NATHANIEL (COMPLETED)

By Putri_Gabriel

53.2K 5.8K 890

SUDAH DI REVISI!! "Gue nggak pernah takut ketika kematian menjemput gue, Cha." Chacha mendongak menatap Nath... More

01. Anniversary
02. Berdua Bersamamu
03. My Best Friend
04. Kecewa
06. Berakhir dan Berawal
07. Sesak!
08. Bertamu
09. Pdkt
10. Murid Baru
11. Pulang Bareng
12. Jalan Berdua
13. Dihukum
14. Makin Dekat
15. Kumpul
CAST NATHANIEL
16. Check Up
17. Camping 1
18. Camping 2
19. Jerit Malam
20. Tersesat
21. Perhatian
22. Drop
23. Mengalah
24. Galau
25. Jenguk Nathan
26. Cemburu
27. Perasaan Aneh
28. Azka Serius
29. Rujak
30. Naik Peringkat
31. Pantai
32. Puncak
33. Jadian?
34. Puncak 2
35. Jalan Bareng
36. Nonton Bareng
37. Petir
38
39. Khawatir
40. Sebuah harapan
41. Tak Nafsu Makan
42. Sayang Kamu
43. Nathan Cemburu
44. Kabar Buruk
45. Bahagia dan sedih secara bersamaan
46. Koma
47. Rasa takut kehilangan
48. (-1)
49. Ldr-an?
50. End
Extra Part 01
Extra Part 02
Pengumuman!!!

05. Sebuah Keputusan

1.4K 227 55
By Putri_Gabriel

"Kamu tau kenapa aku memilih mundur?? "Karena gak mungkin ada dua nama tinggal didalam satu hati yang sama"

*******

Sorry for typo
Happy reading


Sesampainya dirumah Chacha langsung masuk ke kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Karin yang melihat anaknya mengerutkan keningnya karena tidak biasanya Chacha pulang nggak memeluknya atau menyapanya.

Tok tok tok...

"Cha boleh bunda masuk?"

Chacha langsung menghapus air matanya dan berusaha untuk tersenyum "iya bun, masuk aja pintunya nggak Chacha kunci" kata Chacha dengan suara serak karena habis nangis.

"Loh kok anak bunda sedih?" Tanya karin sambil mengelus rambut Chacha.

"Chacha nggak sedih kok bun, Chacha lagi capek aja jadi langsung ke kamar" jawab Chacha.

"Kalau Chacha ada masalah Chacha boleh cerita sama bunda" ucap Karin sambil terus mengusap rambut Chacha.

Chacha langsung memeluk karin sambil terisak, inilah kelemahan Chacha dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya kepada bundanya.

"Davin jahat bun, Davin selingkuh di belakang Chacha. Ternyata Davin tidak sebaik yang Chacha kira" isak Chacha.

"Chacha benci mereka, Chacha benci Davin sama Angel mereka jahat" isakan Chacha makin menjadi saat mengingat kejadian tadi.

"Angel?"

Chacha mengangguk " Davin selingkuh sama Angel bun, mereka ternyata diam-diam sering ketemu" Karin menatap putrinya sedih, ia tahu Putrinya sangat mencintai Davin. Tapi laki-laki itu malah membuatnya terpuruk.

"Chacha nggak usah tangisin mereka, mereka nggak pantes kamu tangisin. Mungkin Davin bukan jodohnya Chacha jadi Chacha nggak usah sedih pasti suatu saat Chacha akan nemuin jodoh Chacha yang lebih baik dari Davin" ucap Karin lembut sambil mengusap air mata Chacha.

Chacha hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Bunda bawain kamu makan ya."

Chacha menggeleng " nggak usah bunda Chacha mau langsung mandi aja, Chacha juga tadi udah makan kok sama Jessica" bohong Chacha.

"Tapi sayang mag kamu nanti kambuh." Chacha menatap bundanya dengan memelas.

"Yaudah kalau gitu jangan nangis lagi." Karin mengangguk pasrah. Putrinya ingin sendiri.

"Jangan kelamaan ya sayang nangisnya." Karin mengusap lembut rambut Chacha sebelum keluar dari kamar anaknya.

Mendengar pintu tertutup Chacha langsung terisak. Ia kecewa dan kesal sama Davin.

