Warm In The Arms βœ”

Per yrannisa

2.7M 198K 44.5K

"Ketika orang yang paling dibenci, berubah menjadi orang yang paling disayang." Dia yang tidak kamu sukai. Di... MΓ©s

🌜PROLOGπŸŒ›
🌜1. Mama & DramaπŸŒ›
🌜2. Queen BullyingπŸŒ›
🌜3. Unexpected Night.πŸŒ›
🌜4. He Kiss Me!πŸŒ›
🌜5. Mom, I Miss U.πŸŒ›
🌜6. Manusia Muka Dua.πŸŒ›
🌜7. Surat Cinta.πŸŒ›
🌜8. Pengganggu!πŸŒ›
🌜9. Siksaan Batin.πŸŒ›
🌜10. Kejutan?πŸŒ›
🌜11. Weird Feeling.πŸŒ›
🌜12. Bully, Lagi?πŸŒ›
🌜13. Penderitaan Sejati.πŸŒ›
🌜14. Double Sial!πŸŒ›
🌜15. Domba Berbulu Serigala. πŸŒ›
🌜16. Benci Permanen.πŸŒ›
🌜17. Salah Sasaran.πŸŒ›
🌜18. Dilema Panjang.πŸŒ›
🌜19. Penolakan.πŸŒ›
🌜20. Kesialan Hakiki.πŸŒ›
🌜21. Awal Segalanya.πŸŒ›
🌜22. Kehangatan.πŸŒ›
🌜23 Kilas Balik.πŸŒ›
🌜24. Sisi Lain.πŸŒ›
🌜25. Bantuan.πŸŒ›
🌜26. Misi Hati.πŸŒ›
🌜27. Insiden.πŸŒ›
🌜28. Kalem vs Mesum.πŸŒ›
🌜29. A Sweets Guy.πŸŒ›
🌜30. Dia, Rapuh.πŸŒ›
🌜31. Teman?πŸŒ›
🌜32. Salah Tingkah.πŸŒ›
🌜33. Kartu Ucapan.πŸŒ›
🌜34. Pacar?πŸŒ›
🌜35. Status Baru.πŸŒ›
🌜36. Ketidakpastian.πŸŒ›
🌜37. Jalan Cinta.πŸŒ›
🌜38. Tersembunyi.πŸŒ›
🌜39. Pertahanan.πŸŒ›
🌜40. Psycho.πŸŒ›
🌜41. Fakta Dalam Remang.πŸŒ›
🌜42. Warm In Your Chest.πŸŒ›
🌜43. Hold Up, Dear.πŸŒ›
🌜44. Mr. Wirapandu.πŸŒ›
🌜45. One & Only.πŸŒ›
🌜46. My Everything.πŸŒ›
GC GANS OPEN NEW MEM!
🌜47. Terungkap!πŸŒ›
🌜48. Titik Terang.πŸŒ›
🌜49. Rindu.πŸŒ›
🌜50. Kamu-ku.πŸŒ›
BUKAN UP!!!
🌜51. T o D.πŸŒ›
🌜52. Penyerahan Diri.πŸŒ›
🌜53. Muka Topeng.πŸŒ›
🌜54. That's Devil!πŸŒ›
🌜55. Best Boyfriend.πŸŒ›
🌜56. Happy Valentine!πŸŒ›
🌜57. Definisi Romantis.πŸŒ›
🌜58. Labil.πŸŒ›
🌜59. Hanya Kita.πŸŒ›
🌜60. Yang Berharga.πŸŒ›
🌜62. Pengorbanan.πŸŒ›
🌜63. Kandas?πŸŒ›
BUKAN UP! πŸ™πŸ»
🌜64. Badai Terbesar.πŸŒ›
🌜65. Berpasrah.πŸŒ›
🌜66. Penjelasan & Penyesalan.πŸŒ›
🌜67. Masa Silam.πŸŒ›
🌜68. Akhir Kisah.πŸŒ›
BUKAN UPDATE!
🌜Epilog.πŸŒ›

🌜61. Our Dream.πŸŒ›

33.7K 2.5K 653
Per yrannisa

Cinta hanya butuh dua orang yang bertujuan sama. Sama-sama berjuang, sama-sama bertahan.

