I'm Studying in a School Full...

By racchie-

350 4 3

Khairando "Nao" Mulkillah adalah seorang siswa SMA, dan ia baru saja memasuki SMA Kasuwari 3. Ia adalah orang... More

I. Perkenalan - Pembagian Kelas Para Siswa Baru
II. Kapan Terakhir Kali Kamu Bisa Makan Enak?
III. ...dan Kapan Terakhir Kali Kamu Bisa Tidur dengan Nyenyak?
IV. Kamu Tahu di mana Letak Kesalahanku Sekarang?
V. Apakah Teman-temanmu Sekarang Lebih Kuat daripada Aku?
VI. Apakah Mereka Semua Menyukaimu?
VII. Bagaimana dengan Orang-orang yang Tidak Menyukaimu?
VIII. Apakah Kamu Sendiri Sudah Banyak Belajar Sampai Saat Ini?
IX. Tapi Apakah Kamu Sendiri Sudah Jadi Lebih Kuat Sekarang?
X. Kuharap Kamu Menjawab Semua Pertanyaanku dengan "Baik-baik Saja"
XI. Dengan Temanmu yang Sekarang, Aku Harap Kamu Tak Akan Melupakanku Juga
TRIVIA I
XIII. Scapegoat
XIV. Intention
XV. Love & Hate Relationship
XVI. Appointment
XVII. Carry On
XVIII. Question & Confession
XIX. Concealing Foes

XII. Sesi Peralihan - The End of Beginning

14 0 0
By racchie-


Halo, nama gue Rando, dan sampai saat ini gue bingung harus ngenalin apa lagi ke kalian. Soalnya, jadwal gue sekarang adalah waktunya gue ngerjain PR dan gue gak kepikiran sama sekali harus ngenalin apa lagi.

Minggu pertama di sekolah baru gue terhitung berlangsung dengan oke. Pergaulan gue dengan anak-anak kelas sangat baik, dan gue juga nggak nutup diri buat main ke tongkrongan sana atau sini kalau punya waktu luang lebih. Ngomong-ngomong soal itu, gue akhirnya diajak Andre ke tongkrongan dia dan begitu di sana semua anak-anaknya langsung mempersilahkan gue duduk. Gara-gara tragedi yang sempet menimpa mereka gara-gara Kak Muldam, seolah-olah gue ini adalah tamu dari sebuah tongkrongan bintang 4. Gue gak melebih-lebihkan, soalnya cuma di tongkrongan Andre yang bisa parkir mobil dan semua merek rokoknya bisa diketeng.

Untuk urusan pergaulan gue dengan lawan jenis, entah kenapa gue ngerasa kalo emang cewek-cewek itu "lebih baik" buat deket sama gue. Walaupun udah bersosialisasi sedemikian rupa dengan anak-anak cowok lainnya, tapi tetep cuma dua orang cewek yang deket sama gue: Neva dan Shakila. Yang satu emang udah deket dari SMP dan gak punya temen yang bisa diandelin lagi, sisanya gue gak tau. Kalo ada cerita cinta sepayah film-film visual over audio dari Jepang, mungkin mereka perlu tau kisah cinta gue.

Selain pergaulan, gue juga selalu menjaga pola belajar gue seapik mungkin dan mengikuti kegiatan-kegiatan klub gue dengan seksama. Gue masih sok-sokan belajar materi yang belom tentu gue dapetin di kelas 1 SMA, main rollerskate sama Joker di lapangan balai kota, dan ikut latihan break dancing. Gue gak tau kenapa, tiba-tiba aja gue bisa begitu tertarik sama break dance setelah ikut klub di SMA. Tapi salah satu konsekuensinya, gue harus balik ke rumah dengan kondisi sekujur pinggang gue memar-memar. Tapi juga, untungnya latihan break dance tidak mengakibatkan gejala serius seperti gegar otak atau tiba-tiba nge-break dance sebegitu gue masuk ke rumah.

Dan satu hal lagi yang paling penting, sampai saat ini, gue belom nerima kabar apa-apa lagi soal perberandalan di sekolah gue, atau mungkin khususnya buat kelas gue sendiri. Kalo di angkatan kakak-kakak kelas gue, gue gak tau juga. Nggak semua kabar burung bisa dipercaya, tapi yang jelas, rumor selalu cepat menyebar di kalangan anak-anak sekolah kita. Bisa jadi gara-gara gue yang terlalu jarang ada di tongkrongan buat dapetin info-info kayak gini, atau mereka semua emang lagi ngerencanain sesuatu sama si Jack badung yang tiba-tiba jadi orang paling kuat begitu masuk SMA Kasuwari 3 ini.

