Sir-ius? [Completed]

By slvnt1

143K 16.7K 2.1K

Feeds instagram yang hanya berisi potret langit dan segala pernak-pernik cakrawala itu membuat Nadir mencurig... More

1. Mr. Radi
2. Skywatcher
3. Feeling
4. Second
5. Emotion
6. Go Home
7. Trusted
8. Mine
9. As Director
10. Why?
11. Choose
12. GoPotato
14. Show you something
15. Astro Room
16. Halu
17. Jealous
18. Nginjek sepatu
19. Hujan
20. I'm not your daddy
21. Sibuk
22. Menye-nangkan
[Trailer] Sirius?
23. Paparazzi
24. No. I'm not.
25. Little Things
26. Maps
27. Punishment
28. Come to you
29. Talk
30. finish without start
31. Pukulan Telak
32. You should go
33. This is real
34. Dinner
35. Dessert
36. Sampah
37. Ily
38. Semangat
EPILOG

13. Suara kesal Nadir

3.3K 440 15
By slvnt1

Happy reading :)

===

Satu dari sekian hal yang menyenangkan adalah;
menyebalkan di mata orang yang disukai.

-Sir-ius?-

🌏🌏🌏

Setelah melewati weekend dengan marathon drakor, kini Nadir kembali memandang gedung sekolahnya dengan malas.

Seperti biasa, Deo hanya mengantarnya sampai depan minimarket. Hal yang selalu membuat Nadir misuh-misuh karena berbeda dengan siswa lain yang diantar sampai depan gerbang sekolah.

"Aturan tuh dianter sampe depan gerbang. Ya kali gue selalu diturunin disini," semprot Nadir sambil melirik minimarket yang buka 24 jam itu.

"Lo nyuruh gue sekolah di alfa, hah?"

Deo mendengus dibalik helm full facenya. "Bacot!" katanya lalu menarik gas.

Nadir berjalan beberapa meter menuju gerbang dengan menekuk wajah.

"Pagi-pagi dah asem, Neng!"

Nadir menoleh ke belakang, lalu mendengus. "Lo tiap hari bucin."

Yudha malah cengengesan. Di pundak cowok itu tergantung ransel navy. Nadir jelas tahu itu milik Anggun.

"Kesiangan lagi tu orang?"

Yudha mengangguk. "Gue bawain tas nya, biar kalo dah upacara, doi bisa alesan dari kamar mandi."

Nadir berdecak. "Sesat lo, ya!"

"Hello! My bro!"

Nadir yang paginya sudah bertanduk, ditambah lagi dengan apa yang sekarang ada di depan pos jaga.

Seperti biasa, Pak Ujang dengan suara baritonnya menyapa salah seorang guru.

Pak Radi menepikan motornya di dekat pos jaga. Terlihat memberikan bingkisan makanan pada Pak Ujang.

"Buat cemilan, Pak."

Nadir bisa mendengar itu, karena beberapa langkah lagi ia akan melewati pos jaga.

"Widih. Thank you, bos. Buatan Pak Radi, nih?"

Radi tertawa. "Mana bisa saya, Pak."

"Sering ngasih ini, saya kira bikinan sendiri," ucap Pak Ujang lalu tersenyum jail, "Atau buatan calon istri ya, Pak?"

Entah sengaja atau refleks, Nadir memelankan langkah kakinya sampai Yudha yang tadinya berjalan di sebelah gadis itu jadi berada beberapa langkah di depan Nadir.

"Itu dibuatin Bu Siska, saya bagi-bagi lagi biar bermanfaat."

Oh gitu. Dibuatin Bu Siska. Calon istri yang kompeten.

Seperti mendapat energi, langkah Nadir berubah jadi tempo cepat. Melewati Yudha. Melewati siswa lain. Melewati pos jaga, tempat Pak Radi dan Pak Ujang yang masih mengobrol.

"Lah, kenapa tu anak?" gumam Yudha, menatap aneh punggung Nadir yang semakin tak terlihat.

===

Karena dipaksa ketua osis yang galaknya minta ampun, Nadir yang punya badan mungil ditarik untuk berada di barisan paling depan.

Jika ada Anggun, ketua osis itu tidak akan berani memaksa Nadir ke barisan depan. Ya, masih ada yang lebih galak daripada orang galak.

Dengan sikap istirahat, Nadir merasa upacara kali ini lebih panjang.

Apalagi posisinya sejajar dengan barisan guru di depan sana. Nadir merasa matanya lelah karena terus melirik ke kiri dan kanan. Sekalinya menatap lurus ke depan, malah ada pemandangan yang malas ia lihat.

Sialan. Gini banget gue hari ini. Batin Nadir setelah matanya khilap menatap lurus ke depan. Melihat sosok lain yang juga menatap lurus ke arahnya.