-Algifary-

¶¶¶

Mungkin besok. Mungkin minggu depan. Mungkin bulan depan. Mungkin Tahun depan aku akan bahagia. Hei, berapa kali dalam sehari kamu memberikan dirimu sendiri harapan perihal kebahagiaan yang tidak kamu peroleh hari ini?

Bicara seakan menjanjikan dirimu tentang bagaimana hari esok akan menyambut.

Sesungguhnya apapun yang ada digenggaman saat ini, belum tentu hinggap di tangan orang lain. Kita manusia, adalah yang seringkali menutup mata dari seribu nikmat sebab sibuk mengejar satu kenikmatan.

Selucu kita menyalahkan Tuhan dengan tuduhan ia tidak adil, memberikan rasa lelah yang menumpuk padahal ada kata istirahat. Bertahan lagi, bertahan terus. Itu hidup.

"NYOBLOS!!" tidak ada yang memiliki suara teriakan aduhai di dalam gedung itu selain Naufal. Sampai-sampai Sabrina harus menepuk punggung cowok itu keras-keras supaya mengecilkan volume suaranya.

Seruan kebahagiaan terdengar lagi. Tersirat haru juga air mata di pelupuk teduh milik Inara. Ternyata di acara resepsi pun gadis itu tetap saja menangis.

Disya terharu. Rasanya ia pun turut berkaca-kaca melihat pemandangan ini. Inara dan Galins yang memang sudah dipersatukan oleh takdir.

Dan proses yang mereka ketahui amat sangat berat. Suasana haru semakin terasa ketika kini Inara memeluk Disya sambil sesenggukan. "Pengantin baru nangis..."

"Aku sedih Disya, gak ada Ayah sama Ibu yang hadir di hari bahagia aku." ujarnya.

"Tapi mereka pasti bahagia ngeliat lo dari atas sana, Nar." ujar Disya mengelus punggung Inara.

Sabrina turut mengusap tangan Inara yang memeluk Disya. "Alfatihah buat kedua orang tua kamu, Nar."

"Kak Bina..." lanjutnya kini beralih memeluk Sabrina menyalurkan kesedihan juga kebahagiaan yang bercampur aduk.

Gadis berhijab itu membalas pelukan Inara. "Sakinah mawadah warahmah ya, Nar. Udah dong nangisnya."

"Kali ini buktiin coba, kali sekali colok langsung jadi, Ga. Sekali loh nyet." Naufal berbisik. Algi pun tidak tahan untuk menoyor kepala Naufal.

"Gak usah mulai deh lo, njing!" sembur Algi.

Naufal tergelak tak tahu malu. "Lo kapan cuk? Gak capek lo solo mulu?"

"Temen bangsat!" umpat Algi tertahan.

Keduanya memeluk Galins sambil heboh. "Nyusul aja, sih. Gak usah iri lo berdua."

Selanjutnya giliran yang lain bergantian memberikan selamat untuk pengantin baru.

"Gak nyangka lo yang duluan nikah, Ga. Selamat." Rovez memberikan pelukan kecil untuk Galins.

"Thanks, bang." ucap pemuda yang kini berstatus sebagai suami Inara.

Andra, kakak Naufal pun terkekeh lalu memeluk Galins juga. "Kampret sih, lo ngelangkahin para senior lo, Ga. Tapi, selamat ya."

Galins terkekeh kecil. "Thanks bang. Cepet nyusul."

"Selamat ya..." itu Maya yang datang bersama Andra. Tentu dibaliknya ada drama ledekan dengan Naufal.

Algi tertawa kecil melihat sang kakak datang sendirian. Tetapi pria berkacamata itu tidak begitu peduli akan hal tersebut. Acara berlanjut dengan lempar bunga, semua yang membawa pasangan tak segan menunggu agar bunga jatuh ke tangan.