Gue penasaran, ke depannya bakal jadi kayak gimana, ya? Gue gak percaya kalo posisi gue bakal tetap seperti ini, tapi gue juga gak bisa terus diem meskipun gak ada penyerangan. Tapi, mau gimanapun juga, gue gak setuju sama sekali soal perberandalan yang ada di sekolah ini. Makanya, selama ini baik gue ataupun anak-anak kelas gue selalu nunggu kesempatan nyerang kalo diserang.

Gue tau kalo gue dan anak-anak kelas gue berkeinginan buat jadi kelas paling kuat dalam hal apapun. Tapi gue gak yakin kalo cara yang kita lakuin sejauh ini bisa ngebikin kelas kita paling kuat di antara yang lain.


Suatu sore yang gabut sampai awan-awan yang ada di langit juga ikutan gabut, gue berkesempatan lagi untuk bertandang di tongkrongannya Andre. Hari itu, gue gak ada PR yang harus segera gue tuntaskan sehingga gue bisa santai sepanjang sore. Sementara Neva berada di posisi yang bertolak belakang, jadi hari ini dia nggak ngajak gue buat pulang bareng seperti biasanya.

"Nao, gue penasaran," kata seorang penghuni tongkrongan. "Gue tau lo anaknya rajin dan pinter, tapi kenapa lo suka pindah-pindah tongkrongan? Kemaren-kemaren lo gabung sama anak-anaknya si Gamallio."

Gamallio adalah gabungan dari Gamaliel dan Aurellio. Mereka emang dua sejoli yang entah kenapa bisa melupakan identitas mereka satu sama lain sejak lulus SMP. Mereka cukup terkenal dengan tongkrongan yang mereka cetus sendiri, memilih tempat paling nggak elit yang pernah ada di kultur berandal sekolahan: pos ronda yang ada tukang tambal bannya.

"Gue sebenernya gak suka main geng-gengan gini, lo tau kan gue anaknya lebih demen belajar," timpal gue. "Tapi gue seneng-seneng aja kalo diajak ke tongkrongan, apalagi kalo yang ngajaknya anak-anak satu angkatan. Membangun kedekatan, lah."

"Tapi sebenernya, bahaya lho kalo lo main-mainin tongkrongan kayak gitu."

"Maksudnya?"

"Lo bisa bikin masalah antar satu anak-anak sama anak-anak yang lainnya." Gue merhatiin mulut dia yang nggak capek ngomongin "anak-anak" daripada harus ngucapin "tongkrongan".

Gue nggak ngerti dan tercengang seadanya. Gue yang diajak maen ke tongkrongan orang kenapa tau-tau gue bisa jadi biang masalah antar tongkrongan?

"Yeee, si Nao ini mana ngerti soal kayak gituan," kata Andre. Tapi temennya barusan malah nggak ngebiarin gue berada terus di dalam kezaliman ini. Dia akhirnya repot-repot nyeritain ke gue soal apa aja yang biasa terjadi antar tongkrongan. Yang selama ini gue kira kalo suatu tongkrongan nggak bakal ngegubris apa-apa ke anak-anak tongkrongan yang lain.

Salah satu temen Andre yang dari tadi ngajak gue ngobrol bercerita menurut pengalaman dia. Bagi dia, anak-anak yang doyan pindah-pindah tongkrongan adalah orang yang rentan ngebikin masalah sama anak-anak tongkrongan lainnya. Misalnya gini, suatu waktu gue gak sengaja bersikap nyebelin ke anak-anaknya Gamallio. Kalo kondisinya makin parah, gue pasti bakal diincer sampe ke tongkrongan gue. Dan masalahnya, gue gak punya tongkrongan yang pasti. Makanya Gamaliel sama Aurellio bisa aja nyerang tongkrongan yang salah, dan ngebikin masalah semakin semrawut. Akhirnya, gue bisa aja ngelariin diri dan ngebiarin mereka tarung gitu aja tanpa adanya subjek tepat yang seharusnya layak ditonjok.