Pak Radi.

Entah Nadir yang kelewat sensitif, atau kadar kegeerannya yang meningkat. Gadis itu merasa Pak Radi menantangnya untuk beradu tatap dengan jarak sejauh itu.

Oh gitu. Nantangin gue. Dikira gue bakal kicep karena sejajar sama dia, gitu? Punten!

Nadir menegapkan tubuhnya. Menyempurnakan sikap istirahatnya. Memasang wajah serius, dan menatap lurus ke depan.

Di depan sana, Pak Radi menaikan alisnya sekejap. Heran karena melihat Nadir yang sejak pertama upacara terlihat lirik kiri kanan, kini malah menatap lurus. Sama seperti dirinya.

Bedanya, walau jauh, Radi merasa melihat tatapan kesal bercampur menantang.

Apa yang mau diucapkan gadis itu lewat matanya? Batin Radi.

Radi sedikit tersentak saat merasa ada yang menyentuh lengannya singkat.

"Benar kan kata saya waktu itu, Pak Radi hebat karena bisa mengajar Darriel sampai dia bisa menang olimpiade."

Bu Siska mengatakan itu setelah melihat ada piala yang dipajang di depan lapang.

Radi menoleh ke sampingnya, tersenyum sebagai ucapan terima kasih pada Bu Siska. Dibalas lagi senyum manis dari guru cantik itu.

Saat kembali menatap lurus, saat itulah Radi memcoba untuk tidak tersenyum.

Bukan. Bukan karena ucapan atau senyuman bu Siska.

Tapi, karena gadis yang tadi menatapnya tajam, kini terlihat mendengus kesal entah karena apa.

===

Nadir berdecih sambil menoleh ke samping. Malas melihat ke depan lagi.

Suara decakan Nadir bahkan terdengar oleh siswa di belakangnya.

"Nadir lo mau ditunjuk Bu Gina?" bisik seorang teman di belakang Nadir mencubit tangan gadis itu.

Nadir lalu sadar. Kenapa ia kesal karena Pak Radi senyumin Bu Siska?

Gue gak mungkin suka sama guru gue sendiri kan? Gak mungkin kan gue beneran baper sama beliau?

Nadir menggeleng. Membantah pikirannya sendiri.

===


Radi membuka kamera ponselnya, memotret keadaan kelas yang para penghuninya sedang mendiskusikan tugas kelompok Bahasa Inggris.

Radi tentu senang melihat semangat muridnya, kecuali satu orang yang terlihat tidak bersemangat.

Seseorang yang menunduk, memainkan ponselnya dibawah meja sementara yang lain sibuk berdiskusi.

Seseorang yang bersikeras membela teman sebangkunya yang terlambat datang. Beralibi dari toilet dengan bukti tas yang sudah ada di kelas.

Radi, yang saat sekolah juga tukang telat dan bolos, jelas sudah hapal modus seperti itu. Kini, posisinya yang sebagai pendidik, menjadikannya lebih mudah melihat mana saja siswa pembuat onar.

Radi menaikan alisnya, saat melihat notifikasi dari Instagram.

Ada DM masuk dari sebuah akun dengan nama aneh. gopotato.

Gimana caranya ngirim orang ke black hole?

Merasa aneh dengan DM itu, Radi malah melirik satu siswa yang mencurigakan.

Nadir. Gadis itu sudah tidak menunduk, terlihat malas mendengarkan teman-temannya yang sedang berdiskusi.

Radi beralih pada ponselnya, mengetik balasan untuk DM aneh itu.

Temui saya.

Setelah mengirim pesan itu, Radi Radi merasa dugaannya benar.

GoPotatoPotato? Itu kamu, Nadir?

Walau terhalang benerapa siswa, tapi Radi dapat memerhatikan Nadir yang kembali menunduk, hanya sebentar. Lalu gadis yang duduk di belakang itu, seketika mendongak, menatap ke arah Radi.

Gotha!

Radi meletakan ponselnya. Mengabaikan seseorang yang masih menatapnya dari belakang. Pria itu berdiri lalu berjalan menghampiri kelompok perkelompok yang sedang berdiskusi. Melihat perkembangan dari tugas yang ia berikan.

"Pak, Ijin ke toilet."

"Ya," balas Radi tanpa menoleh.

Dari suaranya yang selalu terdengar kesal, Radi jelas tau itu Nadir.

Dan Radi bisa menebak siapa yang ingin gadis itu tenggelemkan ke black hole.

Seriously? Ada murid yang mau ngirim gurunya sendiri ke black hole? Semenyebalkan itukah gue dimata anak itu? Batin Radi.

Walau kesal, Radi juga merasa lucu pada gadis itu.

===

Dah lah, tidur.

29 Mei 2020

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
780K 74.8K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
1.8M 8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
3M 151K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