[S1] Enigma ft Hwang Hyunjin

By zyrurui

57.3K 11.5K 3.3K

Farel, lelaki berusia tiga puluh enam tahun yang berprofesi sebagai dokter kandungan. Lima belas tahun yang l... More

开始 ❤️
一 | Sore itu
二 | Dua Orang Asing yang Dipertemukan Kembali
三 | Makan Malam yang Tidak Diinginkan Farel
四 | Pelukan di Dalam Bioskop
五 | Salah Orang
六 | Hari Sial
七 | Namanya "Mas"
八 | Niat Terselubung
十 | Farel Jujur
十一 | Sarapan di Rumah Farel
十二 | Lamaran
十三 | Tipe Idaman
十四 | Ciuman Pertama
十五 | Gara-gara Ciuman Itu
十六 | Minta Izin
十七 | Masalah Hati
十八 | Waktu yang Salah
十九 | Bawa Pulang Farel
二十 | Penolakan Airis
二十一 | Tidak Menyerah
Hello, it's me
二十二 | Pertengkaran
二十三 | Kenyataan Dari Sudut Pandang yang Berbeda
Season 2 is coming soon!

九 | Apakah Aku Jatuh Cinta Lagi?

2.1K 586 256
By zyrurui

Yuk votenya biar aku semangat ngelanjutin ffnya ^___^



Siang hari seperti biasa di rumah sakit. Farel sedang menggunakan probe atau salah satu komponen dari alat USG pada permukaan abdomen seorang wanita hamil. Tindakan yang ia lakukan merupakan salah satu dari kontrol kandungan selama masa kehamilan. Farel fokus menggerakkan probe sembari mengamati monitor USG yang menampilkan gambaran dua dimensi dari isi rahim pasiennya, berupa dua bayi kembar. Sementara pasiennya malah mengamati wajah serius sang dokter.

"Bayinya sehat, ya, Bu Aiko. Jenis kelaminnya juga udah diketahui. Mereka berdua kembar identik, laki-laki," kata Farel sembari menunjuk layar monitor.

"Mereka ganteng gak?" tanya sang pasien yang bernama Aiko. Tentu saja langsung mengundang gelak tawa dari Farel.

Bagaimana kelihatan wajahnya kalau hanya dua dimensi? Kalau USG yang digunakan menggunakan sistem tiga atau empat dimensi, wajah anak-anaknya bisa dilihat. Namun, tanpa menggunakan USG yang demikian, Farel sudah dapat memprediksi wajah anak pasiennya. Wajahnya tampan, secara papanya tampan. Si Alen, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.

"Ganteng, kok. Bapaknya aja udah ganteng," celetuk Farel sembari melirik ke arah Felix yang menampilkan raut wajah masam. Felix dongkol karena Aiko selalu memperhatikan Farel.

Tidak tahu diri bumil satu ini. Sudah berbadan tiga, masih saja jelalatan matanya. Untung Felix cinta.

"Ya, kan, dok?" tanya Farel, berusaha mencairkan suasana.

"Iya," Felix menjawab sekenanya. Dalam hati mengamini semoga kedua anaknya tampan seperti dirinya. Sifatnya saja yang seperti ibunya. Sifat sabar dan pantang menyerah. Kalau sifat centilnya, jangan.

Pemeriksaan kehamilan pasien Farel usai lebih cepat karena kondisi kedua janin di perut pasiennya sehat. Farel sempat memberi saran terkait adanya kontraksi, mengingat usia kandungan istri rekan satu rumah sakitnya itu sudah menginjak usia delapan bulan. Di bulan-bulan menuju partum, biasanya sering terjadi kontraksi. Ada dua kontraksi yang biasa terjadi pada ibu hamil. Kontraksi palsu dan kontraksi asli. Yang menjadi pembeda di antara keduanya ialah durasi waktu. Biasanya kontraksi palsu lebih singkat, sekitar beberapa detik lalu hilang. Sementara kontraksi asli durasinya bisa lebih dari satu menit dan frekuensinya tetap.

"Dokter Farel umurnya berapa, kok, kelihatan muda banget?" Aiko bertanya usai konsultasi.

"Saya usianya tiga puluh enam tahun, Bu," jawab Farel sambil senyum tidak ikhlas. Pasalnya dokter Felix sudah memasang aura-aura negatif di hadapannya.

Aiko sendiri menatap Farel dan suaminya bergantian. Wajah Felix dan Farel tidak terlalu jauh perbedaannya, sama-sama ganteng dan flawless. Hanya saja, menurut Aiko, Felix terlihat lebih tua daripada Farel.

"Ayo pulang, ma! Kamu, nih, harus istirahat!" Felix berkomentar saat Aiko hendak bersuara. Suaminya itu lebih dulu berbicara agar tidak membuat Aiko berlama-lama di sini. Felix gerah mendapati sang istri tidak sadar diri.

Aiko merengut, agak kecewa. "Ayo deh,"

"Terima kasih, dokter Farel, sudah memeriksa istri saya. Maafkan istri saya yang ganjen sama dokter," ucap Felix. Aiko langsung mencubit lengan suaminya, sementara Farel tertawa.