"Kalopun lo lari dari masalah, lo pasti dimusuhin anak-anak. Dan itu hal yang paling nggak lo inginkan, ya gak," kata dia sambil mengakhiri ceritanya.

Gue ngangguk-ngangguk paham. Sambil menikmati kopi mint yang semakin terasa nikmat karena udah nggak panas lagi, gue mencoba meresapi semua cerita dia ke dalam otak gue.

"Terus, gue harus gimana?" tanya gue dengan tampang yang bego.

"Ya lo tentuin aja lo pengen nongkrong di mana, dan cuma itu aja tongkrongan yang bakal lo datengin."

"Lo udah diterima di sini jadi bos kita, Nao. Lo gak boleh pergi ke mana-mana lagi," kata yang lain sambil setengah bercanda.

Uh... maksudnya tongkrongan ini udah jadi bekingan gue sekarang? Gak aneh juga, sih, lagian gue sempet ngehajar mereka semua satu per satu. Tapi kalo gitu... Asik!

Nggak juga, ding. Gue bener-bener jadi kepikiran cerita temen si Andre itu. Dengan keberpihakan gue di tongkrongan ini, ruang gerak gue bakal jadi lebih sempit. Tapi untuk sekarang, gue pikir kayaknya gak masalah juga. Gue tau kalo gue harus realistis, dan mengambil langkah kecil untuk ke tujuan besar adalah hal yang nggak salah.

"SAMLEKOM!"

Gue refleks menjawab salam itu, dan gue gak perlu noleh buat ngeliat siapa yang baru dateng.

"FIFA, FIFA! KACENG, NYALAIN LAPTOP LO!"

"Elah, ini juga lagi dipake anak-anak main Burnout." Padahal gue gak yakin kalo Burnout masih bisa main multiplayer dalam satu layar.

"ANJIR, ADA SI NAO," kata Hamzah sambil naro tas dia di kursi kosong depan tempat duduk gue. "NGAPAIN LO DI SINI?"

"Diajak si Andre, biasalah."

"BIASANYA JUGA PULANG SEKOLAH LANGSUNG BELAJAR DI RUMAH." Hamzah nggak memedulikan balesan apapun, dia langsung menuju laptop si 'Kaceng' untuk memaksa anak-anak yang sedang main Burnout biar dia bisa maen FIFA.

"Lo dari mana, Zah?" tanya Andre.

"NGGAK ADA URUSAN SAMA LO, ANJIR." Kata dia sambil menghantam tombol 'X' untuk memilih klub AC Milan.

"Pasti ngebucin, sih," kata si Kaceng tadi.

Hah, orang kayak dia bisa punya cewek?

"DIEM LO," timpal Hamzah. "MAU GUE BANTAI BERAPA KOSONG?"

"Kayak yang pernah menang ngelawan gue aja lo."

"BACOT."

Gara-gara rasa ingin tau gue tentang hubungan orang-orang dari kelas gue ini, akhirnya gue nanya ke si Andre.

"Dia lagi deket sama Rosalind."

"Rosalind?" Cewek yang duduk di sebelah Her Majesty Ruler of X Science 5, Shakila? Dia yang pernah lupa bawa pulpen gara-gara ketuker sama pensil alis? Dia yang selalu izin keluar kelas buat update snapgram sehari tiga kali?

"Iye," kata Andre. "Sebenernya gak aneh kalo lo duduk di posisi dia, makanya dia tertarik gara-gara ngeliatin Rosalind terus."

Gue jadi keinget momen-momen gue adu catetan sama si Hamzah waktu pelajaran kimia. Pantes aja belakangan ini dia jadi agak lelet nyatetnya, oh begini rupanya. Lagian, Shakila sama Rosalind yang ngedudukin posisi paling depan itu punya tinggi badan yang lumayan. Kalo terlalu deket sama mereka jelas aja ngehalangin pandangan, kasian juga si Niken.

"Bukan gitu, sih, masalahnya," tambah gue. "Kok tau-tau dia bisa deket sama si Rosalind?"

"Ye, goblok, namanya jatuh cinta ya pasti tuh orang bisa gila." Dan salah satunya adalah tidak berbicara dengan nada yang diberi caps lock.

"Terus, mereka jadian, gitu?"