"Hwaaaa!" teriakan semua orang memenuhi. Disya dan Algi kompak tertawa bahagia saat mereka berhasil menangkap bunga.

"Kode alam, Sayang." Algi sekilas menaikan kedua alis tebalnya.

"Haha, aamiin..." ucap Disya pasrah begitu Algi kini memeluknya di tengah keramaian.

"Bi, kita gak dapet bunganya. Gimana dong, sedih abang dek." Naufal mendramatisir.

Sabrina menggeleng tersenyum manis. "Jodoh di tangan Allah, Fal."

"Uluuh... Cayang..." cowok pecicilan itu membuat para beberapa temannya yang hadir ingin mendamprat dirinya.

Kini waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Saatnya makan malam sebagai penutup acara. Galins dan Inara bak raja dan ratu yang duduk di atas dua kursi berdampingan.

Ada Gary, Papa dari Galins. Kemudian Pandu dan Lilly, orang tua dari Algi. Juga ada Eva, ibunda tercinta Andra dan Naufal. Begitu ramai dan hangat.

"Abang-abangnya kapan pada nyusul, nih?" Lilly membuka topik.

"Vez, lo duluan deh gue kasi jalan." sahut Andra cengengesan.

Rovez meminum air sedikit mencoba menghilangkan serak karena efek pembicaraan. "Duluan, Ndra. Gue belum mikir kesana."

"Bisa keduluan sama Algi nanti." Eva menimbrung.

"Gak ngedoain Naufal aja gitu, Ma? Ini calon mantu udah siap sedia, lhoo..." celetuk Naufal sambil mengunyah.

"Emang Sabrina, mau?" tanya Eva polos membuat yang lainnya tertawa. Alhasil Naufal ingin mencium sang Ibu hingga kempes.

Lilly berdehem, kemudian sang suami memberinya air sebagai bentuk perhatian. "Disya, kapan siap, sayang?"

"Hm?" Disya kelimpungan. Gadis itu mengusap sudut bibirnya dengan tissu. "Kenapa, Ma?"

"Wah... Dipanggil Mama. Bina, sama Maya mulai sekarang manggil Mama, oke?" Eva heboh. Andra menghembuskan napas pelan karena tingkah ceriwis ibunya.

Algi menyenggol Disya. "Ditanya Mama, kapan siap jadi istri aku?"

Disya salah tingkah. "Terserah Algi-nya aja, Ma."

"Gasskeun, Al!" sorak Naufal melepaskan tawa.

Di bawah meja, tangan Algi menggenggam tangan Disya erat sambil mengelusnya lembut. Tersenyum lalu berbisik. "Secepatnya,"

"Jangan bikin aku salting depan banyak orang, Al." balas Disya tertahan.

Algi semakin tersenyum manis. "Aku suka liat muka merah kamu, Sya."

"Ga, rencana lo mau punya anak berapa?" Naufal memulai sesi tanya untuk pengantin baru.

Kali ini Algi ingin turut meramaikan kejahilan Naufal. "Dua tiga empat, atau enam sekalian, Ga?"

"Empat boleh juga, Al. Salah satunya mirip gue ntar, ngahaha!" Naufal tertawa.

"Elo siapa? Gak ada sejarahnya kulkas menghasilkan air kobokan." ledek Algi.

"Beda server, Al. Setuju!" sambut Andra.

Naufal jengkel. "Hala... Cot! Sekalinya tu mulut nyinyir pen gue jait sekalian. Gue doain, semoga anaknya Galins salah satunya ntar kek gue."

"Gak aamiin." ujar Galins.

"Mereka ngomongin anak udah kek segampang ngorek upil," dumel Maya didengar oleh Disya dan Sabrina. Jadilah ketiga gadis itu saling melirik lalu tertawa.

"Oke Argalins Cardissio Mahardhika, semangat buat nyoblos ulang malam ini!"

Semua menatap Naufal penuh tanda tanya. Sungguh mulut pembawa petaka. Galins berwajah datar memperbaiki kerah tuksedo hitamnya. "Mati aja lo, Fal."

