JUNI

By vanillahimalayacat

590K 28.6K 1.4K

[WARNING] [Harap bijak membaca cerita ini. Terima kasih.] Juni adalah seorang perempuan biasa yang tidak jauh... More

= PROLOG =
= SATU =
= DUA =
= TIGA =
= EMPAT =
= LIMA =
= ENAM =
= TUJUH =
= DELAPAN =
= SEMBILAN =
= SEPULUH =
= SEBELAS =
= DUA BELAS =
= TIGA BELAS =
= EMPAT BELAS =
= LIMA BELAS=
= ENAM BELAS =
= TUJUH BELAS =
= DELAPAN BELAS =
= SEMBILAN BELAS =
= DUA PULUH =
= DUA PULUH SATU =
= DUA PULUH DUA =
= DUA PULUH TIGA =
= DUA PULUH EMPAT =
= DUA PULUH LIMA =
~ ANNOUNCEMENT ~
= DUA PULUH ENAM =
= DUA PULUH TUJUH =
= DUA PULUH DELAPAN =
= DUA PULUH SEMBILAN =
= TIGA PULUH =
= TIGA PULUH SATU =
= TIGA PULUH DUA =
= TIGA PULUH TIGA =
= TIGA PULUH EMPAT =
= TIGA PULUH LIMA =
= TIGA PULUH ENAM =
= TIGA PULUH TUJUH =
= TIGA PULUH DELAPAN =
= TIGA PULUH SEMBILAN =
= EMPAT PULUH =
BUKAN UPDATE SIH, TAPI SEKILAS INFO AJA
= EMPAT PULUH SATU =
= EMPAT PULUH DUA =
= EMPAT PULUH TIGA =
= EMPAT PULUH EMPAT =
= EMPAT PULUH LIMA =
= EMPAT PULUH ENAM =
= EMPAT PULUH TUJUH =
= EMPAT PULUH DELAPAN =
= EMPAT PULUH SEMBILAN =
= LIMA PULUH =
= LIMA PULUH SATU =
= LIMA PULUH DUA =
= LIMA PULUH TIGA =
= LIMA PULUH EMPAT =
= LIMA PULUH LIMA =
= LIMA PULUH ENAM =
= LIMA PULUH TUJUH =
= LIMA PULUH DELAPAN =
= EPILOG =

LIMA PULUH SEMBILAN

5K 174 24
By vanillahimalayacat


—— Our Happiness ——


***

Akmal membuka pintu apartemen dengan sedikit kesusahan. Selain membeli vitamin tambahan untuk Juni, saat melewati sebuah baby shop, Akmal justru berhenti dan memborong beberapa baju dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan bayi setelah lahir. Hampir semua barang-barang itu berwarna biru atau abu-abu. Akmal memang sudah tahu bahwa kemungkinan anaknya nanti adalah laki-laki, jadi ia memborong semua barang-barang yang tampak cocok untuk disukai anak laki-laki.

"Sayang.. aku pulang nih." Seru Akmal.

Juni muncul dari dalam dan terlihat kaget melihat Akmal yang menenteng banyak barang. Wanita itu mengernyit bingung.

"Kamu bawa apa aja itu?" Tanya Juni sambil mendekat.

"Beli vitamin yang dibilang Mama terus tadi nggak sengaja lewat babyshop dan beli ini itu." Tunjuk Akmal pada beberapa barang yang dia bawa. Terlihat ada baju, sepatu dan aksesoris bayi lainnya.

"Banyak amat!" Juni mengernyitkan dahi. "Kan aku lahiran juga masih lama, Yang."

"Gapapa... kan buat persiapan Adek lahir nanti."

Juni tersenyum.

"Iya deh iya.. tapi kamu bawain ke kamar Adek ya. Aku gerak dikit sekarang udah capek banget.." Ucap Juni manja.

"Siap, Bu. Ibu Negara nggak perlu ikut-ikutan angkat-angkat. Cukup serahkan semuanya ke saya aja." Ucap Akmal sambil hormat.

"Hihihi.. Apaan sih, Yang. Buruan gih. Nutupin jalan nih. Aku mau lanjut liat drakor."

***

Akmal dan Juni saat ini sedang duduk di sofa ruang tengah sambil bersandar. Juni memeluk Akmal sambil melihat tayangan Running Man kesukaannya. Drakor yang tadi ia lihat sudah selesai dan ganti acara variety show. Keduanya cukup larut melihat kelucuan anggota Running Man, apalagi Juni, sampai terkikik geli. Akmal yang sedari tadi mengusap-usap rambut Juni, lantas menoleh dan menatap wajah ceria istrinya.

