rumah Viny diantar oleh Henri, kakaknya.
Dia melihat ke sekeliling, mobil hitam Viny tidak ada. Apa Viny pergi? Batin Shani.

Namun tidak perlu berlama-lama Shani langsung mengetuk pintu dan bertemu dengan Mama Viny.
Tentunya mereka langsung berpelukan melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu.

"Kak Viny pergi ya, Mah? Kok mobilnya ga ada?" Tanya Dhani ketika sudah duduk di sofa.

"Mobilnya dipake Viddy. Viny di atas kok. Gih samperin." Ujar Mama dengan lembut.

"Yaudah aku ke atas ya. Oh iya ini ada kue buat Mama."

"Wahh pake repot-repot. Makasih ya cantik." Mama Viny tersenyum lebar kagum akan keramahan dan kesopanan Shani. Di mata sang Mama, Shani memanglah teman Viny yang paling 'kalem' yang pernah beliau kenal.

"Iya sama-sama, Mah. Aku ke atas ya."

Shani segera berjalan menaiki tangga menuju kamar Viny. Terlihat pintunya yang sedikit terbuka membuat Shani penasaran dan mengintipnya terlebih dulu.
Ternyata Viny sedang berkutat dengan hobinya akhir-akhir ini. Pantas saja dia tidak memberi kabar pada Shani.

"Hai." Sapa Shani singkat membuat Viny menoleh dan menunjukkan wajah  cengonya. Dia sedikit mendongakan kepalanya untuk melihat Shani karena matanya tertutup poni. Lucu sekali.

Namun setelah sadar bahwa itu Shani, Viny langsung teriak kegirangan karena Shani tidak memberitahu akan ke rumahnya.

"Iiii, Shaniii. Kok udah di sini ajaa!" Viny bangkit dari duduknya dan merentangkan tangan untuk memeluk Shani.

Shani pun membalas pelukan Viny, "Hehe gantian surprise."

"Kan kemaren aku bilang dulu walaupun udah di jalan. Eh kesini naik apa?"

"Sama Koko tadi tenang aja." Jawab Shani yang masih betah berada di ceruk leher Viny karena Viny pun tidak mau melepaskan tangannya dari pinggang Shani.

Sebenarnya, apa tujuan Shani ke rumah Viny tiba-tiba? Apa dia memang merindukan Viny? Atau dia mempunyai firasat bahwa ini akan menjadi pertemuan terakhir selama mereka berpacaran? Dalam arti lain, Shani memilih Beby?

"Kakak sibuk apasii? Pasti belum mandi yaa?" Tanya Shani penasaran sambil menoel-noel hidung Viny.

"Oh iya, ini lagi kelarin pesenan orang-orang. Sini." Viny menarik tangan Shani ke tempat tidurnya.

"Bagus. Aku pengeen. Ajarin, boleh?"

"Boleeh. Ntar aku bikin juga buat kamu yang spesial. Di baju deh, mau?"

"Mauu!" Viny tersenyum lebar dan langsung menciumi pipi Shani yang duduk di sebelahnya. Menggemaskan sekali jika Shani-nya seperti ini.

Akhirnya Viny pun mengajari Shani bagaimana cara membuat embroidery. Dengan teliti Shani memperhatikan jari lentik Viny yang menunjukkan keterampilannya dalam berseni.

Dia juga mencuri-curi pandang dan sesekali menatap wajah serius Viny yang masih menjelaskan padanya. Di hatinya kembali terbesit rasa bersalah akan kelakuan sendiri akhir-akhir ini.

Tangan Shani bergerak mengelus tangan Viny yang masih sibuk menusukkan jarum pada kain. Otomatis Viny memberhentikan kegiatannya dan menatap Shani heran, "Kenapa?"

Tanpa babibu, Shani memeluk Viny dari samping dengan sangat erat. Viny sangat dibuat bingung olehnya. Ada apa dengan Shani-nya itu?

"Kamu kenapa sayang?" Elus Viny pada rambut Shani dengan wajah yang terlihat kebingungan.

"Gapapa aku kangen. Gini dulu ya."

'Ada apa, Shan? Kenapa firasat aku gaenak.' Batin Viny.

Terbesit rasa aneh dalam diri Viny. Dia bingung akan perasaannya akhir-akhir ini. Merasa hubungannya akan renggang, tapi Shani malah semakin mendekat seperti ini. Tidak ada tanda-tanda Shani menjauh. Namun pikirannya selalu dipenuhi oleh ketakutan-ketakutan yang sangat ingin dia hindari. Sangat tidak masuk akal.