🌛🌛🌛

Diakui oleh si pirang jikalau akhir-akhir ini waktu Algi memang berkurang untuk dirinya. Selain kini memilih homeschooling karena di sekolah tanpa teman-temannya terasa membosankan.

Terlebih lagi Inara yang kini sudah menjadi istri Galins, menambah rasa sepi Disya. Lagi, kekasihnya lebih banyak menghabiskan waktu di kantor.

Selain harus mempelajari apa saja yang harus ia lakukan. Meski sibuk, Algi sering mengabari, entah dengan menelepon, video call, atau juga mengirim pesan singkat.

Apa yang kurang? Ya, Disya tidak tahu kabar Marie sang Mama. Wanita itu tidak pernah pulang biarpun akun sosial medianya meng-update berita kesehariannya, tetap saja Disya ingin bertemu.

Disya tidak masalah dengan mulut penuh caci dari sang Mama. Ataupun juga hinaan serta tatapan kebencian. Disya menerima semuanya.

Gadis itu tersenyum tipis melihat kertas putih bertuliskan sebuah nama. Disya mulai berharap kepada waktu untuk kehidupannya di kemudian hari.

Bersama Algi tentu saja.

"Serius banget, si. Lagi ngeliatin apa?" suara serak tiba-tiba mengejutkan Disya.

Tentu ia terperanjat. "Astaga! Ih, kebiasaan banget kamu ngagetin."

"Abisnya aku ketuk pintu gak ada yang nyaut. Ya aku masuk. Kamu lagi liat apa?" Algi mengulang. Mendudukkan diri di sofa.

"Bukan apa-apa," elak Disya bersiap menutup binder cantik di tangannya.

Terlalu cepat benda itu berada di tangan Algi, membuat Disya ingin meneriaki pacarnya. "Al, balikin!"

"Mau liat dikit aja, ih." Algi ngeyel.

Disya bersiap mengambil benda tersebut dari Algi. Berdiri dan tentu saja tingginya tak sama dengan cowok itu. "Al balikin atau aku ngambek,"

Algi tertawa. "Coba ambil kalo bisa,"

"Kampret ya kamu!" serang Disya berusaha berjinjit meraih buku yang malah semakin diangkat tinggi-tinggi. "Algi~"

"Ambil sayang. Aku kan diem di tempat nih, gak kemana-mana." ledek Algi menaik-turunkan kedua alisnya.

"Kamu itu tiang listrik! Al, balikin! Algi!" Disya mulai kesal. Naik ke atas sofa. Saat ia begitu menggebu-gebu merebut buku dari Algi, ia malah berakhir dipeluk erat.

Algi tersenyum lebar, membuka kertas putih dari balik punggung Disya dan menemukan tiga kalimat berbentuk nama. "Sarfaraz Dazzenra Wirapandu,"

Mata Disya terpejam rapat-rapat. Ada kesal bercampur malu. "Dah, aku males!"

"Eh-eh-eh, ini nama siapa?" Algi cengar-cengir sambil bertanya.

Dengan kasar Disya merebut benda di tangan Algi. "Kepo!"

Mengikuti Disya yang duduk lalu bersedekap, Algi tahu ia sudah sangat menyebalkan. "Abisnya kamu ngeliatin buku itu senyum-senyum. Ke aku aja judes."

"Bodo!" sembur Disya.

Namun gadis itu tetap diam saat Algi tenggelam di ceruk lehernya. "Yang tadi nama siapa? Kenapa ada nama belakang aku di sana?"

"Dih, mau tau aja." sinis Disya cemberut.

"Bentar," Algi menegakkan posisi duduknya. "Keknya lebih keren lagi kalo namanya itu, Sarfaraz Dazzenra Alexander Wirapandu,"

"Kepanjangan kalo itu, gak muat nanti di buku absennya." tolak Disya seperti melupakan kekesalan.

Algi semakin senyum-senyum tidak jelas. "Umm tapi di akte kelahiran cukup, kok. Nama Ayah, Algifary Wirapandu. Nama Ibu, Ladisya Isabelle."