"Tadi aku ketemuan sama Mira." Ucap Akmal tiba-tiba.

Juni menoleh dan menatap suaminya.

"Terus gimana?"

Akmal mengangguk. "It's good. We're really done. Udah selesai semuanya antara aku dan Mira. Kita juga udah berpisah baik-baik." Jelas Akmal.

"Dia nangis nggak pas waktu kamu ajak ketemu?" Ada raut khawatir di wajah Juni.

"Kayaknya sih... dia nahan tangis. Tapi nggak kok. Dia nggak nangis tadi. Cuma yaa kelihatan aja gitu."

"Kira-kira dia bakalan baik-baik aja nggak, Yang?" Tanya Juni pada Akmal.

"Well... Mungkin saat ini dia nggak baik-baik saja. Tapi, esok dan esoknya lagi dan ke depannya, aku yakin dia bakalan baik-baik saja." Akmal mengelus-elus pipi kiri Juni. "Udah... Kamu nggak perlu khawatir, ya Sayang. Aku yakin kok, Mira bakalan baik-baik aja."

Juni mengulas senyum kecil di balik rasa khawatirnya.

"Iya semoga aja."

Perlahan, Akmal sedikit memajukan wajahnya ke arah Juni. Lambat laun, ujung hidungnya bisa merasakan hembusan napas Juni yang sedikit tertahan. Dengan pelan dan lembut, perlahan bibir Akmal menyentuh bibir Juni. Sentuhan bibir itu, berubah menjadi lumatan kecil yang membuat keduanya candu. Sesekali terdengar kecapan keluar dari lumatan itu. Tak berselang lama, keduanya melepas pagut hangat nan candu tersebut.

"Bibir kamu bener-bener bikin candu ya, Jun." Bisik Akmal sembari menempelkan dahinya pada dahi Juni.

"Secandu itu?"

"Iya, secandu itu. Sampai-sampai aku nggak mau lepasin bibir itu. Pengen aku cium terus tiap hari." Bisik Akmal lagi.

"Apaan sih.. gombal deh!" Juni tersipu malu.

Dan Akmal malah tertawa puas.

"Akmal..." Panggil Juni pelan.

"Hm?" Tatap Akmal heran. Sambil membenahi baby hair yang menutupi sebagian wajah Juni.

"Misal... aku ketemuan sama Mira, kira-kira dia mau nggak ya?"

"Buat apa ketemu sama Mira?" Akmal mengernyit heran.

"I miss her. Aku kangen banget dan pengen ngobrol banyak sama Mira." Aku Juni.

"Yaaa... nggak papa sih. Tapi.. kamu yakin mau ketemuan sama Mira? Maksudku, em, kamu nggak bakalan keinget hal-hal yang kemarin-kemarin itu? Kan.. bikin kamu sampe stres dan nangis parah gitu, kan?" Khawatir Akmal.

Juni terdiam sejenak. Ia bergumam cukup panjang sebelum berucap, "emmm.... yaa... kayaknya nggak papa sih." Di akhir ucapannya ada anggukan kepala cukup ragu di sana.

"Yakin nih?" Tanya lagi Akmal.

Juni mengangguk. Kali ini dengan pandangan cukup yakin.

"Hmm... yaudah. Misal kalo kamu nggak nyaman dan minta ditemenin, aku temenin juga nggak papa kok." Akmal meraih tubuh Juni dan mengusap kepalanya dalam dekapan hangat.

"Nggak papa kok. Aku bisa sendiri. Nanti kalo ada kamu malah takutnya jadi nggak nyaman buat Miranya." Jelas Juni.

"Iya deh, iya. Tapi aku yang antar dan tungguin kamu di mobil ya? Nanti juga kalo misalnya ada apa-apa, kan aku bisa ngawasin dari dalam mobil." Ucap Akmal.

"Siap bos!" Juni tersenyum lebar sambil memasang pose hormat pada Akmal.

***

Mira membuka pintu kedai es krim tempat ia janjian dengan Juni. Ia arahkan pandangan untuk menyapu seluruh area dalam ruangan dan mencari sosok Juni. Dari tempatnya berdiri, tepat pada bangku dari baris ketiga ia menemukan sosok Juni sedang asyik menyantap es krimnya. Sesekali terlihat  ekspresi kedinginan dari wajah Juni saat menyantap es krim. Mira tersenyum kecil. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju meja di mana Juni berada.

"Maaf ya aku telat datangnya..." Ucap Mira lirih.