"Sama-sama dokter. Maklum, ibu hamil. Saya sudah sering digodain, kok, jadi biasa saja," jawab Farel, yang langsung menimbulkan efek kedongkolan luar biasa di dalam hatinya. Menurutnya Farel itu sedang pamer.

"Dokter Alen juga, dok! Dia sering dideketin sama dokter koas! Padahal sudah punya istri sama calon anak," celetuk Aiko, hendaknya mencari perhatian si Farel.

"Haha, maklum, Bu. Dokter Alen cukup populer di kalangan dokter koas. Soalnya masih muda,"

Aiko langsung tersenyum, menampilkan deretan giginya yang rapih. Ia tersenyum pada suaminya. Bukannya Aiko setuju kalau Felix populer, melainkan karena bangga punya suami cerdas, tampan, kaya dan pintar beragama seperti Felix. Suaminya Aiko itu langsung memalingkan wajahnya. Salah tingkah mendadak.

"Kalau begitu, kami permisi dulu dokter! Terima kasih dan sampai jumpa!" Aiko berpamitan kepada Farel seraya bangun dari kursi. Felix membantu istrinya berdiri dengan benar.

Farel menganggukkan kepalanya. "Terima kasih kembali, bu, dok. Semoga persalinannya lancar,"

"Dadah dokter!" Aiko dengan tidak tahu dirinya melambai dan tersenyum sekali lagi pada Farel. Felix langsung menggiring istrinya keluar dari ruangan Farel dan menutup pintunya agak kencang sampai membuat Farel kaget.

Felix setelah ini tidak akan membawa Aiko periksa ke dokter ganteng lagi selain Dafian. Cukup Aiko ganjen dengan dokter spesialis kandungan yang memeriksanya. Jangan lagi.

Sementara itu. Sepeninggal Felix dan istrinya, Farel tersenyum simpul sambil menggeleng. Sepersekian detik yang lalu ketika mencuci tangannya di wastafel, dokter muda itu membayangkan kalau ia punya istri dan menemani istrinya periksa kandungan. Dia juga membayangkan masa-masa dulu saat Zanel hamil. Ia seperti Felix dan Aiko tadi. Hanya saja, Zanel tidak suka periksa ke dokter spesialis kandungan berjenis kelamin laki-laki. Zanel lebih suka ke dokter yang perempuan. Katanya dia malu kalau orang lain melihat perutnya. Cukup Farel saja.

Farel lalu mendesah pelan. Bayangan yang dibuatnya cukup indah. Namun, susah untuk direalisasikan. Farel masih berlindung di balik trauma masa lalu. Ia tidak yakin bisa menerima kehamilan istrinya kelak.

Baginya lebih baik tidak menikah, daripada mengulang hal yang sama dengan akhir yang sama pula.

Lelaki berbibir tebal itu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Dibukanya roomchat dirinya dengan Galuh. Sedikit tawa untuk menertawai dirinya muncul. Ia tertawa karena malu akibat salah chat orang. Ia baru sadar semalam kalau Galuh dibalik nomor milik Airis.

Farel berpikir lurus saja kalau Airis takut atau segan padanya.

Calon adik ipar
|mas mau dicomblangin g ama mbak?
|kalo mau, hari sabtu ke CFD
|mbak airis sering ke sana

Farel
|boleh
|sama siapa?
|ada dokter bian?

Calon adik ipar
|sendirian kadang
|kalo g ama gw

Farel
|boleh deh

Calon adik ipar
|ettt ga gratis tapi nih

Farel
|kamu mau apa?

Calon adik ipar
|geprek bensu dua
|sambal matah semua

Farel
|oke
|nomornya airis mana?

Calon adik ipar
|untuk nomornya mbak airis harap mas farel gofoodkan nasi pecel pincuk  madiun depan kampus A oke

Farel
|kamu nih gak makan apa gimana?

Calon adik ipar
|mbak airis ga masak :<
|dia pergi kencan sama dokter alam, temennya mas bian

Farel
|oh oke
|habis ini tolong dikirim ya
|mas gofood kan

Calon adik ipar
|siapp bosque
|👤 bu kontrakan 😾

Begitulah isi chat antara dirinya dengan Galuh tadi malam. Isi chatnya hanya sebagian saja, sisanya yang kemarin tidak akan diumbar oleh Farel. Lelaki itu malu. Malu karena sudah mengira Galuh itu Airis.

Puas memandangi kebodohannya dan pemerasan oleh Galuh dengan embel-embel akan di-comblang-kan, Farel menekan kontak Airis di chatroom tersebut. Ia sudah menyimpan kontak gadis itu walau awalnya ragu karena nama kontak yang dikirim Galuh. Kali ini ia mencoba menghubungi Airis. Siapa tahu diangkat dan benar gadis itu.


"Halo?" suara wanita terdengar di seberang sana. Farel kaget sampai tidak sengaja menjatuhkan ponselnya. Benar Airis. Bukan orang lain. Farel kenal suaranya.