Tangan Disya gatal mencubit pinggang Algi keras-keras. "Ish apaan sih?!"

"Cieee... Yang udah duluan nyiapin nama anak." Algi benar-benar berada di puncak paling menjengkelkan.

"Al," Disya melotot.

"Apa sayang?" dibalas Algi dengan tatapan lembut.

"Kenapa kamu makin nyebelin, sih?!" kesal Disya menekuk wajahnya.

"Katanya yang nyebelin itu bikin kangen." jawab Algi santai. "Coba kasi tau arti dari nama itu. Kamu gak mungkin asal tulis,"

Suasana hati Disya tidak karuan, didominasi rasa hangat tentunya. "Ya nggak mungkin ngasal."

"Ya udah, kasi tau." pinta Algi halus.

"Sarfaraz dalam bahasa arab itu artinya seorang pemimpin. Dazzenra yang mempunyai makna kebanggaan. Sisanya pikirin sendiri." serah Disya.

Senyum manis pemuda ini kian merekah. Menatap Disya seakan gadisnya adalah hal paling menakjubkan yang pernah ada. "Mau bikin Dazzen nya sekarang?"

"Dazzen?" Disya tidak mengerti.

"Iya, Dazzenra dipanggil Dazzen," canda Algi.

Dan langsung diberi pukulan bantal sofa oleh Disya. "Gak sekarang juga bikinnya, sange!"

"Astaga, apaan manggil pacarnya kek gitu?!" Algi gencar mendekat kemudian menghujani Disya gelitikan.

Nafas Disya terengah-engah karena terlalu banyak tertawa. Berada pada posisi di bawah Algi yang saat ini menatapnya seolah haus. "Al,"

"Udah sejauh itu harapan kamu tentang kita?" tanya Algi memainkan rambut di dahi Disya.

Gadisnya mengangguk kecil. "Semua terjadi begitu aja. Kamu udah seperti satu-satunya tempat berharap untuk urusan kebahagiaan hidup aku, Al."

"Aku janji bakalan mewujudkan semua harapan kamu,"

"Aku nunggu bukti, gak butuh janji."

Algi berbisik. "Sebentar lagi, sayang."

Baru saja bersiap mencium Disya, ponselnya malah berdering dan tertera nomor telepon rumah. Algi duduk lalu mengangkat telepon. "Halo,"

"......"

"Saya segera kesana," Algi bergegas menutup telepon.

"Ada apa, Al?" Disya bertanya juga ikutan panik melihat raut gusar di wajah Algi.

"Mama masuk rumah sakit, Sya. Aku harus cepet-cepet kesana." ujar Algi memasukkan kembali ponsel ke saku.

"Aku ikut," sambar Disya yang malah lebih gesit menarik Algi keluar.

••••••••

Sesampainya di rumah sakit, Algi dan Disya duduk di kursi tunggu sementara menunggu dokter yang menangani Mamanya di dalam sana.

Berbalut gelisah merasakan Disya yang terus menggenggam tangannya juga mengelus bahunya guna menenangkan. Algi tidak tenang sebelum bertemu dan melihat ibunya baik-baik saja.

"Doain yang terbaik buat Mama. Mama pasti bakalan baik-baik aja." Disya terus memberikan semangat.

Algi menyandarkan kepalanya di kening Disya. "Iya. Mama bakalan baik-baik aja."

Mata keduanya bertemu. Disya mengelus lembut pipi Algi. "Kamu gak boleh panik."

"Dan kamu harus janji, bakal nemenin aku apapun yang terjadi." pungkasnya tak berselera.

Disya mengangguk, menggesekkan hidungnya di hidung Algi. "Aku di sini."

"Keluarga pasien!"

"Saya anaknya, dokter." Algi menghampiri dokter itu, diikuti oleh Disya di sampingnya. "Gimana keadaan Mama saya?"