"Ih gue benci sama mereka. Gue benci sama lo Angel gue benci banget sama lo berdua" isakan Chacha semakin pilu. Hatinya semakin sakit ketika mengingat perlakuan Davin ke Angel. Sahabat yang sangat ia sayangi dan anggap dia sebagai saudara menusuknya dari belakang.

Terjawab sudah kebohongan Davin yang sering menolak ajakannya. Ternyata ia berbohong untuk bisa pergi bersama Angel.

Setelah lama menangis Chacha langsung tertidur dengan pulas.

*******

Chacha memasuki kelasnya dengan lesuh. Semua teman kelasnya menatap Chacha dengan heran. Pasalnya gadis itu memakai kacamata hitam dan masker. Hal itu mengundang perhatian teman sekelasnya.

"Cha lo kenapa pakai kacamata hitam dan masker?" Chacha memutar bola matanya malas mendengar ucapan sok perhatian gadis di hadapannya.

Bukannya menjawab, Chacha langsung duduk di bangkunya menelungkupkan kepalanya di lipatan tangannya. Dan hal itu membuat Angel merasa heran. Gadis itupun ikut duduk di kursi Jessica.

"Kamu sakit ya Cha?" dada Chacha langsung sesak, matanya berkaca-kaca. Ia muak mendengar suara Angel.

"Gimana keadaan nenek kamu?" bisa Chacha lihat tubuh Jessica yang sedikit gugup. Chacha tersenyum kecut di balik maskernya. Bagaimana mungkin gadis yang selalu berpikir dewasa dan peduli dengannya menusuknya dari belakang.

"Oh ne..nenek aku baik kok." Chacha mengangguk pelan. Pusing di kepalanya semakin kerasa.

"Cha------"

"Angel lo bisa pindah nggak?" ucapan Angel terpotong begitu Jessica datang. Begitu Angel pindah Jessica langsung duduk.

"Cha kok lo ke sekolah sih." matanya berkaca-kaca melihat keadaan sahabatnya jauh dari kata baik.

"Emang Chacha kenapa Jess?." tangan Jessica mengepal mendengar suara di sampingnya.

"Lo nggak liat keadaan Chacha." intonasi suara Jessica sedikit tinggi membuat Angel terdiam.

"Kita ke uks ya." Chacha ingin menolak tapi badannya sungguh lemas. Hati dan pikirannya lagi down.

Jessica langsung menghentikan langkahnya begitu melihat Angel yang juga ikut membantu Chacha. Ia melayangkan tatapan tak suka.

"Lo nggak usah ikut biar gue aja."

"Loh kenapa? Lagian guru juga belum datang" tanya Angel heran.

"Pokoknya nggak usah." ucap Jessica sedikit membentak dan mendorong bahu Angel agar segera melepaskan tangannya dari Chacha.

Hal itu membuat Angel tersentak kaget, matanya berkaca-kaca melihat kepergian mereka berdua.

*********

Chacha mengerjapkan matanya ketika merasakan elusan di rambutnya. Ia menoleh dan mendapati Davin yang kini menatapnya dengan senyum manis. Tanpa sadar cairan bening keluar begitu saja di pelupuk matanya.

"Kepala kamu pusing ya?" ucap Davin dengan nada khawatir. Ia memajukan wajahnya dan mengecup kening Chacha dengan lembut.

"Kita ke rumah sakit ya." Davin mengusap air matanya dengan lembut. Perlakuan Davin seperti itu membuat ia semakin terisak.

"Hikss...... Hikss kenapa rasanya sesakit ini." ucap Chacha dalam hati sambil memegang dadanya yang sesak.

"Sssuuutt jangan nangis. Sakit banget ya" Davin bangkit dari duduknya dan menarik Chacha ke dalam pelukannya. Tangis gadis itu begitu pilu. Membuat Davin merasakan dadanya sesak. Ini pertama kalinya ia melihat gadisnya begitu kacau.

"Sssttt..... Tahan sebentar ya. Kita ke rumah sakit." Chacha menggelengkan kepalanya, ia mendongak menatap Davin. Ia dapat melihat pancaran kekhawatiran di mata Davin. Sanggupkah ia berpisah dengannya? Bagaimana pun adalah laki-laki pertama yang membuat ia jatuh Cinta.