"Alhamdulillah diangkat," bisik Farel penuh kelegaan. 

Farel mengusap dadanya sambil menghela nafasnya. Ia lantas menaruh tangannya di dadanya. Detak jantungnya keras dan cepat. Baru kali ini Farel merasakan dentuman dahsyat di jantungnya—seperti dulu saat bertemu Zanel.

"Halo? Maaf, ini siapa?" tanya Airis di seberang sana.

Farel gugup sampai menggigiti jarinya. Saking gugupnya sampai membuat telinganya memerah. Ia menarik nafasnya pelan lalu menghembuskannya.

"H-halo. Ini Airis kan?" tanya Farel setelah cukup tenang.

"Iya. Ini siapa?" jawab Airis sekaligus bertanya. Farel tambah gugup.

"I...ini...mas. Kamu ingatkan?"

Hening.

Airis masih mengingat-ingat tentang Farel, sementara Farel mencengkeram  tisu basah yang tadinya teronggok di atas mejanya. Ia gemas sendiri menunggu jawaban Airis.

"Iya, saya ingat Mas. Ada perlu apa?" tanya Airis setelah beberapa detik penuh keheningan.

"Itu...gak apa, sih. Saya cuma tes nomor kamu aja. Ternyata itu nomor adik kamu." kata Farel sok kalem. Aslinya mau salto gara-gara gugup luar biasa.

"Oh, ya...maaf, Mas. Kemarin saya ngira masnya udah punya istri, jadi saya kasih nomor adik saya. Maaf, mas."

Farel terdiam. Dirinya baru ingat kalau sewaktu memberikan ponselnya pada Airis, wallpaper ponselnya adalah foto pernikahannya dulu. Pantas kalau Airis berpikir demikian. Farel tidak sampai berpikir kesana. Ia terlalu antusias karena kedatangan Airis ke rumahnya.

"Gak apa. Saya sebenarnya duda, Ai." Farel menjawab.

"Terus....?" Airis terdengar meragu.

"Kamu gak masalah sama duda?"

Airis terdiam kembali. Pertanyaan yang dilontarkan Farel membuatnya bingung, ambigu. Ini antara Farel menanyakan dirinya tidak masalah dengan statusnya atau bertanya dirinya tidak masalah dengan seorang duda. Airis bingung.

Dirasa Airis tidak kunjung menjawab, Farel membuka mulutnya yang gatal. Gatal ingin berbicara lagi maksudnya.

"Maksud saya kamu gak masalah kan sama status saya?"

Aiko tergelak kemudian. Gelak tawanya menyiratkan kecanggungan. "Ah, gak masalah, kok. Memangnya kenapa?"

Farel tersenyum manis sambil menundukkan kepalanya, seolah Airis bisa melihatnya. "Gak apa. Kiranya masalah buat kamu."

"Enggak, mas. Oh, ya, maaf saya tutup dulu. Saya mau pulang ke rumah," Airis berpamitan pada Farel. Lelaki itu mengerucutkan bibirnya, tidak rela telponnya harus terputus.

"Iya. Hati-hati Airis." jawab Farel tidak ikhlas. "Omong-omong saya boleh telpon kamu lagi?"

"Boleh. Kapan saja. Tapi jangan malam hari, ya, mas. Soalnya saya sibuk ngerjakan skripsi."

Farel langsung membuat selebrasinya dengan memejamkan matanya dan mengayunkan tangannya. Ia bersorak senang dalam hati mendapatkan kesempatan untuk dapat mengobrol dengan Airis lagi. Entahlah, Farel merasa ini berlebihan, tapi menyenangkan juga.

"Ya sudah, mas. Saya tutup dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, sayang." Farel menjawab salam di mulutnya sekaligus di hatinya.

Begitu sambungan telpon tertutup, Farel memekik gemas di ruangannya. Ia mengambil bantal leher yang berada di laci mejanya dan menggigitinya sampai puas. Dada lelaki itu sedang meletup-letup sehingga butuh pelampiasan untuk mengimbangi rasanya. Wajah Farel sampai merah merona dikarenakan kejadian baru saja. Lelaki itu tidak menyangka kalau efek yang ditimbulkan sebesar ini.

"Airis...Airis...kamu, tuh, siapa, sih? Bisa-bisanya buat saya seperti ini." monolog Farel sambil senyum-senyum tidak jelas. Ia lantas memegangi dadanya, tidak ada penurunan frekuensi dari detak jantungnya. Masih sama, berdetak kencang sampai rasanya mau copot.

Mungkin tidak hanya terjadi palpitasi pada Farel, tetapi suasana sejuk juga ia rasakan. Sensasi ini berbeda. Sedikit berbeda daripada yang biasa ia rasakan saat bertemu Zanel.

"Apakah...saya mulai jatuh cinta lagi?"

Continue Reading

You'll Also Like

39.4K 5K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
1M 86.2K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
488K 48.9K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
335K 27.9K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...