"Eh, em... iya nggak papa..." Juni terlihat gelagapan saat muncul sosok Mira yang tiba-tiba.

Ada keheningan sejenak. Di bawah meja, Juni memainkan jari-jarinya, bingung mau membuka obrolan dengan Mira.

"Em, anu, k-kamu mau pesan es krim? K-kalo iya, aku panggilin Mbak nya." Tawar Juni disertai nada kegugupan dalam suaranya.

"Boleh." Balas Mira.

Setelah memesan es krim, keheningan kembali menyelimuti kedua wanita tersebut. Dengan gugup, Juni sesekali melirik ke arah luar kedai es krim, seolah sedang memerhatikan padatnya jalanan di luar sana. Sementara Mira, tak jauh beda dengan Juni. Dia melebarkan pandangannya seolah sedang melihat interior dari kedai es krim yang ia datangi.

"K-kamu... Apa kabarnya?" Tanya Juni memecah keheningan.

Mira menoleh. "Lumayan bagus. Tapi nggak bagus-bagus banget."

"O-oh."

"Kamu gimana? Sehat-sehat aja kan? Nggak ada masalah sama kandungan kamu kan?" Tanya Mira.

"Well... Aku baik-baik aja. Em... Kemarin kebetulan habis check up kandungan dan hasilnya juga baik." Jelas Juni.

"Syukur deh."

Ketika Juni hendak mengungkapkan maksud tujuannya mengajak Mira bertemu, pelayan kedai datang dan mengantar pesanan Mira. Dari sana Juni meyakini bahwa Mira selera es krimnya tetap sama. Karena Juni tahu sekali kalau Mira pasti memesan banana split, kesukaan Mira.

"Ternyata kamu masih suka aja sama banana split ya, Mir." Juni perlahan menyendok kecil es krimnya.

"Iya. Udah jadi favorit sih." Mira pun menyendok es krimnya.

"Sebenarnya... Alasan aku minta ketemuan sama kamu, karena ada yang ingin aku sampaikan ke kamu, Mir." Ucap Juni tiba-tiba.

Mira terhenti sejenak. Ia mendongak dan menatap Juni. Sendoknya pun ia taruh.

"Aku pun juga ingin ngomong sesuatu sama kamu, Jun." Ungkap Mira.

"O-oh ya?"

"Iya." Mira berhenti sejenak. "Tapi kamu duluan yang ngomong. Soalnya kan yang ngajak ketemu duluan kan kamu." Tukas Mira.

"Em... Iya sih."

"Jadi, ada keperluan apa, Jun?" Tanya Mira.

"I-itu... Aku mau minta maaf secara benar ke kamu atas semua masalah yang udah aku perbuat dan termasuk kebohongan-kebohongan aku ke kamu selama ini, Mir. Bahkan sampai merusak hubungan kamu." Juni tertunduk, matanya mulai berkaca-kaca.

Mira tidak segera menanggapi. Ia menoleh ke arah luar kedai. Dari matanya, dia melihat sosok Akmal sedang mengawasi tempat ia dan Juni berada saat ini. 'Hmm... ceritanya lagi diawasin si Akmal nih..'

Mira kembali menatap Juni yang masih menunduk.

"It's okay, Jun. Aku pun juga ingin meminta maaf ke kamu atas semua hal yang pernah aku lakukan ke kamu. Bahkan sepertinya, aku yang jauh lebih keterlaluan sama kamu yang nggak salah apa-apa. Semua udah terjadi. Gimana pun... Takdir juga udah seperti ini kan. Mau gimana lagi?" Mira tersenyum kecil.

"T-tapi aku.. aku..." Juni tak kuasa menahan tangis dan seketika mewek.

Mira mengusap bahu Juni. "Udah, udah.. jangan mewek. Suamimu melotot ke arah kita nih." Ucap Mira.

Juni melirik ke arah luar. Dan benar saja Akmal terlihat melotot dan sepertinya mau beranjak dari mobilnya. Ia pun segera mengangkat sebelah tangannya dan memberi kode Akmal "it's ok" lewat tanda isyarat.

Dari kejauhan, Akmal mengangguk seolah paham dan mengerti.

"Masih aja posesif ya si Akmal, tuh." Mira geleng-geleng kepala sekilas.

"I-iya..."

Mira mengusap bekas air mata yang menetes di pipi Juni. Mira mengulas senyum kecil.

"Kamu tuh lagi hamil, jangan dikit-dikit nangis dan mewek. Nanti kalo anakmu jadi cengeng gimana?"

"Ya gimana lagi. Udah bawaan hormon dan gatau tiba-tiba aja jadi mewek." Tutur Juni sambil sedikit terisak.