"Kagak tau juga," kata Andre sambil menyesap kopi yang sama yang gue udah minum. "Kalo mereka udah jadi, si Hamzah juga pasti bakal jarang-jarang maen ke sini."

"Atau mungkin Rosalind juga bakal sesekali maen ke sini?"

"Hahaha. Mana ada cowok atau cewek kayak gitu," kata Andre.

"GOOOOL!!! HAHAHAHAH, MAMPOOS!" teriak si Kaceng.

"ANJIR, ASMIR BEGOOO!"

Gue cuma menghela nafas sambil sesekali merhatiin si Andre yang lagi asik chatting di hpnya.

Seseorang bisa jadi gila gara-gara cinta? Kalo gitu, sampe si Shakila tiba-tiba jadi pemalu atau kekurangan kepercayaan dirinya sendiri, gue gak bisa bilang kalo dia beneran tertarik ama gue. Di sisi lain, gue juga belom jatuh cinta lagi sejak kurang lebih 1-2 tahun. Gue rasa gue gak punya alesan buat suka sama orang lain dalam waktu yang dekat ini.

Besoknya di sekolah, gue lagi-lagi diajak ngobrol sama si Joker di WC laki-laki sekolah gue. Belakangan ini dia jadi cukup sering nampakkin sosoknya di depan gue, mungkin dia bener-bener serius gara-gara ketertarikan dia sama sosok Jack gadungan ini. Walaupun gitu, kebanyakan kepentingan dia adalah untuk mengajari gue break dance dan ngerem rollerskate di saat ngebut (padahal, dia sendiri yang lebih sering nabrak orang lain kalo rollerskating).

"Nao, lo udah ngapain aja dari sekian minggu ini? Katanya mau nguasain satu sekolah?" tanya dia di stall sebelah.

"Santai aja, kali," kata gue. "Nggak perlu langkah panjang buat itu, langkah kecil asal stabil juga bisa ngebikin tujuan gue tercapai."

"Terus, lo udah ngapain aja?"

Gue bukannya diem buat mikir, tapi gue lagi fokus nuntasin pekerjaan gue untuk mensucikan diri gue tersebut.

"Gini, ya, Nao," kata si Joker sambil berdeham sekali. Dari cara dia bicara (sama berdeham), sepertinya dia bakalan ngajak gue ngobrol serius. "Kalo lo nggak ngapa-ngapain, lo bisa kena anceman King."

Tanpa ngebiarin gue berpikir sambil cebok, dia terus ngomong, "Gue mungkin lupa ngasih tau kalo Trump of Cassowary juga punya perannya masing-masing. Mungkin agak berlebihan, tapi yang dilakukan King emang kayak gitu. Kalo seorang perdana menteri di bawah raja nggak kerja, lo bisa dipecat dari jabatan. Caranya? Gue nggak mau ngomongin soal itu, mending lo aja yang pikirin."

Gue kepikiran kalo gue bakal dipecat dengan cara super kasar yang mungkin paling buruk yang bakal gue dapetin. King mungkin merupakan sesosok perempuan lembut yang berusaha menjadi ibu paling kuat, tapi gak bisa ngebayangin gimana jadinya kalo dia mulai serius. Gue cuma mentok ngebayangin seandainya gue terus-terusan diem kayak gini, besoknya gue udah ada di rumah sakit gara-gara tendangan maut dari kaki terlatih yang terlapiskan bot kulit.

"Terus, gue harus ngapain?" tanya gue. Mencoba mencari jalan keluar, bukan tampak bego.

"Ya, lo harus punya pasukan yang memadai, gimana, sih," kata dia. "Lo sering denger cerita anak-anak kelas 11 atau 10 yang diserang mulu?"

"Lumayan."

"Tapi, yah, lo pasti gak tertarik sama berita kayak ginian," kata dia, seolah baru ingat sosok lawan bicaranya. "Jujur, Nao, gue tertarik sama keinginan lo yang kepingin ngubah budaya sekolah kita ke arah yang menurut lo jadi lebih baik. Tapi kalo masih ada yang berkuasa di atas kepala lo, lo perlu mikirin cara paling baiknya. Salah satunya, jangan berurusan sama King dengan tangan."

"Soal itu, kenapa Kak Yuna bisa jadi King dengan kondisi yang kayak gitu? Dan kenapa pula ada posisi lebih kuat dari dia, kayak lo sama Kak Zulfan."