"Ibu Lilly sudah siuman. Serangan jantung kali ini bisa berakibat fatal jika terlambat sedikit saja ditangani. Mohon untuk tidak memberikan kabar buruk atau apapun yang bisa membuat beliau terkejut." terangnya panjang lebar.

"Kami boleh masuk kan, dok?" tanya Algi yang dalam hatinya masih tersisa kekhawatiran berlebih.

"Silahkan. Tapi hanya sebentar." ujar dokter itu lalu pamit.

Menatap Disya terlebih dulu sebelum masuk, Disya mengangguk meyakinkan. Keduanya pun masuk ke dalam.

"Ma," panggil Algi.

Lilly tersenyum lemah meskipun selang oksigen bertengger di hidungnya. "Kemari sayang,"

"Gimana keadaan, Mama?" Algi meraih tangan ibunya. Dingin dan lemah membuat Algi meringis.

"Kamu gak liat Mama baik-baik aja? Mukanya jangan kayak gitu dong, sedih banget." ucap Lilly parau.

"Disya, kemari sayang." panggil Lilly.

Disya mendekat dan duduk di kursi yang tersedia. "Mama istirahat dulu,"

"Mama gapapa. Mama sehat, nak." nada bicaranya sangat lembut.

Membalas genggaman Lilly, Disya terharu merasakan tangan dingin itu di kulitnya. Algi sendiri lebih dari bahagia menyaksikan kedekatan dua wanita yang paling disayangi.

"Mama harus lebih sehat dari ini. Harus lebih seger, dan pastinya makin cantik." ucap Disya, mendapatkan elusan di kepalanya.

"Bang Rovez telepon," Algi memberitahu.

"Jangan kasi tau abangmu, Mama mohon, sayang." Lilly meminta.

"Algi gak janji, Ma." kemudian Algi sedikit menjauh dikarenakan harus menjawab telepon.

Pelan-pelan Lilly menyentuh tangan Disya yang satunya. "Bagaimana hubungan kalian? Mama harap, Algi gak banyak menyusahkan kamu, Sya."

"Dia adalah hal terbaik yang aku punya, Ma. Itu pasti." Disya berkata dari hatinya.

"Syukurlah. Mama seneng dengernya. Mau berjanji sesuatu untuk Mama?" tanya Lilly lagi.

Perasaan Disya sedikit meragu. "Apapun, Ma."

"Kita gak tau umur sampai di mana,"

"Ma," Disya tidak mau mendengar ini. Ia tidak suka bicara soal hal berbau kepergian ataupun kehilangan.

"Sayang, tolong. Ini hanya permintaan kecil. Apapun yang terjadi nantinya, kamu harus bisa selalu ada di samping Algi. Mama mempercayakan kebahagiaannya di tanganmu." air mata Lilly menetes.

Disya pun sama. "Aku janji, Ma."

🌛🌛🌛

Cepet gak nih? Cepet kan?

Oh iya, nanti aku mau edit yg bagian hbungan Algi Disya udah setahun wwkwkk .. Karena ada yg bilg kcepetan, blm lagi fokus ku ambyar. 😂

Dazzen? Ada yg inget itu nama? Hayolohhhh gimana nih. Apa yang ada di pikiran kalian? 😏

Ada yg mau protes?

Jumat 3 april 2020.

Continua llegint

You'll Also Like

64.8K 2.9K 44
#38 in patahhati [ 17 Juni 2018 ] #7 in makinglove [ 23 Desember 2018 ] Aku pernah belajar mencintaimu. Aku pernah belajar menerima perasaanmu. Aku p...
8.3M 219K 15
πŸ”ΊTerbit di penerbit naratama πŸ”ΊMasih bisa di order β€’β€’β€’ Menikah adalah kebahagiaan. Jika dibayangkan mungkin seperti bunga-bunga yang senantiasa berm...
579K 28.5K 36
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
1.5M 55.5K 44
[16+] Casados, merupakan bahasa spanyol yang jika diubah ke dalam bahasa indonesia memiliki arti sudah menikah. Zayyin Ashkilla, gadis kelas 3 SMA y...