Perlahan Shani merenggangkan pelukannya namun beralih menempelkan bibirnya ke pipi Viny, "Sayang mandi gih."

Menenangkan sekali jika Shani sudah memanggilnya 'sayang'. Apalagi dengan perlakuan seperti ini. Membuat darahnya berdesir. Karena sangat jarang Shani melakukan itu.

"Ntar dulu ya aku lagi males. Masih tetep wangi ini haha."

"Bukan gitu masalahnya." Shani menjauh dan memainkan ujung kaosnya.

"Terus?"

"Aku.. Pengen jalan-jalan." Ujar Shani ragu.
Hal itu membuat Viny tertawa. Padahal biasanya dia selalu bilang jika ingin mengajak pergi tanpa ada rasa sungkan. Mungkin karena melihat Viny yang sibuk berkutat dengan hobi dan skripsinya.

Viny menyingkirkan alat-alat embroidery dan semakin mendekati Shani, "Kenapa pake nunduk gitu ih ngomongnya? Ayok kalo mau jalan. Mau kemana sii?"

Shani tersenyum malu, kemudian memeluk Viny dan membawanya untuk berbaring. Memeluk dengan perasaan gemas sekaligus bersyukur karena mempunyai Viny yang sangat pengertian.

Viny merenggangkan pelukannya terlebih dulu, "Kamu kenapa sih gemesin, hm? Meluk-meluk mulu ih gak biasanya."

"Jadi gamau nih?"

"Ya mau dong. Aku seneng malah." Viny kembali memeluk dan menciumi pipi Shani.

"Kakak.."

"Hm? Kenapa?"

"Kakak sayang gak sama aku?" Pertanyaan Shani membuat Viny mengernyitkan dahinya.

"Kok nanyanya gitu sih? Sayang aku ke kamu tuh paling besar, lebih dari siapapun. Mulai sekarang aku bakal ngertiin kamu, ngertiin kegiatan kamu, dan aku gamau berpikir negatif lagi sama kamu. Aku percaya sama kamu kalo kamu gak akan ninggalin aku. Kamu baik, Shan. Aku percaya itu."

Deg!

Rasa bersalah Shani semakin besar mendengar itu. Rasanya ingin menangis karena perasaan membingungkannya. Siapa yang harus dia pilih? Dia tidak bisa terus-terusan menjalani hubungan dengan dua orang. Walaupun saat ini Beby masih belum resmi menjadi kekasihnya. Namun, Beby juga memperlakukannya dengan lembut. Sama seperti Viny.

"Hey, kok nangis?"

"Ah, gak kok gak nangis. Aku, terharu aja."

Viny tersenyum, "Yaudah aku mandi dulu ya. Abis itu kita jalan."

Viny bergegas ke kamar mandi. Shani masih terus uring-uringan. Dia meraih ponselnya dan membuka pesan dari satu orang, Beby.

Kak Beby

Good morning

Udah bangun belum?

Ih kesiangan ya?

Hei kok belum bales juga

Canii

Sayang

Lagi sibuk ya?

Yauda deh.

Begitu banyak isi pesan dari Beby. Shani tidak enak dan merasa kasihan karena Beby selalu dia duakan. Ya mau bagaimana lagi? Memang Viny lah yang lebih dulu hadir.

Sebenarnya Shani ingin selalu membalas pesan Beby, namun dia harus berjaga-jaga agar Viny tidak mengetahuinya. Shani takut jika lama-lama Beby akan muak dengan perlakuannya. Namun di sisi lain, Shani juga takut jika Viny tahu.

Maaf banget ya kak. Aku lagi di rumah Kak Viny dari pagi.

Maafin aku

Ini aja dia lagi mandi makanya aku buka hp

Kak Beb

Hmm susah ya jadi yang kedua

Iya gapapa kok aku ngerti

Tapi, aku pengen resmiin hubungan kita Shan

Aku gamau nutupin lagi

Kak tapi gimana kalo dia tau??

Gatau Shan aku bingung

Dari waktu itu aku bilang lebih baik aku ngejauh. Tapi kamu nahan aku.

Maafin aku kak. Aku juga bingung harus gimana. Besok latihan, jadi kita bisa ketemu. Aku nanti minta dianter koko aja

Aku izin jalan sama Kak Viny hari ini. Kamu jangan lupa makan ya. Love you

Hmm iya

Love you too.