"Ini mungkin cerita yang bakal sensitif buat orang-orang yang haus kekuasaan, tapi gue percaya lo boleh dapet informasi kayak gini."

Joker mulai menceritakan kisah si King. Rupanya Kak Yuna nggak punya cerita yang jauh beda sama kondisi gue sekarang. Secara struktur, dia berhasil ngalahin King sebelumnya dan menjadi orang paling kuat nomor tiga di sekolah ini. Tapi yang ngebuat dia berbeda setelahnya, dia banyak nantangin orang-orang buat ngalahin dia gara-gara posisi Ace dan Joker udah lulus waktu itu. Dan karena cuma ada dua orang yang berhasil ngalahin dia, makanya Kak Yuna "ngelantik" Kak Zulfan sama Joker saat ini buat duduk di posisi Ace dan Joker. Sementara itu, posisi Queen sama Jack diperebutkan seperti biasanya. Yang jelas, setelah Kak Yuna berada di posisi King, belum ada yang bisa ngegantiin posisi dia, apalagi atasan-atasannya.

Mungkin si Joker ini mikir kalo gue gak boleh nantangin Kak Yuna cuma buat kekuasaan gara-gara satu hal. Gue sebenernya gak yakin, dan gue perlu nyari-nyari fakta lapangan lebih banyak lagi. Tapi intinya, kenapa info kayak begini agak sensitif buat orang-orang yang ngincer kekuasaan mereka? Gue pikir, kekuatan Kak Yuna emang ada di situ. Dia ngebikin semacam kebijakan baru setelah perguliran kekuasaan dan itu ngebikin anak-anak kelas 11 bungkam.

Dan kalo gue ada di posisi Jack sedini ini, revolusi berikutnya juga pasti bakal lebih rentan buat posisi gue.

"Tetep, gue masih gak kebayang harus ngapain. Masa mau nyerang gitu aja tanpa alesan yang pasti? Terus, gue harus maksa mereka buat jadi anak buah gue, gitu?" kata gue.

"Ya emang harusnya kayak gitu."

Setelah urusan di WC kelar, gue balik lagi ke kelas. Gue emang gak berniat buat mikirin omongan Joker lebih lanjut lagi, dan gue rasa dia udah cukup (atau malah kebanyakan) bicara.


(Sepulang sekolah, di suatu tempat yang lain)

"Hadeh, ngerepotin aja!"

"Mau gimana lagi, kita-kita yang jadi pentolan sekolah akhirnya harus ngurusin anak-anak kurang ajar ini."

"Gara-gara sekarang, kekuatan kita malah gak cukup buat nahan serangan dari luar."

"Lo kenapa sih? Kenapa gak kepikiran buat ngebawa Joker atau Jack baru itu buat ngelawan anak-anak ini?"

"Bawa Joker buat kayak gini doang? Ayolah. Lagian si Jack itu masih baru, masa mau kita biarin dia kena urusan kita ini? Dia masih harus banyak-banyak adaptasi, lo tau kan gimana orangnya."

"Tapi urusan ini kan urusan sekolah juga, Yuna."

"Hooo, kalian asik-asik tanpa ngajak-ngajak gue, nih?" kata Joker sambil ngedeketin tempat kejadian perkara.

Trump of Cassowary baru aja ngeberesin anak-anak yang nyari masalah sama SMA Kasuwari 3. Karena tingkat ancamannya dirasa cukup tinggi, akhirnya mereka sendiri lah yang turun tangan.

"Lo gak bawa Jack?" kata Joker ke Yuna (pada titik ini, penulis udah capek ngemiringin semua julukan kagak jelas ini).

"Lo pikir dia bakal ngerti semua masalah ini?" jawab Yuna.

"Dia itu, meskipun agak culun-culun gimana... tapi tetep aja dia orang yang kuat. Gue yakin dia bisa aja jadi King kayak lo sekarang."

"Lo deket sama Jack ternyata," kata Muldam. "Meskipun lo orang paling kuat, lo malah ngedukung si anak baru itu?"

"Gue gak pernah kepikiran sama sekali buat ngebantu orang lain," kata Joker. "Yang gue kasih tau ke dia cuma hal-hal esensial, gimana caranya biar jadi orang terkuat di tempat ini."