"Aku mau pulang!!" lirih Chacha.

"Nggak! Kita langsung ke rumah sakit aja. Aku takut kamu kenapa-napa." Chacha pasrah saat Davin menggendongnya ke mobil.

"Pulang! Aku pengen pulang aja." Chacha menyandarkan punggungnya ke sandaran jok mobil.

"Pleasee!!!" Davin menatap Chacha sebentar, tangan kirinya menggenggam tangan Chacha, mengelus punggung tangan itu dengan lembut.

"Oke! Tapi jangan larang aku buat manggil dokter ke rumah kamu." Davin melajukan mobilnya meninggalkan area parkiran.

Sesampainya di rumah, Davin mengangkat tubuh Chacha naik ke kamarnya. Dan membaringkan gadis itu hati-hati.

"Aku telfon bunda kamu ya"

"Nggak usah Vin." Chacha menahan tangan Davin yang ingin menelepon bundanya. Ia tak ingin membuat bundanya khawatir apalagi beliau sedang di luar kota menemani ayahnya.

Davin mengangguk mengerti kemudian menelepon dokter. Tak lama dokter datang pun datang di antar oleh mbak Lala.

"Gimana keadaannya dok?" tanya Davin setelah melihat dokter itu selesai memeriksa keadaan Chacha.

"Chacha hanya kelelahan dan mag nya kambuh." Davin mengelus pipi Chacha yang sedang memejamkan matanya.

"Jangan kebanyakan nangis ya nak. Kalo ada masalah di selesaiin baik-baik biar nggak jadi beban pikiran." Chacha hanya menganggukkan kepalanya mendengar ucapan sang dokter.

"Tebus obatnya di apotek ya." Dokter itu memberikan kertas yang berisi resep obat yang akan Chacha konsumsi sebelum pamit untuk pulang.

Setelah mengantar sang dokter keluar Davin menghampiri Chacha dan duduk di pinggir ranjangnya. Tangannya terangkat memijit pelan kepala sang gadis.

"Kamu lagi ada masalah ya." bukannya menjawab Chacha malah memeluknya membenamkan wajahnya di pinggang Davin.

"Kenapa hmmm?"

"Nggak papa pengen peluk aja." lirih Chacha. Dadanya kembali sesak, dirinya harus melepaskan orang yang begitu ia cintai. Keputusannya sudah bulat, tapi sanggupkah ia? Davin adalah laki-laki pertama yang mengenalkannya apa itu Cinta. Laki-laki yang selalu punya caranya sendiri agar ia selalu senang. Bahkan laki-laki itu pun tak pernah membentaknya walaupun ia melakukan kesalahan. Tapi laki-laki itu juga yang menjadi patah hati terbesarnya.

"Kamu nangis lagi ya?" tanya Davin saat merasakan bajunya basah dan tubuh Chacha yang bergetar.

"Sayang kalo ada masalah selesaiin baik-baik."

"Peluk, aku pengen peluk kamu." ucap Chacha di sela-sela ucapannya. Davin membaringkan tubuhnya di samping Chacha dan menarik gadisnya ke dalam pelukannya. Davin tahu gadis itu butuh waktu, mungkin belum saatnya.

Tiba-tiba rasa takut menyerangnya, ia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Chacha mengetahuinya selingkuh. Ya Davin salah, harusnya ia tak melakukan itu. Ia melukai dua hati secera bersamaan.












Jangan lupa vote dan comment ya!!

Continue Reading

You'll Also Like

748K 76.2K 44
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
25.7K 1.5K 33
[FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] @restii_09 __________________________________________________ Auranya, tatapan tajamnya, tindakan kebengisanya, sudah...
SAVERO By zee

Teen Fiction

3.6K 219 24
"HALDEATOR ITU RUMAH, BUKAN SEKEDAR TEMPAT SINGGAH." *** Laki-laki dengan badge name Savero Damares Alvarendra, perwujudan Malaikat pencabut nyawa ya...
COLD BOY By vanilla

Teen Fiction

88.7K 4.4K 32
•COLD BOY• Solidaritas tertinggi harga mati. Ragaskar, geng ternama dan sekarang diambil alih jabatan ketua oleh GALANG PRAMUJAYA. Sifat dingin tak t...