"Hahhh, ya ampuun! Aku harus gimanaa??" Monolog Shani sambil mengcak-acak rambutnya.

Viny yang baru saja keluar dari kamar mandi pun menatapnya heran.
Ada apa dengan Shani? Terlihat sangat frustasi tapi dia selalu pintar menutupi itu. Mungkin pelukannya akhir-akhir ini untuk mendapatkan ketenangan melalui Viny.

"Shan, kamu kenapa?"

"Eh, ah gapapa, Kak. Akuu, rada capek ngafalin lirik setlist baru. Susah hafalnya."

Viny menghampiri Shani, "Semangat ya. Aku yakin kamu bisa kok. Kamu siap-siap gih terus kita jalan."

~

"Shan, bangun udah nyampe."

"Shani.." Viny menepuk pelan pipi Shani, namun tidak bangun juga.

'Gemesin banget sih nih anak. Gue fotoin deh buat koleksi.' Batin Viny tersenyum jahil lalu mengambil ponselnya dan membuka kamera.

"Eunghhh.." Shani mulai membuka mata. Pergerakannya terhenti ketika melihat Viny tepat di depannya, "Kakak ngapain? Eh uda nyampe ya."

"Bangunin kamu. Ngantuk banget ya? Semalem begadang lagi?"

"Ng–gak begadang. Cuma, gatau ngantuk banget."

Viny menggelengkan kepalanya, "Yaudah yuk turun pake maskernya. Aku udah laper nih."

"Eh bentar, aku mau touch up dulu." Shani langsung merapikan rambutnya yang berantakan dibantu oleh Viny. Kemudian mengambil lipstik dan bedak untuk memoles kembali wajah ayunya.

Setelah itu mereka pun turun dari mobil dan memasuki sebuah mall di kawasan Jakarta Pusat. Akhirnya setelah berbulan-bulan mereka kembali menginjakan mall tersebut. Tidak begitu ramai karena mungkin masih banyak orang yang takut dan memilih berdiam di rumah.

Ketika memasuki restoran Sushi Tei, mereka berdua dikejutkan oleh salah satu temannya yang juga berada di situ. Dia sedang duduk bersama kedua adik dan orang tuanya.

"Loh, Ge??"

Gracia menoleh dan langsung tersenyum kegirangan, "Cici? Ka Inyi?? Wiii di sini jugaa!"

"Hai, Gege. Halo Om, Tante." Sapa Viny.

"Kalian dari mana?"

"Dari rumah langsung ke sini. Yaudah kita duduk sana dulu ya, Ge. Nanti kamu gabung aja kalo mau."

"Mmm.. Sekarang aja deh. Mah, Pah, boleh ya aku gabung ke mereka." Ujar Gracia pada kedua orang tuanya dengan ekspresi memohonnya.

Pasalnya orang tua Gracia sangat protective. Dia takut jika tidak diperbolehkan karena niatnya untuk quality time. Namun karena itu Shani, dan orang tua sudah hafal dengan kedekatan mereka dan sifat baik Shani, akhirnya diperbolehkan.

"Iya boleh kok. Kan sama Shani." Ujar sang Mama lembut.

"Yeay makasih, Mah. Yuk Ci, Kak."

"Haha dasar, Gege."

~

"Eh iya, Ci. Tadi abang nanyain Cici ke aku." Ujar Gracia membuka obrolan ketika sedang menikmati sushi. Yang dimaksud Gracia adalah Beby. Karena dia memanggil Beby dengan sebutan 'abang'.

Viny yang sedang asyik menyantap makanannya pun langsung berhenti mengunyah dan melirik ke Gracia kemudian beralih ke Shani.

"O–oh ya? Nanya apa?" Shani bertanya sedikit ragu karena ada Viny di sebelahnya.

"Nanya katanya Cici kemana kok ga bales chat dia. Padahal aku juga jauh sama Cici, kan aku di planet. Eh ternyata ketemu di sini hehehe" Dengan entengnya Gracia menjelaskan itu.

Ya karena memang dia mengira bahwa Shani dan Beby sudah tidak ada hubungan apapun. Dan dia tahu Viny sudah tidak ada masalah jika Shani dekat dengan Beby karena masalah waktu itu sudah selesai.

"O–oh gitu. Iya aku belum sempet buka hp sih.. Eh Ge, nih mau ga sushi aku. Aku kenyang." Tawar Shani sedikit mengalihkan pembicaraan. Karena dia tidak mau Gracia terus membahas Beby di depan Viny.