"Kalo dia ikut kelahi sekarang sama kita-kita, egonya pasti ninggi," kata Yuna. "Lo nggak mau upaya lo buat jadi orang terkuat di sekolah jadi sia-sia, kan?"

Joker ketawa dengan ciri khasnya yang cukup gila. "Gue gak pernah kepikiran buat jadi orang kuat kayak lo semua."

"Denger, ya, kalo ada orang paling kuat di sekolah kita, gue pikir itu cuma Nao, Jack yang sekarang. Lo semua udah basi, udah harus turun jabatan. Mending pikirin UN atau SBMPTN aja sana!" kata si Joker.

"Lo itu... sebenernya paham gak sih maksud orang terkuat di sekolah kita?" kata Zulfan.

"Dunia udah berubah, coy, kekuatan nggak lagi disamain kayak tinjuan. Yang kalian bisa lakuin cuma ngasih rasa takut, gak jauh beda kayak teroris. Itu doang."

Hening sesaat.

"Haduh, terserah lo aja, deh," timpal Yuna. "Lagian, gue ini cuma lagi nikmatin masa-masa gue di penghujung SMA. Rasanya, kalo gak bisa jadi yang terkuat bakal terasa kurang."

"Kalo gitu, udahan main-mainnya," kata Joker. "Kita semua harus nyatuin angkatan kita lagi. Dan kita mesti ngilangin sikap sok kuat kita."

"Gak semudah itu, goblok," kata Yuna. "Namanya sekolah berandal ya tetep aja isinya orang-orang bego. Gue dulu bener, deh kayaknya. Lo emang cocoknya punya almamater sekolah-sekolah favorit. Lo sama Nao sama aja, kagak bisa jadi orang terkuat di sekolah ini. Buat nguasain orang-orang bego kayak kita."

"Lo kayaknya terlalu cinta almamater dengan cara yang keliru."

"Dan lo kayaknya terlalu banyak mikirin idealis lo sendiri," kata Yuna, ngebikin Joker bungkam. "Lo sadar gak sih sebenernya tempat lu itu di mana?"

Hening lagi. Untuk sesaat, Joker tampak nggak bisa nimpalin apa-apa lagi.

"Soal gue yang harus nyerang anak-anak kelas 10 itu... gimana? Lanjutin?" kata Muldam.

"Gue kepikiran ide lebih bagus lagi. Habisnya, adik-adik kita yang goblok itu diem-diem aja," kata Yuna. "Lo harus ngadu mereka satu sama lain. Kayak gitu bisa ngebikin mereka panas, biar mereka tau tempat mereka sebenernya ini kayak gimana, gak kayak yang-katanya Joker ini."

Joker tercekat. "Lo gila? Keadaan kayak gitu malah bisa ngerugiin kita semua, tau!"

"Gue emang niat buat sekalian nguji lo, sebenernya," kata Yuna. "Biar lo buktiin siapa yang lebih cinta almamaternya dengan tepat. Gue? Atau lo? Atau bukan dari kita berdua?"

Joker mendecakkan lidahnya. "Dam, kalo lo beneran nyerang, gue bakal hajar lo habis-habisan."

"Dan kalo kita bertiga ngerahin semua pasukan?" tanya Yuna.

"Anjing--LO SEMUA EMANG UDAH GILA!" umpat Joker.

"Kita buktiin aja, siapa yang sebenernya paling kuat dan paling gila? Julukan lo sendiri aja Joker, Tristan."

Joker terdiam. Dia sempet emosi dan bakalan segera cabut dari tempat tersebut, tapi tau-tau langkahnya terhenti.

"Dari mana lo tau nama gue?"

"Raja mana yang gak tau semua rakyat kecilnya yang goblok-goblok? Apalagi yang punya posisi penting."

"Lo ini bener-bener, Yun..." kata Joker. "Gimanapun juga, lo kepingin jadi orang paling kuat. Tapi emang dasar kita semua goblok, kita gak bisa mikirin apa-apa yang jauh dari dunia kita sekarang."

"Kalo gitu mengamuklah, tunjukin kalo lo adalah orang paling kuat. Tunjukkin anak-anak baru itu di mana tempat mereka sekarang ini," kata Yuna. "Tristan Adira Dwisaputro."

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 129K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
487K 18.7K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
548K 59.1K 37
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
810K 70.6K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...