"Iya udah ya. Yang barusan kamu sampaikan tadi udah aku maafin kok. Lagian, aku pun juga minta maaf atas semua sikap jahatku ke kamu. Aku terlalu ambisius bahkan egois banget ke kamu. Padahal kamu nggak salah apa-apa. Jadi... aku minta maaf, ya?" Mira menatap dalam pada mata Juni.

Perempuan hamil tersebut tersenyum kecil dan mengangguk.

"Jadi kita fix udah damai kan ya?" Konfirmasi ulang Juni. Ia menjulurkan tangannya.

Mira menerima jabatan tangan Juni. "Iya, kita damai."

Keduanya tersenyum.

"Oh iya, itu perut kamu udah berapa bulan? Kok kayaknya kemarin belum keliatan segede ini?" Tanya Mira.

"Hehehe... mau masuk 7 bulan nih." Jawab Juni.

"Waah... cepet juga ya." Mira menatap perut tersebut. Ada sedikit keinginan dari dalam dirinya untuk mengusap perut Juni.

"Em, aku boleh elus perut kamu nggak?" Tanya Mira sedikit tidak enak saat mengutarakan keinginannya.

"Boleh. Sini, sini."

Juni menggeser posisi duduk agar Mira bisa duduk di sampingnya. Terlihat gadis cantik tersebut memindah posisi duduknya dan tangannya sedikit terulur untuk mengusap perut Juni yang terlihat membuncit. Ada perasaan haru bercampur gugup saat Mira mengusap pelan perut Juni. 'Semoga kelak kamu jadi anak yang sehat dan membanggakan orang tuamu ya...'

***

Juni menutup pintu mobil setelah ia duduk dengan nyaman. Terlihat Akmal yang ada di sampingnya menatapnya terus menerus. Juni pun jadi bingung.

"Apa?" Tanya Juni.

"Kamu nggak diapa-apain kan sama Mira?" Tanya Akmal.

"Nggak apa-apa kok. Kami tadi ngobrol-ngobrol." Ucap Juni.

"Ngomongin apa aja?" Penasaran Akmal.

"Em... ada deh. Banyak lah pokoknya."

"Ck. Apa sih? Kan aku penasaran." Ucap Akmal.

"Yaa... salah satunya sih aku dan Mira sekarang udah damai. Kita udah saling minta maaf dan memaafkan kesalahan kita masing-masing." Jelas Juni diakhiri senyum kecil.

"Beneran udah damai?" Tanya Akmal.

Juni mengangguk.

Akmal pun mengusap puncak kepala Juni. "Syukurlah kalau kalian udah damai. Aku turut senang dengernya."

Juni memperhatikan suaminya.

"Akmal?"

"Hm?" Akmal menatap istrinya.

"Makasih ya sudah menerima aku dan Adek di kehidupan kamu. Makasih juga udah sayang kami berdua."

Akmal menghentikan gerakan tangannya. Ia pun berganti memegang kedua tangan Juni dan menggenggamnya.

"Iya, Sayangku. Sama-sama. Makasih sudah mau mengerti aku dan menyayangiku. Meskipun dulu aku pernah banget jahatin kamu. Tapi, aku janji itu adalah yang terakhir kalinya. Mulai sekarang dan ke depannya, aku akan mengusahakan menjadi seorang suami dan ayah yang terbaik buat kamu dan Adek. Karena bagiku kamu dan Adek adalah kebahagiaanku." Tutur Akmal.

"Kamu pun juga kebahagiaan kami, Sayang." Juni tersenyum lebar dan memeluk erat suaminya.

Di Minggu siang yang cerah ini, dua orang manusia terlihat telah terangkat masing-masing beban berat di bahu mereka. Senyum cerah dan merekah keduanya tampak menghiasi suasana sekitar dan menjadi saksi betapa bahagianya mereka saat ini.

Dan semoga kebahagiaan mereka berlanjut sampai akhir hayat.

— THE END —

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 164K 52
[FOLLOW UNTUK MEMBACA] DILARANG COPY PASTE!!! Setelah empat tahun berjuang dalam pelarian, kini wanita itu diharuskan untuk kembali ke kota tempat di...
30.5K 2.2K 36
[Book 1 of XOXO Series] "Mungkin, menikah denganmu itu merupakan keputusan paling benar yang pernah kuambil seumur hidupku. Jadi, kalaupun bisa mengu...
17M 752K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
39.2K 2.2K 9
Dimana para ASEAN mempunyai moment kocak dan Gaje. Jadi enjoy~