"Aku juga kenyang, Ci. Kak Viny tuh."

"Ah gak deh. Ini aja belum abis. Emang kamu kenapa, Shan? Katanya tadi pengen banget sushi."

Shani terlihat gugup, "Ee.. hehe gapapa tiba-tiba kenyang aja. Kak, aku ke toilet dulu ya."

Viny hanya tersenyum dan mengangguk. Perasaannya mulai tidak enak. Dia kembali berkutat pada makanannya walaupun hanya dipandangi saja.

"Kak, kok diem mulu dari tadi?" Ujar Gracia menyadarkan Viny.

"Gapapa, Ge. Tiba-tiba gak mood aja."

"Gara-gara bahas abang?" Tebakan Gracia tepat. Namun Viny segera mengelaknya.
"Hah? E–enggak kok. Gatau nih kenapa."

Bagaimana tidak mengelak. Dia sendiri pun tidak tahu ada apa dengan dirinya. Dia tidak ingin mengira Beby penyebabnya karena benar-benar ingin berpikir positif pada Shani. Tapi kenapa mendengar namanya saja sudah membuatnya tidak bersemangat.

"Cici suka aneh akhir-akhir ini."

Viny mengernyitkan dahinya heran, "Aneh gimana?"

"Dia kaya sering keliatan gelisah gitu kalo aku liat-liat pas latihan. Sering ngelamun juga. Kenapa ya, Kak?"

"Aku juga gatau. Sejauh ini kalo sama aku baik-baik aja. Malah sering meluk-meluk gitu kalo ketemu. Ya ga biasanya gitu juga sih. Cuma dari ekspresi dia ga ada yang aneh. Aku mikirnya dia kangen aja karena lama ga ketemu hehehe."

"Yahh Kak Viny malah pamer keuwuan. Padahal aku uwuphobia nicch." Gracia mengerucurkan bibirnya. Semakin terlihat seperti anak kecil.

"Haha mulai deh alaynya. Maaf deh. Kan aku cerita yang sebenarnya aja."

Sementara di toilet, Shani tidak berniat untuk buang air, melainkan mengangkat telfon dari Beby.

"Halo, Kak."

"Kamu di mana?"

"Aku lagi makan sama Kak Viny. Kan tadi aku udah bilang. Untung aja gak ketahuan dia kalo Kak Beby nelfon."

"Huh, yaudadeh. Besok kita harus ngobrol pas break atau setelah latihan."

"Iya Kaak. Ngomong aja. Tapi, jangan sampe ketahuan anak-anak ya. Pokoknya biar ngira kita ini ga sedeket ini."

"Emang kenapa sih?? Dulu aja Viny blak-blakan deketin member lain. Gaperlu takut gini lah."

"Kak Beby gak ngerti sama perasaan aku. Please. Aku belum siap yang lain tau."

"Yaudalah. Aku mau tidur dulu. Have fun."

"Kak, Kak Beby! Hahhh"

Shani terdiam setelah Beby memutuskan sambungannya sepihak, memikirkan kalimat yang Beby lontarkan. Namun tersadar karena pasti Gracia dan Viny sudah menunggu, akhirnya segera keluar dari toilet. Rasa bingung kembali muncul. Dia belum berhasil menemukan solusinya. Dia tidak nyaman di posisi seperti sekarang, tapi dia seolah-olah terjebak. Ditambah sifatnya yang tidak enakan dan pemikir, membuatnya semakin lemah untuk menemukan jalan keluarnya.

Segini dulu maaf gaje. Kayanya 3 atau 4 part lagi kelar. Nunggu klimaksnya dulu hehe





Continue Reading

You'll Also Like

96.9K 13K 19
Kisah sepasang kekasih yang baru menikah dan sebuah kelompok rahasia yang harus dihadapkan dengan kasus rumit. Dibenturkan dengan teori rasional dan...
288K 22.3K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
2AM I By ebisidi

Mystery / Thriller

264K 44K 58
- Tidak ada kejahatan yg sempurna - sebuah tragedi kelam yg meninggalkan bekas luka dan trauma yg cukup mendalam, saksi bisu ketidakadilan dan cara k...
157K 14.2K 20
[On Going] "Setiap Harinya keajaiban di mulai saat matahari terbit, dan semoga aku bisa menjadi keajaiban yang membawa kamu bahagia" - Aran Alka...